Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Sepeda Sedunia dan Perubahan Gaya Hidup di Tengah Pandemi...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/BAYU PRATAMA S
Warga bersepeda menggunakan masker pelindung pernapasan ketika melintas di Jalan Ahmad Yani yang terpapar kabut asap di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (15/9/2019). Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di sejumlah wilayah Provinsi Kalsel mengakibatkan Kota Banjarmasin terpapar kabut asap dengan aroma yang menyengat dan bertambah pekat dalam beberapa hari terakhir.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Bersepeda kini telah menjadi salah satu pilihan gaya hidup sehat. Tak hanya di Indonesia, sepeda juga digemari orang-orang di seluruh dunia.

Setiap tahunnya pada 3 Juni diperingati sebagai Hari Sepeda Sedunia atau Hari Sepeda Internasional.

Awal mulanya hal itu ditetapkan oleh United Nations atau Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Pada April 2018, Majelis Umum PBB mendeklarasikan 3 Juni sebagai Hari Sepeda Dunia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Sepak Terjang Benny Wenda, Disebut Dalang Kerusuhan Papua hingga Datangi Sidang PBB

Dilansir laman resmi UN, latar belakang dirayakannya hari bersepeda adalah adanya berbagai manfaat dari kegiatan bersepeda.

Sepeda merupakan alat transportasi sederhana, terjangkau, andal, bersih, dan ramah lingkungan.

Selain itu ada beberapa alasan perlunya merayakan hari bersepeda menurut WHO:

  1. Sepeda adalah alat transportasi yang sederhana, terjangkau, andal, bersih, dan ramah lingkungan.
  2. Sepeda dapat berfungsi sebagai alat untuk pengembangan dan sebagai sarana tidak hanya transportasi tetapi juga akses ke pendidikan, perawatan kesehatan dan olahraga.
  3. Sinergi antara sepeda dan pengguna menumbuhkan kreativitas dan keterlibatan sosial dan memberi pengguna kesadaran langsung tentang lingkungan setempat.
  4. Sepeda adalah simbol transportasi berkelanjutan dan menyampaikan pesan positif untuk mendorong konsumsi dan produksi berkelanjutan, dan memiliki dampak positif pada iklim.

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Beberapa hal yang diserukan terkait Hari Sepeda Sedunia antara lain mendorong negara-negara anggota untuk mencurahkan perhatian khusus pada sepeda dalam strategi pembangunan lintas sektoral, memasukkan sepeda dalam kebijakan serta program pembangunan.

Selain itu mendorong negara-negara anggota untuk meningkatkan keselamatan jalan dan mengintegrasikannya ke dalam mobilitas berkelanjutan, perencanaan, dan desain infrastruktur.

Baca juga: Berikut Panduan Lengkap Kegiatan Keagamaan di Tempat Ibadah Selama Pandemi Corona

Penemuan sepeda

Meski sepeda diklaim diciptakan oleh orang Jerman, ternyata sepeda yang sering kita temui saat ini tercipta akibat letusan Gunung Tambora di NTT pada 1815.

Sebagaimana dituliskan dalam referensi sejarah, letusan tambora 2 abad lalu tersebut menjadi salah satu yang terkuat di kunia. 92.000 orang dikabarkan meninggal akibat perisitwa vulkanik itu.

Abu yang disemburkan Tambora disebut mempengaruhi suhu rata-rata dunia. Letusan tersebut bahkan membuat sejumlah negara di belahan bumi utara tak memiliki musim panas selama satu tahun.

Tak hanya di Swiss, tahun tanpa musim panas juga melanda seluruh daratan Eropa. Gagal panen dan kelaparan merajalela. Di Irlandia, selama bulan Mei dan September 1816 terjadi hujan selama 142 dari 153 hari.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Letusan Hebat Gunung Tambora yang Mengubah Dunia

Pada tahun itu juga, epidemi tipus merajalela di Eropa tenggara dan Mediterania sehingga menewaskan sedikitnya 10.000 jiwa. Bahkan, sebagian menyebut angka ratusan ribu. Tak heran jika banyak sejarawan menulis, letusan Tambora telah menyebabkan ”krisis terakhir dan terbesar di dunia Barat”.

Letusan Tambora telah menyebabkan ”krisis terakhir dan terbesar” di dunia Barat.

Dilansir dari Ekspedisi Cincin Api Kompas, 3 Oktober 2018, pada tahun tersulit itu, seorang Jerman bernama Karl Drais membuat alat sederhana beroda dua dari bahan kayu yang kemudian diberi nama draisine.

Satu-satunya cara untuk mengendarai sepeda ini adalah dengan menjejakkan kaki ke tanah agar draisine mau meluncur.

Karena itulah, alat ini juga disebut hobby horse, merujuk pada arti ”kuda-kudaan” karena tujuan alat ini adalah menggantikan kerja kuda.

Penemuan ini merupakan titik awal prinsip keseimbangan sepeda modern. Draisine menjadi sepeda pertama yang didaftarkan hak patennya pada 1818.

Baca juga: Sejarah Gunung Anak Krakatau dan Letusan Terdahsyat 1833 yang Menewaskan 36.417 Orang...

Sepeda dan alternatif transportasi selama pandemi

Sementara itu, ketakutan masyarakat akan tertular virus corona saat naik transportasi umum membuat sepeda menjadi salah satu alternatif alat transportasi di seluruh dunia.

Dilansir BBC, Kamis (7/5/2020), di Inggris penjualan sepeda meningkat 200 persen. Orang-orang yang bekerja untuk layanan darurat berbondong-bondong memesan sepeda.

Permintaan sepeda untuk mobilitas dan olahraga juga meningkat di seluruh daratan Inggris.

Salah satu toko sepeda, Broadribb Cycles Bicester dapat menjual hingga 50 sepeda setiap harinya dan melihat peningkatan permintaan untuk servis.

Seebuah jajak pendapat baru-baru ini dari consultants SYSTRA menunjukkan 61 persen orang Inggris takut mengambil transportasi umum pasca-lockdown.

Baca juga: Plus Minus Wacana Pembukaan Sekolah di Tengah Pandemi Corona...

Perubahan jalur sepeda

Pandemi juga telah membuat jalur sepeda tambahan selama krisis. Dalam banyak kasus, jalur sepeda itu mengambil salah satu jalur mobil di jalur ganda.

Tak hanya di Inggris, itu juga terjadi di seluruh dunia. Seperti di Jerman, jalur siklus yang diperluas telah ditandai oleh pita yang dapat dilepas dan rambu-rambu bergerak.

Paris meluncurkan 650 kilometer jalan sepeda, termasuk sejumlah pop-up "sepeda corona" .

Beberapa kota salah satunya di Milan, bahkan membuat perubahan jalur itu menjadi permanen.

Pemerintah Skotlandia mengalokasikan 10 juta pound (sekitar Rp 178 miliar) untuk menyediakan ruang sementara di jalan.

Baca juga: Berikut Daftar Ajang Olahraga yang Dibatalkan akibat Virus Corona

Sementara itu di Amerika Serikat hal serupa terjadi. Dilansir Japan TImes, Senin (25/5/2020), pandemi terbukti menjadi anugerah bagi toko-toko sepeda karena lonjakan permintaan.

Orang-orang mengantre di toko-toko yang masih buka dan mekanik berjuang memenuhi permintaan. Di seluruh penjuru negeri dan dunia sepeda terjual habis.

"Kami memiliki penjualan tiga hari setahun sekali yang secara harfiah disebut 'penjualan gila.' Ini hanya terasa seperti dua bulan berturut-turut penjualan gila," kata Dale Ollison, seorang mekanik sepeda di Hank and Frank Bicycles, Oakland, California.

Tak hanya itu, Direktur Eksekutif San Francisco Bicycle Coalition Brian Wiedenmeier mengatakan banyak orang membersihkan sepeda mereka agar bisa menggunakan sepeda lama mereka daripada membeli baru.

Baca juga: Berikut Cara Mengatur Pola Tidur yang Baik Saat Pandemi Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi