Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melihat Dampak di Korea Selatan hingga Perancis Setelah Sekolah Dibuka Kembali...

Baca di App
Lihat Foto
YONHAP NEWS AGENCY via REUTERS
Seorang ibu mencium anaknya, di mana mereka menggunakan masker untuk menghindari penularan virus corona di TK di Seoul, Korea Selatan, pada 27 Mei 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Sejumlah negara  mulai melakukan pelonggaran berbagai pembatasan yang diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona.

Salah satu pelonggaran yang dilakukan adalah dengan membuka kembali sekolah dan siswa kembali belajar di sekolah.

Ada kekhawatiran pembukaan aktivitas belajar di sekolah akan meningkatkan risiko penyebaran virus corona di kalangan siswa.

Bagaimana dampak pembukaan sekolah-sekolah yang dilakukan di berbagai negara?

Berikut beberapa perkembangan di antaranya:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korea Selatan

Melansir BBC, pada Rabu (27/5/2020), Korea Selatan membuka kembali aktivitas belajar siswa di sekolah setelah negara itu melonggarkan pembatasan.

Akan tetapi, sehari kemudian, Korea Selatan melaporkan adanya 79 tambahan kasus baru.

Angka ini termasuk angka tertinggi di Korsel dalam dua bulan terakhir. Akibatnya, lebih dari 200 sekolah kembali ditutup.

Kasus baru yang muncul sebagian besar disebut berkaitan dengan perusahaan e-commerce, Coupang, yang tak mematuhi langkah pengendalian infeksi.

Seorang siswa di Seoul yang ibunya bekerja di Gudang Coupang ditemukan terinfeksi.

Sebuah laporan dari Korea Times sebagaimana diberitakan Kompas.com, 30 Mei 2020, sekolah di Ibu Kota Seoul juga menunda pembukaannya.

Baca juga: Sempat Dibuka, Ratusan Sekolah di Korea Selatan Kembali Ditutup, Ini Penyebabnya...

Denmark

Setelah sekitar 1,5 bulan dibukanya kembali sekolah, Denmark mengklaim tak ada peningkatan kasus infeksi virus corona di negara itu.

Denmark menjadi negara di Eropa yang pertama kali membuka sekolah dan penitipan anak setelah menerapkan pengunian.

Anak-anak yang diizinkan kembali ke sekolah adalah mereka yang berusia 2 hingga 12 tahun. Pembukaan sekolah telah dilakukan sejak 15 April.

"Anda tidak dapat melihat efek negatif dari pembukaan kembali sekolah," kata Peter Andersen, Dokter Epidemiologi dan Pencegahan Penyakit Menular di Institut Serum Denmark, Kamis (28/5/2020), kepada Reuters.

Baca juga: Denmark Klaim Tak Ada Peningkatan Kasus Covid-19 setelah 1,5 Bulan Sekolah Dibuka

Perancis

Sama dengan Korea Selatan, Perancis kembali menutup sekolah yang sempat dibuka.

Hal ini dilakukan setelah Perancis menemukan setidaknya 70 kasus baru Covid-19 yang dikaitkan dengan dibukanya kembali sekolah.

Melansir NBC News, penutupan sekolah dilakukan setelah satu minggu sekolah dibuka.

Menteri Pendidikan Jean-Michel Blanquer mengatakan, penutupan 7 sekolah di Perancis Utara itu tidak menjelaskan apakah 70 kasus Covid-19 itu ada di kalangan siswa atau guru.

Namun, melihat masa inkubasi virus, ia mengatakan, kemungkinan mereka terinfeksi sebelum 40.000 pra-sekolah dan sekolah dibuka kembali.

Baca juga: Setelah Perancis, Korsel Tutup Kembali 250 Sekolah Setelah Sempat Dibuka

Belanda

Melansir Euronews, Belanda mulai membuka sekolah pada 11 Mei 2020.

Pada Rabu (3/6/2020), sebuah sekolah di Den Haag Belanda kembali ditutup lantaran 2 guru dinyatakan positif Covid-19 dan 7 siswa mengalami gejala gastrointestinal (keluhan saluran pencernaan).

The Star memberitakan, ini menjadi sekolah pertama yang ditutup sejak sekolah dibuka kembali.

Di Belanda, sekolah tingkat menengah baru dibuka pada Selasa(3/6/2020).

"Dua guru mengalami gejala selama akhir pekan dan dinyatakan positif hari ini," kata Eke Wolters, juru bicara distrik sekolah "Haagse".

Ia mengatakan, guru tersebut belum kembali bekerja sejak sakit. Adapun, siswa yang mengeluh sakit perut yang mungkin gejala awal COVID-19 saat ini sedang diuji.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Institut Nasional Kesehatan (RIVM) Belanda, yang diterbitkan pada Rabu (3/6/2020), menyimpulkan, anak-anak pada usia di bawah 12 tahun tidak membawa dampak besar dalam penularan virus corona jenis baru.

Penelitian dalam jurnal medis Nederlands Tijdschrift Voor Geneeskunde itu berdasarkan penelitian pada 54 keluarga dengan total 227 orang.

"Ya, anak-anak dapat terinfeksi, tetapi penularan terjadi terutama antara orang dewasa dengan usia yang sama, dan dari orang dewasa ke anak-anak," kata penelitian itu dalam kesimpulannya.

Peserta dalam penelitian itu dipilih dari keluarga yang diidentifikasi positif pada 23 Maret-16 April.

Meski demikian, kekurangan penelitian ini, keluarga yang diteliti dipandang tidak mewakili populasi Belanda secara luas.

Baca juga: Kasus Pertama di Belanda, Seekor Anjing Tertular Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi