Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Impulsive Buying, Kebiasaan Boros yang Dapat Direm Saat Pandemi

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi belanja online.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pandemi corona membuat sejumlah masyarakat mau tidak mau tetap berada di rumah atau menghindari berpergian yang tidak perlu guna mencegah penularan virus corona.

Kendati demikian, berkegiatan di rumah ternyata menimbulkan fenomena impulsive buying atau membeli barang dengan tidak terkontrol atau impulsif.

Hal ini pun diungkapkan oleh sejumlah warganet yang mengaku semenjak pemerintah menerapkan work from home (WFH) mereka jadi cenderung memiliki kebiasaan impulsive buying.

Baca juga: Banyak Sampah Skincare di Rumah, Ini Solusinya...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Semenjak WFH tiap ada discount beauty products w ngeklik cepet banget....impulsive buying got me boke," tulis akun @sorayavioglenna dalam twitnya, Minggu (24/5/2020).

"Impulsive buying akhir bulan menghindari promo shopee akhirnya beli antam aja padahal hari ini lagi naik tipis," tulis akun Twitter @sebutsajafia dalam twitnya pada Selasa (26/5/2020).

Baca juga: Video Viral Detik-detik Kecelakaan Tunggal di Nganjuk, Ini Kronologinya...

"Weh baru nyadar kemarin abis order buku 10 biji wahaha pantes duit berkurang banyak... how to control impulsive buying shssjjs," tulis akun Twitter @yeonkaied dalam twitnya, Senin (25/5/2020).

Baca juga: Stop Panik Membeli, Jaga Sistem Imun dengan Makanan Sehat untuk Cegah Virus Corona

Lalu, apa itu impulsive buying dan bagaimana tips untuk menghindari hal tersebut?

Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group, Andy Nugroho mengungkapkan, impulsive buying dapat diartikan sebagai perilaku membelanjakan uang yang dilakukan tanpa perencanaan terlebih dahulu, bersifat tiba-tiba dan mendadak serta kebetulan, karena kondisi dan keadaan lingkungan tempat kita berada saat itu.

"Impulsive buying bisa terjadi semisal ketika kita makan siang di mal, lalu setelahnya jalan-jalan cuci mata lihat-lihat barang yang dipajang, lalu di suatu toko berhenti dan membeli suatu barang karena terlihat menarik," katanya saat dihubungi Kompas.com, Rabu (27/5/2020).

Menurutnya, impulsive buying dapat terjadi ketika seseorang tengah membuka sosmed dan melihat suatu barang kemudian membeli dari toko online tersebut.

Hal yang membuat khilaf yakni fakta bahwa barang yang dibeli merupakan barang yang tidak terlalu dibutuhkan oleh orang tersebut.

"Apalagi dalam kondisi pandemi begini, hal tersebut tentu dapat berimbas kurang baik untuk keuangan kita, apalagi bila keuangan kita kurang beruntung," katanya lagi.

Baca juga: Sulit Mengelola Keuangan Saat Pandemi, Ini Tips dari Perencana Keuangan

Terkait hal itu, Andy memberikan empat tips mencegah terjadinya impulsive buying, yakni.

1. Membuat estimasi budget keuangan.

Hal ini dapat dilakukan dengan mengalokasikan uang untuk yang benar-benar penting dan perlu serta harus segera dibayarkan, semisal untuk membayar cicilan kredit, uang sekolah anak, tagihan listrik dan air.

Ia menjelaskan, saat ini kuota internet untuk WFH dan school from home (SFH) juga menjadi sangat penting, demikian pula hand sanitizer, masker kain, suplemen kesehatan.

Apabila kebutuhan urgent tersebut telah terpenuhi, setelah itu barulah dialokasikan untuk kebutuhan-kebutuhan lain yang masih bisa disesuaikan besarannya.

Baca juga: Mengintip Jejak Bupati Klaten Sri Mulyani, dari Bagi-bagi Nmax hingga Heboh Hand Sanitizer

2. Selalu pikirkan hal terburuk yang akan terjadi.

Selain itu, kiat lain untuk mencegah impulsive buying yakni dengan cara memikirkan hal terburuk yang akan terjadi bila kita membiasakan diri bersikap impulsive buying.

"Bayangkan apa yang terjadi bila kita selalu melakukan kebiasaan itu. semisal walaupun kita hanya membeli barang-barang kecil semisal cemilan, pakaian, atau pernak-pernik hobi, maka pada hakikatnya kita sedang mengurangi budget untuk pos pengeluaran lainnya," ujar Andy.

Dengan berpikir jika hal tersebut menjadi realita, maka kita menjadi kesulitan untuk membayar utang, cicilan, dan efeknya akan dikejar-kejar tagihan.

Baca juga: Hari-hari Terburuk Italia dan Spanyol akibat Virus Corona Belum Berakhir

3. Taruh uang di tempat aman.

Dengan menaruh uang di tempat aman, seperti di rekening yang tidak terhubung dengan mobile/SMS/internet banking ataupun e-wallet, maka kita akan sulit mengakses uang tersebut.

Hal ini juga dapat menjadi salah satu alternatif agar kita tidak khilaf dalam pengeluaran.

"Bahkan kalau perlu tinggalkan kartu debit atau kredit kita di rumah bila jalan-jalan ke tempat belanja," lanjut dia.

Baca juga: Saat Warga Filipina Enggan Keluar Rumah meski Kebijakan Lockdown Dilonggarkan...

4. Hindari mengikuti akun online shop.

Yang terpenting adalah membiasakan menghindari follow akun penjual yang ada di sosial media.

Sebab, ketika kita mengecek ponsel dan membuka medsos, akun tersebut akan menarik minat untuk membeli. Bukan terkontrol, justru makin boros jika kita semakin banyak megikuti akun toko online.

Baca juga: Viral Video Driver Ojek Online Naik Kuda Putih di Jalan Raya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi