Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Tren Milenial Pilih KPR Syariah

Baca di App
Lihat Foto
www.shutterstock.com
Ilustrasi.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Sejak beberapa bulan belakangan ini, Nur Khasanah, rajin mengumpulkan selebaran iklan perumahan yang ada di Solo Raya. Bersama suaminya, guru les yang berdomisili di Kota Surakarta ini tengah mencari rumah baru yang dekat dengan tempat kerjanya.

Dia mengaku enggan memilih tinggal di rumah kontrakan. Sementara, suaminya juga sungkan jika harus tinggal di rumah mertua. Hingga akhirnya seorang rekannya yang baru saja mengambil rumah subsidi menyarankannya memilih menggunakan kredit kepemilikan rumah (KPR) syariah.

Pengalaman salah satu anggota keluarganya menggunakan KPR syariah juga membuatnya semakin yakin. Terlebih, pengembang yang membangun rumahnya juga menawarkan KPR di salah satu bank syariah.

"Lebih sreg kalau menggunakan yang syariah. Disarankan sama developer-nya juga begitu," kata Nur beberapa waktu lalu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: BNI Syariah Raih Laba Bersih Rp 214 Miliar pada Kuartal l 2020

Nur mengaku belum genap setahun mencicil rumah di sebuah bank syariah. Harga rumah yang semakin mahal menjadikannya merasa perlu mengambil rumah dengan skema KPR. 

Beberapa tawaran menarik lainnya dari bank syariah antara lain cicilannya flat sehingga tidak fluktuatif seperti bank konvensional.

"Saya beli rumah harganya Rp 210 juta dengan pembayaran uang muka sebesar Rp 90 juta. Sejauh ini sangat terbantu karena memang sejak awal ingin memiliki rumah sendiri dibandingkan harus mengontrak rumah," ucap dia. 

Cicilan yang dipilihnya yakni sebesar Rp 1,5 juta per bulan dengan tenor 10 tahun agar dirasa tak terlalu memberatkan.

Minat masyarakat untuk memiliki rumah melalui KPR syariah memang mulai tinggi di Indonesia.

Baca juga: Libur Lebaran 2020, BNI Syariah Siapkan Uang Tunai Rp 2,1 Triliun

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembiayaan bank umum syariah (BUS) dan unit usaha syariah (UUS) 2019 untuk pemilikan rumah tinggal tumbuh sekitar 14 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan KPR konvensional atau secara industri yang sebesar 10 persen.

Pengamat Ekonomi Syariah dari STEI SEBI, Azis Setiawan mengatakan, kalangan kelas menengah dan milenial yang semakin memahami agama akan lebih memilih KPR syariah.

"Minat mereka untuk mengambil pembiayaan pemilikan rumah (KPR) syariah makin besar tiap tahun meski pertumbuhannya cenderung melambat dalam 2 tahun terakhir," kata dia kepada Kompas.com akhir pekan lalu.

Baca juga: Maruf Amin Sebut Perguruan Tinggi Berperan Dorong Pengembangan Ekonomi Syariah

Keunggulan KPR syariah

Keunggulan utama dari KPR syariah, terutama terkait dengan struktur kontrak atau akadnya yang sesuai dengan syariah.

Hal ini memberikan kepastian kehalalan mekanisme kepemilikan rumah yang diyakini akan membawa banyak kebaikan dan keberkahan bagi yang meyakininya.

KPR konvensional dengan kontrak berbasis bunga, telah jelas tidak sesuai dan dilarang secara syariah.

Keyakinan spiritual untuk meraih ketenangan, keberkahan dan banyak kebaikan dengan memilih hunian dengan skema syariah membuat KPR syariah lebih dipilih.

Selanjutnya, KPR syariah memberikan keunggulan untuk nasabah mendapatkan alternatif cicilan tetap sampai akhir pembayaran. Hal ini akan memudahkan dalam perencanaan keuangan keluarga milenial.

Baca juga: Sandiaga Uno Minta Lembaga Keuangan Syariah harus Bisa Berjalan Sesuai Prinsipnya

Dengan KPR syariah berbasis akad murabahah, nasabah akan mendapatkan keunggulan mendapatkan cicilan tetap sampai dengan akhir pembiayaan.

Nasabah atau debitur membayar angsuran dengan harga yang tetap meskipun bunga bank sedang naik. Sedangkan pada bank konvensional, hanya memberikan kredit KPR sebesar selisih harga jual dengan uang muka.

Sehingga, angsuran yang dibayar nasabah bisa naik sewaktu-waktu ketika terjadi atau naiknya suku bunga acuan. Dalam jangka panjang, harga dari KPR konvensional sesungguhnya bersifat tidak pasti.

Jadi, persepsi bahwa KPR Syariah lebih mahal tidak sepenuhnya benar, jika memperhitungkan kemungkinan risiko kenaikan suku bunga KPR Konvensional dalam jangka panjang. 

Selain itu, jika nasabah melakukan transaksi akad jual beli rumah dengan bank syariah maka bisa dipastikan dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap karena sebelum terjadi jual beli rumah, dokumen terkait harus sudah dikuasai pihak bank syariah.

Baca juga: Mengintip Betapa Besarnya Potensi Gaya Hidup Syariah...

Berbeda halnya dengan bank konvensional yang masih menunggu proses mengurus penyelesaian dokumen KPR. Bahkan ada juga yang masih mengurus proses di pengembang (developer).

Kelebihan lainnya, KPR Syariah tidak mengenakan biaya penalti apabila nasabah mengajukan pelunasan dipercepat (muqashah).

Apabila nasabah mengajukan muqashah, nasabah dapat terlebih dahulu memeriksa sisa kewajiban nasabah yang ada di bank syariah.

Kemudian melunasi sisa pokok pembiayaan beserta margin pembiayaan terakhir pada bulan tersebut.

Selanjutnya nasabah mengajukan surat permohonan muqashah kepada pejabat bank. 

Baca juga: Indonesia Diyakini Akan Jadi Pemimpin Ekonomi Syariah Global

Program Tunjuk Rumah BNI Syariah untuk milenial 

Salah satu perbankan yang mendukung kemudahan bagi milenial mendapatkan rumah adalah BNI Syariah.

BNI Syariah mendukung program pemerintah terkait satu juta rumah dengan menyelenggarakan program Tunjuk Rumah.

Tunjuk Rumah adalah program yang ditujukan bagi calon nasabah terutama generasi milenial yang ingin mempunyai rumah idaman yang sesuai keinginan.

Milenial hanya perlu menunjuk salah satu rumah atau apartemen yang tersedia pada developer yang sudah bekerjasama dengan BNI Syariah.

Kelebihan program Tunjuk Rumah dibanding program lain yaitu adanya harga spesial atau tarif khusus, cicilan tetap sampai akhir cicilan serta kemudahan lainnya yaitu bebas biaya administrasi, bebas biaya KPR, bebas biaya tranksasi, dan bebas denda.

Baca juga: Covid-19, Pembuktian Kedua Industri Syariah?

Direktur Bisnis Ritel dan Jaringan BNI Syariah, Iwan Abdi berharap program Tunjuk Rumah ini dapat mempermudah calon nasabah terutama kaum milenial dalam memiliki rumah. “Serta dapat meningkatkan kinerja pembiayaan terutama BNI Griya iB Hasanah,” kata Iwan Abdi, Rabu (15/4).

Program Tunjuk Rumah 2020 di launching pada tanggal 20 Januari 2020 berjalan hingga 30 Juni 2020. Target program Tunjuk Rumah diantaranya karyawan perusahaan yang mempunyai fix income.

Karyawan korporasi ini adalah pegawai institusi/perusahaan yang sudah bekerjasama dengan BNI Syariah untuk payroll maupun penyaluran pembiayaan karyawan.

BNI Syariah memberikan promo atau tarif khusus kepada calon nasabah yang merupakan karyawan BUMN, ASN, Regulator (BI, KPK, OJK), dokter, karyawan perusahaan swasta nasional/ multinasional, karyawan swasta lokal, nasabah referral dari developer rekanan BNI Syariah, maupun karyawan korporasi.

Baca juga: Covid-19 dan Bisnis Syariah

Untuk saat ini ada sekitar 1000 developer aktif yang bekerjasama dengan BNI Syariah.

Hingga 9 April 2020, perolehan pembiayaan BNI Griya iB Hasanah melalui program Tunjuk Rumah mencapai Rp766,7 miliar. Daerah terbesar penyerapan program Tunjuk Rumah yaitu wilayah Jabodetabek.

Target program Tunjuk Rumah sampai dengan akhir periode tahun ini yaitu Rp1,4 triliun.

Sampai dengan bulan Februari 2020, outstanding pembiayaan KPR BNI Syariah yaitu BNI Griya iB Hasanah berada di posisi Rp13,23 triliun dengan pertumbuhan 11,15 persen year on year.

Baca juga: BNI Syariah Galang Dana Bangun RS Kontainer untuk Pasien Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi