Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bergabung sejak: 19 Mar 2020

Lebih dari 65 penghargaan film diraihnya dari berbagai festival international dan Indonesia. Karyanya meluas dari film, teater, dance hingga instalasi Art .

Garin mendapatkan penghargaan peran budaya tertinggi dari berbagai negara: pemerintah Perancis (Ordre des Arts et des Lettres), Italia (Stella D'Italia Cavaliere) hingga Presiden Indonesia dan Honorary Award Singapura International Film Festival, Life Achievement Award dari Bangkok International Festival, walikota kota Roma hingga Vaseoul - Perancis hingga kota Yogyakarta.

Tercatat sebagai pelopor generasi film pasca 1990. Selain berkarya, ia menumbuhkan beragam festival seni, menulis buku, kolom Kompas dan Tempo maupun menumbuhkan NGO untuk demokrasi.

Ia pengajar S2 dan S3 di ISI Solo dan Yogyakarta.

Indonesia Terserah dan Gagapnya Panduan Komunikasi Berbangsa

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY.com/GERALT
Ilustrasi
Editor: Heru Margianto


BANYAK warga bangsa bertanya: “Mengapa generasi dengan eforia revolusi 4.0 justru kehilangan efektivitas memandu bangsa di tengah pandemi?“

Hatus dicatat, selama periode pemilu dan pasca-pemilu, generasi teknologi 4.0 yang mampu melahirkan event (kegiatan) yang viral tumbuh menjadi anak emas, menjadi public relation (PR) hampir di setiap kegiatan berbangsa.

Bahkan, karena ini Indonesia digadang-gadang menjadi negara terkemuka dunia. Generasi 4.0 mendapat ruang terhormat dalam pemerintahan.

Sementara di sisi lain, para tokoh humaniora, teknokrat, hingga komunikator publik yang tidak mampu menumbuhkan kegiatan serba viral dan penuh comment, kehilangan suara dan tempat. Padahal, mereka adalah para ahli komunikasi berbangsa dengan perencanan jangka pendek dan panjang. Ada banyak tokoh cakap seperti itu di negeri ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harus digarisbawahi, pandemi menjadi medium ujian terbesar sebuah bangsa yang membangun serba event dan serba viral sebagai landasan aktivitas berbangsa.

Covid-19 sebagai krisis terbesar, tidak lagi seperti pemilu atau penyelenggaraan tontonan, menjadi ruang mengkomunikasikan psikologi massa lewat harapan dan tontonan sebagai katarsis.

Bahkan, cara komunikasi disampaikan lewat manipulasi dan sampel-sampel harapan dan kesuksesan yang dipropagandakan dalam gaya milenial. Sesuatu yang wajar dan menggejala di dunia.

Namun , pandemi menuntut kerja panduan berbangsa yang berkualitas dalam psikologi krisis warga bangsa . Warga tidak lagi bisa diperlakukan dalam psikologi hiburan dan harapan.

Empat aspek

Pandemi membutuhkan panduan kerja komunikasi yang menghubungkan empat aspek mendasar menghadapi krisis yang perkembangannya terus berubah hari demi hari.

Pertama, tersedianya ruang komunikasi formal publik yang konsisten memandu dan dipercaya masyarakat sebagai sumber informasi hari demi hari, baik nasional maupun daerah.

Pada aspek pertama ini, terasa betapa menurunnya kemampuan institusi publik sebagai pemandu komunikasi bangsa, tergantikan oleh industri hiburan serta media sosial yang chaos, termasuk oleh sepak terjang para public relation insitusi pemerintah yang bersifat propaganda.

Situasi tersebut menjadikan chaos-nya panduan komunikasi publik disertai kebingungan serta makin menipisnya kepercayaan warga. Pada gilirannya, setiap warga mencoba mencari panduan komunikasinya sendiri-sendiri.

Akibat lebih jauh, menurunnya pranata kepatuhan dalam etika tanggung jawab berbangsa menghadapi krisis.

Kedua, tersedianya panduan komunikasi data dan fakta dalam hubungannya dengan kondisi pandemi dan cara-cara setiap warga melawan kondisi dalam peta penyebaran yang terakses. Komunikasi data itu seyogianya dapat dibaca hari demi hari dalam hubungannya dengan fasilitas pemerintah yang tersedia serta hambatan-hambatannya.

Pada masalah ini, sering pemberitaan yang diliput jauh dari kenyataan. Simak saja informasi kesiapan rumah sakit hingga penegakan hukum mudik. Semua melihat fakta pada kasus mudik, meski di televisi terliput kerja pemulangan para pemudik, namun para pekerja di Jakarta tetap santai dan berhasil pulang mudik.

Ketiga, kesatuan cara sosialisasi hingga istilah sebagai panduan dari para elite untuk melakukan panduan komunikasi dalam perperspektif pelayanan publik .

Kesatuan panduan komunikasi ini menjadi penting guna teciptanya etika dan atmosfer saling mendukung antarwarga dengan kebijakan pemerintahan di setiap fase pandemi dan setiap kebijakan.

Pada aspek ini, pandemi menjadi batu ujian para pemimpin bangsa yang lahir dari generasi maya alias media sosial serba viral.

Sebagian para elit malahan saling berbeda istilah mulai dari informasi hingga kebijakan. Mereka bahkan sibuk dengan pertengkaran politik dalam relasinya dengan dukung mendukung Pemilu.

Simak saja polemik istilah pulang kampung dan mudik, juga istilah “normal baru“ yang membingungkan dan perlu keterangan panjang lebar.

Simak pula informasi kecanggihan rumah sakit khusus Covid-19 dan informasi warga yang mengalami mondok di rumah sakit tersebut. Lantas, ada juga perdebatan pembangunan ibukota baru di tengah pandemi seperti ini.

Keempat, kemampuan menyatukan panduan komunikasi dengan beragam perspektif fakta dan data.

Psikologi krisis kemanusiaan terbesar senantiasa dipenuhi upaya warga menghubungkan kebijakan pemerintah dengan kenyataan di lapangan hari demi hari.

Akibatnya, cara-cara public relation alias propaganda media sosial dalam gaya Pemilu atau event atau produk malah menjadikan kontra produktif, bahkan melahirkan ketidakpercayaan publik.

Bisa jadi, panduan komunikasi formal semata-mata hanya hadir di TV atau medsos propaganda tanpa memilki impak di masyarakat. Dalam hidup sehari-hari masyarakat menjalankan pemecahan krisis dengan cara sendiri. Barangkali karena praktik komunikasi itu tidak berdampak maka mereka yang frustrasi kemudian menulis meme “Indonesia terserah".

Tak efektif

Dalam krisis kemanusiaan ekonomi dan survival mati hidup, kekuatan propaganda tertelan oleh kenyataan hidup serta psikologi survival krisis jutaan warga. Ratusan juta orang mencari sendiri informasi dari berbagai sumber, entah dari media sosial, teman, pemimpin lokal hingga situasi sehari-hari dalam upaya memecahkan krisis dengan beragam bentuknya.

Catatan empat aspek mendasar di atas, belum lagi catatan detail lainnya, menunjukkan bahwa generasi elite politik milenial belum menjadi milenial efektif dalam kerja panduan komunikasi berbangsa, baik secara pelayanan publik, etika, hingga menumbuhkan kerja panduan dalam psikologi krisis warga. Mereka hanya melakukan kerja-kerja event atau public relation dan marketing.

Sebuah contoh konkret adalah perbedaan iklan produk dan layanan panduan berbangsa. Pada iklan produk terkandung manipulasi psikologi membeli dan terlena.

Pada iklan kebijakan pemerintahan, selayaknya tetap dalam etika menghubungkan spirit warga dalam memahami dan meilhat krisis serta ajakan solidaritas maupun kerja pelayanan dan kebangkitan.

Catatan di atas menunjukkan, saatnya pandemi menjadi medium pembelajaran terberbesar panduan komunikasi berbangsa.

Saatnya menata ulang panduan komunikasi berbangsa.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi