Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dugaan Kekerasan terhadap Selebgram Aska Ongi, Mengapa KDRT Bisa Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Ilustrasi
Ilustrasi
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Kasus dugaan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kembali mencuat dan menarik perhatian masyarakat Indonesia. Kali ini, kasus tersebut dialami oleh Aska Ongi.

Aska Ongi, seorang selebgram, mengaku bahwa dirinya menerima tindak kekerasan dari Aliff Alli, seorang aktor berkebangsaan Malaysia.

Melansir Grid.id (21/5/2020) Keduanya memang sempat membina hubungan rumah tangga bersama. Aska mengungkapkan bahwa dirinya menjadi korban KDRT oleh Aliff saat kehamilannya berusia 4 bulan.

Kini Aska tengah mengurus kasus dugaan KDRT yang dilakukan oleh Aliff saat masih menjadi suaminya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pada hari Rabu (20/5/2020), Aska didampingi kuasa hukumnya, pengacara Sunan Kalijaga menyambangi Polda Metro Jaya.

Baca juga: Dampak Baru Covid-19: Meningkatnya Angka KDRT di Berbagai Negara

Mengapa KDRT bisa terjadi?

Menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rose Mini Agoes Salim, alasan orang melakukan KDRT pada saat telah membangun hubungan rumah tangga adalah karena tidak ada lagi "rem" yang membatasi.

"Sebelumnya kadang-kadang mereka tidak berani melakukan hal tersebut, karena masih ada satu yang nge-rem yaitu bahwa orang yang dekat itu hilang atau pergi.  Bisa juga khawatir akan mendapat ketidaksetujuan dari orang tua (calon pasangan). Jadi ada "rem" yang bisa membatasi dirinya," kata Rose Mini saat dihubungi Kompas.com (31/5/2020).

Rose Mini, yang biasa disapa Romy, menyebut bahwa setelah menikah "rem" tersebut hilang. Karena pelaku berpikir bahwa istri atau suami-nya sudah dia miliki.

KDRT biasanya juga dilakukan oleh orang yang mempunyai power kepada orang yang tidak mempunyai power. Dalam rumah tangga, bila istri atau suami mengalami ketimpangan relasi maka salah satu pihak akan merasa bisa berbuat seenaknya.

Terkait masalah cinta, Romy menyebut bahwa pelaku KDRT terkadang menyebut bahwa mereka masih mencintai pasangannya.

Namun, mereka sudah kehilangan "rem" untuk menahan amarah yang dimiliki.

Baca juga: Dampak Virus Corona, Kasus KDRT di Dunia Meningkat akibat Covid-19

Apakah KDRT bisa disembuhkan?

Menurut Romy, perilaku KDRT kemungkinan masih bisa disembuhkan. Asalkan, pelakunya mendapat penanganan yang baik dan tepat.

"Dengan cara melakukan manajemen diri terhadap kemarahan atau anger management. Bagaimana cara penyaluran marah yang baik itu seperti apa," jelas Romy.

Menurut dia, banyak pelaku KDRT karena tidak memiliki kemampuan komunikasi yang baik.

"Pada kehidupan rumah tangga, orang harus memiliki kemampuan asertif yakni menyatakan perasaan, pikiran, dan keinginannya tanpa menyakiti orang lain. Jadi, orang bisa menyatakan pikiran seperti 'Saya nggak suka ya, saya nggak mau' tanpa perlu marah atau dengan menyakiti orang lain," kata Romy.

Mengontrol emosi

Selain anger management, hal lain yang perlu dipelajari adalah cara meregulasi emosi. Menurut Romy, kadang-kadang orang bisa lupa cara mengontrol dan meregulasi emosinya.

"Stimulasi di luar apa, sesuaikan, jangan sampai marahnya melebihi stimulusnya. Misalnya, kalau dipukul orang kan marahnya nggak sama dengan kalau tanpa sengaja tersandung oleh orang lain," jelas Romy.

Baca juga: RUU Ketahanan Keluarga Tak Cantumkan Aturan KDRT, Ini Penjelasan Pengusul

Meski demikian, Romy juga menyebut bahwa pelaku KDRT bisa saja mengulangi perbuatannya. Terlebih bila pelaku masih belum bisa meredam emosinya dan belum mendapat penanganan yang benar.

"Jadi kalau pelaku minta maaf, itu hanya untuk sebentar, pada saat itu saja, ketika emosinya sedang tidak meletup-letup. Jadi dia seperti seolah-olah sadar," kata Romy.

Menurut dia, dalam beberapa kasus, terkadang pelaku merasa mendapat stimulus untuk melakukan kekerasan ketika victim atau korban terlihat lemah dan menyadari bahwa korban sangat bergantung dengan dirinya.

Sebagai tambahan, Romy juga menyarankan agar para korban KDRT untuk segera melaporkan kejadian yang dia alami, selain itu pelaku KDRT juga harus segera mendapatkan penanganan yang tepat dari psikolog.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi