Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Kasus Virus Corona di Indonesia dan Pentingnya Data Pasien Covid-19...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
bPetugas medis Dinas Kesehatan Kota Bogor melakukan swab test Covid-19 di Pasar Bogor, Selasa (12/5/2020). Seorang pedagang dinyatakan positif Corona setelah mengikuti rapid test Covid-19 massal yang digelar Badan intelijen Negara (BIN) di Pasar Bogor kemarin.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Data soal pasien Covid-19 di Indonesia, seperti gejala yang dialami, penyakit penyerta, usia, dan lain-lain masih minim.

Misalnya, data gejala dan penyakit penyerta pada pasien Covid-19 yang dipublikasi di laman covid19.go.id, baru data 7 persen pasien.

Epidemiolog Griffith University Australia, Dicky Budiman, mengatakan, dengan data yang lengkap, banyak hal yang bisa diungkap seperti pola penularan, dan lain-lain, sehingga bisa menetapkan strategi penanganan yang tepat sesuai dengan pola penyakit dan pola gejala mayoritas di Indonesia.

"Kita bisa melihat setiap negara ada gejala keluhan utamanya itu ada yang demam, ada yang ternyata keluhan utamanya yaitu berupa gangguan penciuman misalnya. Atau, di kota-kota seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, bisa jadi ada hal-hal yang sifatnya karakteristik/khas unik di wilayah tersebut," kata Dicky Budiman, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (30/5/2020).

Baca juga: Gejala Apa yang Paling Sering Dirasakan Pasien Covid-19 di Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut dia, untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan kajian, analisa, dan penggalian datanya.

Untuk melakukannya, pemerintah bisa melibatkan para tenaga medis.

"Pemerintah bisa bekerja sama dengan IDI, dengan persatuan dokter spesialis. Terutama dalam kaitannya dengan pandemi ini, saya sarankan kerja sama lah dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia, dengan dokter obgyn (spesialis kebidanan & kandungan Indonesia), dengan dokter kulit, bahkan bisa dengan ikatan dokter jiwa atau psikiatri Indonesia," kata Dicky.

Dengan kerja bersama, menurut Dicky, bisa didapatkan data-data versi Indonesia yang mencakup karakteristik penularan virus corona di Tanah Air.

Data-data ini merupakan aset yang berharga di masa depan.

"Tidak hanya saat ini, tapi juga nanti untuk bekal pandemi kita selanjutnya, karena ini bukan pandemi kita yang terakhir," jelas Dicky

Perlu dibuka kepada publik

Jika ada data yang spesifik dan lengkap,  kata Dicky, seharusnya juga disampaikan secara terbuka kepada publik agar masyarakat lebih berhati-hati.

"Termasuk perlu juga disampaikan kepada pemerintah daerah, sebelum mereka misalnya memutuskan kebijakan membuka sekolah kan harus mendapat juga masukan dari klinisi (misalnya dokter anak)," kata Dicky.

Menurut dia, penyajian data pasien secara lengkap sangat bermanfaat. Namun, ia menekankan, hal ini hanya terkait data terkait Covid-19, bukan identitas pribadi pasien.

"Tetapi data demografik (bagaimana sebaran lokasinya) symptom atau keluhan utama yang umumnya timbul, nanti bisa dilengkapi juga dengan per individu itu. Kita bisa lihat dari mulai dia dugaan kontak, sampai dugaan terjadinya gejala awal, sampai dia akhirnya masuk rumah sakit," kata Dicky.

Melalui data-data ini, dapat diketahui pula berapa lama waktu yang dibutuhkan di Indonesia dari sejak seseorang terpapar hingga timbulnya gejala.

"Ini merupakan informasi yang sangat berharga, sehingga setiap strategi yang kita buat akan berdasarkan apa yang memang terjadi di dalam konteks sebaran-penyebaran Covid-19 di Indonesia," ujar dia.

Pemetaan pasien juga bisa digunakan untuk menganalisa faktor risiko penderita Covid-19 di Indonesia, misalnya risiko obesitas, jantung, atau hipertensi yang informasinya diperoleh dari para ahli.

Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

Gejala batuk, demam, dan sesak napas

Jika melihat statistik yang ditampilkan pada laman covid19.go.id, sebagian besar pasien memiliki gejala yang umum seperti sering disampaikan oleh WHO, yaitu batuk, demam, dan sesak napas.

Namun, data itu berdasarkan data 7 persen pasien.

Dari data di atas, sebanyak 76,7 persen pasien disebut mengalami batuk.

Pasien dengan gejala riwayat demam dan demam masing-masing sebanyak 52,4 persen dan 47,4 persen.

Sementara, 41,5 persen pasien Covid-19 di Indonesia menderita sesak napas dan 33,4 persen pasien memiliki gejala sesak napas.

Beberapa pasien juga merasakan gejala seperti sakit tenggorokan (32,1 persen), pilek (31,2 persen), dan sakit kepala (23,7 persen).

Selain itu, ada 19,7 pasien menderita gejala mual, 17 persen mengalami keram otot, 10,8 persen pasien memiliki gejala menggigil, 8,5 persen menderita diare, dan 7,3 pasien bergejala sakit perut.

Baca juga: Para Ahli Teliti Gejala-gejala Langka Virus Corona, Apa Saja? 

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Virus Corona, Gejala dan Cara Pencegahannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi