Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian Covid-19 Melonjak, Swedia Akui Kesalahan Strategi Pandemi

Baca di App
Lihat Foto
AFP/JONATHAN NACKSTRAND
Ahli epidemiologi Swedia, Anders Tegnell dari Badan Kesehatan Masyarakat Swedia digambarkan saat diwawancarai setelah konferensi pers untuk memberikan informasi terkini tentang situasi tentang coronavirus novel COVID-19, pada 9 April 2020 di Solna, Swedia.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Swedia yang sebelumnya disebut-sebut melakukan kebijakan herd immunity, sepertinya mulai menyesali strategi tersebut.

Terlebih dengan melihat jumlah kasus dan korban meninggal di negara tersebut, dibandingkan dengan negara tetangganya.

Swedia, seperti dikutip dari worldometers mencatatkan 38.589 kasus infeksi dengan korban meninggal 4.468 orang.

"Terlalu banyak yang meninggal terlalu cepat, dan Swedia seharusnya berbuat lebih banyak untuk menghentikan penyebaran virus corona pada tahap awal," kata ahli epidemiologi negara Anders Tegnell kepada radio publik Swedia pada hari Rabu (3/6/2020) pagi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Melihat Swedia dalam Penanganan Kasus Virus Corona

Mengakui kesalahan

Tegnell menjadi salah satu epidemiologi yang memberikan masukan bagi pemerintah Swedia tentang kebijakan yang diambil untuk mengatasi pandemi corona.

"Jika kita menghadapi penyakit yang sama lagi, tahu persis apa yang kita ketahui tentang hari ini, saya pikir kita akan memutuskan untuk melakukan sesuatu di antara apa yang dilakukan oleh seluruh dunia," Tegnell.

Swedia, tidak seperti negara sekitarnya tidak memberlakukan kebijakan penguncian yang ketat untuk mencegah penyebaran.

Sehingga kasus yang terjadi di negara itu cukup tinggi dibandingkan negara Skandinavia lainnya.

Denmark misalnya, mencatat 11.734 kasus dengan 580 korban meninggal, Finlandia 6.887 kasus dan 320 meninggal, Norwegia 8.455 kasus dan 237 meninggal dan Islandia 1.806 kasus dengan hanya 10 korban meninggal.

Frode Forland, direktur spesialis penyakit menular dan kesehatan global di Institut Kesehatan Masyarakat Norwegia, bulan lalu menuduh Swedia terlalu terikat dengan rencana yang telah ditetapkan jauh sebelum pandemi itu meletus, dan gagal beradaptasi dengan informasi baru.

"Kami melihat ada beberapa hal di sana yang berbeda dalam epidemi ini dari pandemi influenza normal: Itu jauh lebih menular, dan itu jauh lebih serius kematiannya mungkin lima kali lebih tinggi, dan daya menularnya mungkin tiga kali lebih tinggi," kata Forland kepada The Local.

Baca juga: Ini Alasan Pemerintah Swedia Tidak Terapkan Lockdown

Tidak melakukan kuncian ketat

Sepanjang pandemi, Swedia telah mengadopsi pendekatan yang lebih lunak daripada banyak negara tetangganya di Eropa.

Virus corona di Swedia berdampak pada perawatan lansia Swedia dengan sangat cepat. Sekitar setengah dari seluruh 70-an yang meninggal karena virus tinggal di rumah perawatan.

Sementara sekitar seperempat sisanya menerima perawatan di rumah, menurut Dewan Kesehatan dan Kesejahteraan Nasional

Tegnell dan rekan-rekannya di Badan Kesehatan Umum Swedia secara konsisten berpendapat bahwa strategi mereka yaitu hanya menyarankan mencuci tangan dan memakai masker, daripada penguncian penuh.

Pertemuan lebih dari 50 orang terus dilarang, tetapi selama krisis Swedia membolehkan warga mengunjungi restoran, berbelanja, menghadiri pusat kebugaran dan anak-anak di bawah 16 tahun tetap sekolah.

Tetapi baru-baru ini Tegnell mengatakan terlalu banyak yang kehilangan nyawa.

Sementara itu seperti dikutip dari Bloomberg, untuk pertama kalinya Tegnell mengakui secara terbuka bahwa strategi ini menghasilkan terlalu banyak kematian.

"Saya pikir jelas ada ruang untuk perbaikan untuk apa yang telah kami lakukan di Swedia. Akan lebih baik untuk mengetahui dengan tepat apa yang harus ditutup untuk mengurangi penyebaran infeksi dengan lebih baik," kata Tegnell kepada Ekot.

"Di masa depan kita harus memikirkan jika ada cara untuk menghentikan (jumlah kematian)," lanjut dia.

Baca juga: Swedia Disebut Terapkan Herd Immunity, Begini Bahayanya Menurut Epidemiolog

Ekonomi jeblok

Selain masalah pandemi, Menteri Keuangan Magdalena Andersson baru-baru ini memperingatkan bahwa Swedia menghadapi krisis ekonomi terburuk sejak Perang Dunia II , dengan PDB akan merosot 7 persen pada tahun 2020. 

Pemerintah mulai khawatir tentang keliru langkah yang diambil untuk memerangi penyebaran virus di Swedia. Pada hari Senin, Lofven berjanji akan ada penyelidikan tentang penanganan krisis sebelum musim panas.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi