Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Kuliner Khas Negeri Timur Tengah yang Ada Saat Ramadhan dan Lebaran

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Fatayer
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Di hari raya Idul Fitri, seluruh anggota keluarga biasanya berkumpul di rumah orang tua untuk saling bertukar maaf.

Tradisi demikian tak hanya ada di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia, tidak terkecuali negara Timur Tengah.

Orang-orang berbondong untuk pulang ke kampung halaman demi bisa berkumpul bersama keluarga besar.

Pada momen ini juga, banyak hidangan khas yang tersaji untuk menyambut para tamu dan keluarga lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut beberapa hidangan lebaran yang banyak ditemui di sejumlah negara Timur Tengah, dilansir dari Arab News dan Middleeasteye.

Baca juga: Resep Sekubal, Kuliner Ramadhan dan Lebaran Khas Lampung yang Mirip Lontong

Fatayer

Fatayer adalah salah satu kuliner Timur Tengah yang bisa ditemukan sejauh Irak, Mesir, Yordania dan Palestina.

Di Libanon, mereka dibuat dalam segitiga, besar atau kecil, dengan kue membungkus isinya.

Di sebelahnya, di Suriah, mereka berukuran kecil dan berbentuk seperti perahu, dengan kue yang terlipat di atas sebagian isian untuk membiarkan sebagiannya muncul di tengah.

Fatayer adalah kuliner klasik di kedua negara, dijual dari toko roti yang membuat mereka sepanjang pagi; mereka juga disajikan di restoran.

Isi Fatayer bisa campuran telur, produk susu (keju atau labneh) dan bumbu dan sayuran hijau (bayam, krokot, Swiss chard dan thyme segar - yang berdaun panjang digunakan dalam salad atau acar).

Baca juga: 5 Kuliner Khas Ramadhan di Yogyakarta, Ada yang Bisa Ditemukan di Kampung Kauman

Laasida

Orang Maroko memulai perayaan Idul Fitri mereka dengan hidangan manis yang disebut laasida.

Makan itu mirip dengan puding beras, tapi terdiri dari couscous (bahan khas Maroko), mentega, madu, dan beberapa bahan lain.

Musakhan

Musakhan, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai "memanas", adalah salah satu hidangan Palestina yang paling terkenal dan tradisional. Menjadi favorit abadi pada menu yang muncul selama perayaan seperti musim panen zaitun.

Ini juga merupakan pesaing kuat bagi hidangan nasional Palestina melawan maqlouba, hidangan ayam, sayuran dan nasi yang terkenal karena terbalik.

Musakhan secara tradisional dibuat dengan ayam berbumbu sumac, duduk di atas sejenis roti pipih yang dikenal sebagai tabun.

Namun, variasi modern telah melihat yang berevolusi sehingga sekarang juga tersedia dalam gulungan. Ini sangat baik disajikan dengan sup freekeh dan yoghurt.

Baca juga: Rosti Kentang, Kuliner Swiss yang Membawa Kenangan Bagi Kim Jong Un

Sevia

Sevia merupakan susu bihun manis yang populer selama hari raya Idul Fitri di negara-negara seperti Pakistan dan Bangladesh.

Camilan ini terbuat dari mi sohun yang dicampur susu rebus serta dibumbuhi dengan kapulaga dan kunyit.

Kue lebaran Kahk

Tak hanya di Indonesia, kue lebaran juga menjadi hidangan wajib di sejumlah negara, seperti Palestina, Suriah, Mesir, dan Lebanon.

Biasanya, kue-kue itu dipanggang dan dibentuk dalam berbagai gaya.

Warga Palestina, misalnya, memanggang kue lebaran yang disebut graybeh dan diisi kacang almond. Sementara di Suriah dan Lebanon, kue tersebut diisi dengan kurma.

Di Mesir, kue ini dikenal dengan kahk dengan bagian luar yang halus dan dibubuhi gula, sementara isinya yang paling umum berupa kacang.

Baca juga: Usaha Kuliner dari Rumah, Nelam Raup Omzet Rp 2 Juta Per Hari

Baklava

Makanan penutup yang renyah ini disukai semua negara Arab. Baklava terbuat dari lapisan filo atau kulit pastry yang dicampur dengan mentega dan kacang pistachio.

Makanan tersebut kemudian direndalm dalam sirup gula dengan aroma bunga mawar dan dihidangkan di meja-meja tamu.

Qatayef

Qatayef adalah kuliner berbentuk seperti bantal, dibuat dengan adonan keju, dan kacang yang lezat. Kuliner ini konon berasal dari lebih dari seribu tahun pada kekhalifahan Abbassid, yang memerintah Timur Tengah dari Irak dan Iran modern.

Sebuah suguhan yang banyak dicari, kuliner ini bahkan disebutkan dalam buku masak berjudul Kitab al-Tabikh (Kitab Piring) oleh ibn Sayyar al Warraq sejak abad ke-10.

Hari-hari ini, qatayef secara tradisional banyak dijual oleh pedagang kaki lima serta dibuat di rumah-rumah di Levant dan Mesir menjelang Ramadhan.

Setelah diisi, sajian ini dapat ditempatkan di atas loyang dan kemudian dimasukkan ke dalam freezer, bisa bertahan selama beberapa minggu atau lebih lama.

Baca juga: Sejarah Budae Jjigae, Kuliner Khas Korea yang Muncul saat Perang

Aseeda

Makanan penutup berupa jelly ini dikenal sebagai aseeda yang terdiri dari adonan tepung gandum dan madu yang dimasak.

Aseeda biasa dinikmati saat Idul Fitri dan perayaan keagamaan lain di Yaman, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Sudan, dan Libya.

Debyazah

Debyazah merupakan hidangan manis tradisional yang menjadi bagian penting selama Idul Fitri di Arab Saudi.

Makanan tersebut dimasak sejak tiga hari sebelum lebaran. Debyazah terbuat dari kacang segar, termasuk kacang almond dan kacang pistachio.

Beberapa di antaranta juga menambahkan buah-buahan kering, seperti buah ara, kurma, dan kismis.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi