Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mempersiapkan Masyarakat Menghadapi New Normal, Apa yang Harus Dilakukan?

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/ADENG BUSTOMI
Manajemen Super Market Asia Plaza memasang penyekat transparan di seluruh layanan pembayaran (kasir) sebagai protokol kesehatan di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (28/5/2020). Pemerintah Provinsi Jabar mempersiapkan adaptasi normal baru atau new normal yang mengacu pada sejumlah indikator dan persiapan matang, dengan tujuan memulihkan perekonomian disertai pengendalian risiko penularan COVID-19 yang komprehensif mulai 1 Juni 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Indonesia akan segera memasuki fase new normal di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi.

Pada fase ini, pembatasan kegiatan masyarakat akan dilonggarkan.

Masyarakat bisa kembali beraktivitas seperti bekerja dan bersekolah, namun dengan tetap mematuhi sejumlah protokol kesehatan seperti memakai masker dan membatasi jarak fisik.

Namun, penerapan new normal ini belum sepenuhnya dapat dipahami. Masih banyak pertanyaan, apa itu new normal? Bagaimana kehidupan akan berjalan? Dan berbagai pertanyaan lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah agar penerapan new normal sukses dan tidak menjadi bumerang dalam proses pengendalian virus corona penyebab Covid-19.

Di media sosial Twitter, Selasa (2/6/2020), salah satu trending "bagaimana new normal", merekam perbincangan warganet tentang berbagai hal yang belum mereka pahami soal tatanan baru.

Baca juga: INFOGRAFIK: Panduan New Normal Penumpang Kereta Api

Bagaimana mempersiapkan masyarakat siap menghadapi new normal?

Menurut Sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Sunyoto Usman, pemerintah masih perlu membenahi sejumlah persoalan sebelum mempersiapkan masyarakat menerima new normal dengan baik. 

Sunyoto menduga, ada persoalan yang terjadi di tiga level yakni pada level kebijakan, koordinasi antar lembaga dan level operasionalnya.

"Seharusnya pemerintah memberi penjelasan apa konsep new normal dan seperti pa kebijakannya. New normal seharusnya dikonsepsikan sebagai kondisi baru yang lebih baik, by plan (direncanakan berbasis kebijakan dan adaptasi tertentu), memberi perlindungan kesehatan, dan menjaga pertumbuhan ekonomi. Pertanyaannya, apa memang sudah aman dengan pelonggaran tersebut?" kata Sunyoto, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/6/2020).

Menurut dia, dalam mempersiapkan masyarakat memasuki fase new normal tidak bisa disamakan seluruh daerah.

Ada daerah yang sudah bisa menerapkan new normal, tetapi masih banyak juga daerah yang ancaman virus coronanya belum reda. 

"Efektivitas RT/RW juga tergantung karakteristik lingkungannya. Banyak lingkungan yang warganya tidak akrab. Bahkan di beberapa perumahan urban tidak saling kenal. Beda dengan daerah sub-urban atau desa," kata Sunyoto.

Baca juga: PBNU Keluarkan Protokol Ibadah di Masjid Saat New Normal 

Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Umat Muslim menunaikan shalat Jumat di Masjid Agung Al-Barkah, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat, (29/5/2020). Kota Bekasi menjajaki hidup normal baru atau new normal dengan mengizinkan warganya kembali menggelar shalat Jumat di masjid di 50 kelurahan zona hijau atau bebas Covid-19 pada Jumat (29/5/2020). Shalat Jumat digelar dengan protokol ketat pencegahan Covid-19 dan hanya diikuti terbatas oleh warga yang bermukim di sekitar masjid.
Gugus Tugas daerah bisa lebih efektif

Menurut Sunyoto, terkait efektivitas metode persiapan new normal yang diterapkan, kemungkinan besar bergantung pada Gugus Tugas Penanganan Covid-19 di masing-masing daerah.

Alasannya, mereka yang paling mengetahui karakteristik masyarakat di daerahnya.

Selain itu, menurut dia, pemasangan baliho dan selebaran yang memuat informasi soal bahaya Covid-19 kurang efektif untuk mengedukasi masyarakat. 

Sementara, kampanye melalui media sosial hanya bisa dijangkau oleh mereka yang memiliki akses internet memadai.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar masyarakat diberi dan saling memberi contoh nyata melalui perilaku yang bisa diteladani.

Perilaku ini, misalnya, dengan memasang tempat cuci tangan yang dilengkapi sabun di depan rumah. 

Bisa pula dengan memperketat pengawasan dan pengamanan di tempat-tempat yang berpotensi menimbulkan kerumunan orang, seperti mal, pasar, dan terminal.

"Pejabat juga jangan bicara dan mengeluarkan pernyataan yang melahirkan tafsir kondisi aman. Misal, jumlah kasus positif menurun. Itu menurun dari angka berapa ke angka berapa? Misal lagi, pernyataan pejabat 'Kita belum perlu PSBB'' Pernyataan semacam itu bagi masyarakat awam bisa ditafsirkan kondisi sudah aman," kata Sunyoto.

Baca juga: New Normal (yang) Tak Normal

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Daftar 4 Provinsi dan 25 Kabupaten/Kota yang Terapkan New Normal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi