Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Virus Ebola Kembali Mewabah di Kongo, Ini Perkembangan Vaksinnya

Baca di App
Lihat Foto
shutterstock
Ilustrasi ebola
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - WHO melaporkan adanya wabah virus ebola di Kongo pada Senin (1/6/2020). Sebanyak lima orang dilaporkan meninggal sejak infeksi yang terjadi sejak pertengahan Mei tersebut.

Serangan wabah yang terjadi saat ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi di Kongo. Disebutkan organisasi kesehatan dunia WHO, virus ebola yang terjadi kali ini adalah yang ke-11 kalinya.

Virus ebola pertama kali ditemukan tahun 1976 dari dua outbreak yang terjadi bersamaan yaitu di sebuah daerah terpencil di Sudan dan sebuah desa yang terletak dekat sungai Ebola di Congo.

Lokasi inilah yang kemudian menjadikan nama ini sebagai penyakit Ebola atau virus Ebola.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: WHO Melaporkan Adanya Wabah Virus Ebola Baru di Kongo


Sumber virus

Mengutip web Kementrian Kesehatan RI, sumber virus ebola belum diketahui secara pasti, namun berdasarkan bukti yang ada, diperkirakan kelelawar pemakan buah (Pteropodidae) adalah host dari virus ini.

Virus ebola termasuk kedalam genus Filovirus, dimana infeksi virus dalam genus ini dapat menyebabkan kematian hingga 90 persen.

Ebola endemis di beberapa negara di Afrika seperti Democratic Republic Congo (DRC), Gabon, South Sudan, Afrika Selatan, dan Republic of Congo.

Hingga saat ini belum ditemukan vaksin dan pengobatan spesifik untuk penyakit ini, hal ini disebabkan oleh virus yang muncul secara sporadic.

Namun, potensi terjadinya pandemi penyakit virus ebola (PVE) sangat besar, mengingat PVE yang mudah menular dan adanya mobilitas tinggi masyarakat dunia.

Oleh karena itu, outbreak besar PVE yang terjadi pada akhir Desember tahun 2014 – Desember 2015 memberikan pelajaran bagi dunia bahwa dibutuhkan vaksin dan pengobatan PVE.

Pengembangan vaksin

Pengembangan vaksin PVE dimulai sejak tahun 1996, pengenalan vesicular stomatitis virus (VSV) sebagai bahan dasar utama dalam pembuatan vaksin PVE oleh Rose’s group di Universitas Yale, Amerika Serikat.

Baca juga: Ebola, Virus yang Kembali Merebak di Kongo, Bagaimana Penularannya?

Dua tahun selanjutnya pengembangan VSV menjadi VSV-EBOV dilakukan oleh Feldmann, Klenk and Volchko.

Pada tahun 2003 pengembangan vaksin dilakukan dengan menghapus glikoprotein sehingga VSV-EBOV diganti menjadi VSVΔG-ZEBOV-GP.

Tahun 2010 Badan Kasehatan Kanada memberikan lisensi keamanan kepada NewLink untuk memproduksi vaksin tersebut.

Namun, pada tahun 2017 Merck mendapatkan lisensi dari NewLink atas vaksin rVSVΔG-ZEBOV-GP yang kemudian lebih dikenal dengan Merck’s V-920.

Kandidat kedua vaksin PVE yang saat ini sedang dikembangkan adalah Ad26-ZE- BOV/MVA-BN-Filo prime-boost, vaksin yang sedang dikembangkan oleh Janssen Vaccines & Prevention B.V.

Meskipun telah terjamin keamanannya, vaksin ini mempunyai efek samping yaitu nyeri sendi yang terjadi pada fase I atau fase II.

Dengan demikian, penggunaan vaksin ini sudah efektif. kemudian dilakukan uji coba kembali pada fase III pada orang dewasa yang sehat dengan pemberian dosis rendah dan dosis tinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa keamanan dan melihat efek samping dari yang ringan hingga sedang.

Baca juga: Jadi Epidemi di Afrika, Bagaimana Gejala hingga Pengobatan Ebola?

Sebuah percobaan eksperimental vaksin Ebola dengan menggunakan rVSV-ZEBOV pernah dilakukan di Guinea pada saat terjadi outbreak besar pada tahun 2015.

Sebanyak 11.841 orang terlibat di dalam percobaan ini, 5837 diantaranya mendapatkan vaksinasi.

Tidak ada laporan kasus PVE selama sepuluh hari setelah vaksinasi pada kelompok yang mendapatkan vaksin sedangkan pada kelompok yang tidak mendapatkan vaksinasi sebanyak 23 kasus PVE dilaporkan.

Hal ini menunjukkan efektivitas vaksin rVSV-ZEBOV yang cukup tinggi pada percobaan ini.

Vaksin Vesicular Stomatitis Virus (VSV) yang merupakan isi vaksin untuk melawan penyakit ebola, telah dilakukan uji coba klinis untuk keamanan dan kemanjuran vaksin tersebut.

Diharapkan adanya penelitian lanjutan terhadap vaksin virus ebola serta meminimalisir efek samping yang terjadi untuk kemajuan pengobatan yang lebih baik di masa yang akan datang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi