Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal FaceApp, Aplikasi Pengubah Wajah Instan yang Tengah Viral

Baca di App
Lihat Foto
FaceApp
Aplikasi FaceApp
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Media sosial baru-baru ini tengah diramaikan mengenai unggahan dari sejumlah warganet yang mengubah tampilan wajahnya menjadi terlihat berbeda.

Adapun perubahan wajah tersebut dikarenakan mereka menggunakan aplikasi FaceApp.

Tak hanya itu, FaceApp juga dapat membuat wajah kita berubah menjadi tampak pria atau wanita.

Baca juga: 6 Cara Membuat Format Tulisan Unik di WhatsApp

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meski demikian, apa saja kegunaan aplikasi FaceApp ini?

Mengutip dari BBC, (17/7/2019), FaceApp merupakan filter yang berfungsi untuk mengubah wajah-wajah dari satu etnis menjadi yang lain.

Fitur ini juga dapat memicu reaksi dan dengan cepat dipergunakan.

Aplikasi ini dibuat dengan maksud untuk mengubah wajah dengan bantuan kecerdasan buatan (AI).

Algoritma mengambil gambar input wajah Anda dan menyesuaikannnya berdasarkan tampilan lain.

Hal inilah yang dapat mengubah ekspresi kosong atau pemarah dari seseorang menjadi ekspresi bahagia. Bahkan, aplikasi ini dapat mengubah gaya make up seseorang.

Baca juga: Muncul Bulu Halus di Wajah, Amankah jika Dicukur?

Sistem pengenalan wajah

Tindakan ini memungkinkan pengguna untuk memasukkan senyum bergigi, misalnya sambil menyesuaikan garis di sekitar mulut, dagu, dan pipi untuk tampilan yang alami.

Meski begitu, bagaimana dengan sistem pengenalan wajah?

Orang lain berspekulasi bahwa FaceApp dapat menggunakan data yang dikumpulkan dari foto pengguna untuk melatih algoritma pengenalan wajah.

Tindakan ini dapat dilakukan bahkan setelah foto itu dihapus karena pengukuran fitur pada wajah seseorang dapat diekstraksi dan digunakan untuk tujuan tersebut.

"Tidak, kami tidak menggunakan foto untuk pelatihan pengenalan wajah,. Hanya untuk mengedeit foto," ujar Kepala Eksekutif Perusahaan FaceApp, Yaroslav Goncharov kepada BBC.

Baca juga: Menilik Bagaimana Penutup Wajah atau Masker Dapat Mengurangi Penyebaran Covid-19

Tentang tujuan penargetan iklan

Sementara itu, seorang peneliti keamanan di Departemen Ilmu Komputer, University College London, Steven James Murdoch mengatakan, akan lebih baik bagi privasi untuk memproses foto-foto pada ponsel itu sendiri, namun hal itu justru lebih mudah bagi teknologi FaceApp untuk dicuri.

Di sisi lain, pengacara AS, Elizabeth Potts Weinstein berpendapat, syarat dan ketentuan aplikasi menyarankan foto pengguna dapat digunakan untuk tujuan komersial, layaknya iklan FaceApp sendiri.

Menurut pengacara privasi Pat Walshe menunjuk pada garis dalam kebijakan privasi FaceApp yang menyarankan beberapa data pengguna dapat dilacak untuk tujuan penargetan iklan.

Pada FaceApp juga menyematkan Google Admob, yang menyajikan iklan Google kepada pengguna.

Walshe mengatakan kepada BBC News, ini dilakukan dengan cara yang tidak jelas.

Baca juga: Bersihkan Wajah, Pilih Astringent atau Toner? Ketahui Kandungannya

Isu pencurian data

Sementara itu, Yaroslav Goncharov menyampaikan, persyaratan dalam kebijakan privasi FaceApp adalah generik.

Ia menambahkan, perusahaan tidak membagikan data apa pun untuk tujuan penargetan iklan.

Adapun perusahaan FaceApp menghasilkan uang melalui langganan berbayar untuk fitur premium.

Terkait adanya isu pencurian data, Goncharov mengatakan bahwa FaceApp hanya mengunggah foto yang dipilih oleh pengguna untuk diedit.

"Kami tidak pernah menstransfer gambar lain," ujar dia.

"Kami mungkin menyimpan foto yang diunggah di-cloud. Alasan utama untuk itu adalah kinerja dan lalu lintas. Kami ingin memastikan bahwa pengguna tidak mengunggah foto berulang kali untuk setiap operasi pengeditan," lanjut dia.

Goncharov mengatakan, sebagian besar foto dihapus dari server kami dalam waktu 48 jam sejak tanggal pengunggahan.

"Persyaratan FaceApp memungkinkan perusahaan untuk melakukan secara efektif apa yang mereka sukai dengan foto-foto pengguna mereka, yang mengkhawatirkan tetap cukup khas," ujar Murdoch.

Murdoch mengatakan, perusahan tahu bahwa hampir tidak ada yang membaca kebijakan privasi dan mereka meminta hak sebanyak mungkin, kalau-kalau itu berguna, bahkan jika rencana mereka saat ini tidak membutuhkannya.

Baca juga: Harapan Baru untuk Wajah Baru di Senayan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi