Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti China dan Amerika Serikat Berhasil Lacak Virus Corona pada Kelelawar

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Rudmer Zwerver
Kelelawar tapal kuda (Rhinolophus) sejauh ini merupakan reservoir (sarang) alami yang penting bagi virus corona. Hewan ini juga memiliki virus corona yang merupakan kerabat dekat SARS-CoV-2.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah tim  yang terdiri dari ilmuwan berbagai negara, termasuk seorang peneliti terkemuka di Institut Virologi Wuhan, telah berhasil menganalisis semua virus corona yang dikenal dalam kelelawar China.

Hasil analisis genetik tersebut kemudian digunakan untuk melacak kemungkinan asal virus corona baru hingga ke spesies kelelawar tapal kuda.

Melansir New York Times, Senin (1/6/2020), mereka juga menunjukkan berbagai macam virus ini ditemukan di China bagian selatan dan barat daya serta mendesak pemantauan lebih dekat virus kelelawar di daerah tersebut.

Mereka juga mendesak perlunya upaya yang lebih serius untuk mengubah perilaku manusia sebagai cara untuk mengurangi kemungkinan pandemi di masa depan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penelitian ini didukung oleh program hibah Amerika Serikat senilai lebih dari 3 juta dollar AS untuk EcoHealth Alliance, sebuah organisasi nirlaba yang berbasis di New York.

Kabar terbaru menyebutkan, program ini secara mengejutkan dibatalkan oleh National Institutes of Health.

Pembatalan program hibah ini menuai protes dari komunitas ilmiah.

Meski demikian, laporan penelitian ini telah diterima oleh jurnal Nature Communications, dan telah diposting di BioRxiv (dibaca: bio-archive), tempat penelitian ilmiah biasa dirilis sebelum publikasi.

Laporan ini memberikan gambaran sekilas tentang hasil pekerjaan yang telah didukung oleh program hibah tersebut.

Para peneliti, sebagian besar dari China dan Amerika Serikat, melakukan pencarian mendalam dan analisis virus corona pada kelelawar.

Tujuannya, mengidentifikasi hot spots bagi potensi penyebaran virus ini ke manusia, dan mengakibatkan berjangkitnya penyakit.

Baca juga: Update Virus Corona di Dunia 3 Juni: 6,4 Juta Orang Terinfeksi | Tes Berbasis Air Liur di Jepang

Kemungkinan besar dari kelelawar tapal kuda

Ada cukup banyak bukti genetik yang menunjukkan bahwa virus corona penyebab Covid-19 berasal dari kelelawar.

Kelelawar tapal kuda, khususnya, dianggap sebagai inang utama karena punya riwayat dalam penyakit lainnya, seperti wabah SARS pada tahun 2003.

Meski demikian, tidak ada satu pun virus dari kelelawar yang memiliki kemiripan dengan virus corona penyebab Covid-19 sehingga meniadakan kemungkinan bahwa virus itu berpindah langsung dari kelelawar ke manusia.

Nenek moyang langsung dari virus corona baru penyebab Covid-19 belum ditemukan.

Peneliti memperkirakan kemungkinan ada pada kelelawar atau hewan lain yang berperan sebagai hewan perantara dalam kasus penularan ke manusia.

Awalnya, trenggiling sempat dicurigai, meskipun analisis terbaru tentang virus corona pada trenggiling menunjukkan bahwa meskipun mungkin punya peranan dalam evolusi virus baru, tidak ada bukti bahwa trenggiling adalah sumber langsung.

Baca juga: Lab di Wuhan Punya 3 Jenis Virus Corona dari Kelelawar

Penelitian baru ini meliputi analisis kelelawar dan evolusi virus yang sangat mendukung dugaan asal virus pada kelelawar tapal kuda.

Namun, hal ini masih perlu dipastikan lagi terutama karena sejumlah besar informasi tentang virus tersebut belum diketahui.

Laporan itu juga menambahkan detail apa yang diketahui para ilmuwan tentang coronavirus pada kelelawar, bagaimana mereka berevolusi, dan ancaman apa yang mereka bawa.

Para peneliti mengumpulkan cairan oral dan dubur, serta sampel tinja dari kelelawar di gua-gua di seluruh China dari 2010 hingga 2015.

Sampel itu kemudian digunakan untuk pengurutan genetik untuk memperoleh 781 sekuens parsial dari virus.

Mereka membandingkan ini dengan informasi urutan yang sudah didokumentasikan dalam database komputer tentang virus corona pada kelelawar dan pada trenggiling.

Mereka menemukan bukti bahwa virus corona baru penyebab Covid-19 mungkin telah berevolusi di Provinsi Yunnan.

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa hal tersebut bisa terjadi di tempat lain di Asia Tenggara atau di luar China.

Baca juga: Bukti Baru: Ditemukan Virus Corona Kerabat Dekat SARS-CoV-2 pada Kelelawar

Pengawasan pada aktivitas manusia

Keluarga kelelawar yang termasuk genus tapal kuda, Rhinolophus, tampaknya berasal dari China puluhan juta tahun yang lalu.

Mereka memiliki sejarah panjang evolusi bersama dengan virus corona, yang menurut laporan itu biasanya menyebar dari satu spesies kelelawar ke spesies lainnya.

Peter Daszak, presiden EcoHealth Alliance, menyebutkan, wilayah di mana China, Laos, Vietnam, dan Myanmar bertemu menjadi hotspots sesungguhnya bagi virus-virus ini.

Dia mengatakan, wilayah itu tidak hanya dicirikan oleh keanekaragaman kelelawar dan virus corona.

Tetapi juga oleh urbanisasi, pertumbuhan populasi, dan peternakan unggas dan aktivitas peternakan yang padat.

Semua faktor tersebut dapat menyebabkan virus menyebar dari satu spesies ke spesies lain, dan bisa menjadi penyebab penyebaran penyakit pada manusia.

Menurut Dr. Daszak, pengawasan tidak hanya harus dilakukan pada kelelawar tetapi juga pada manusia.

"Orang-orang membudidayakan satwa liar di seluruh China Selatan, puluhan ribu orang yang terlibat dalam industri ini, mereka harus mendapatkan tes rutin. Tidak hanya untuk Covid-19, tetapi juga untuk virus lain yang mungkin menginfeksi mereka," kara Daszak.

Dia mengakui, upaya tersebut akan menelan biaya sangat mahal.

Meski demikian, menurut dia, jika dibandingkan dengan biaya menangani pandemi, biaya untuk penelitian dan pengawasan ini bisa disebut sebagai investasi yang menguntungkan.

Baca juga: Kelelawar Membawa Banyak Virus Corona, Mengapa Tidak Ikut Sakit?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi