Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ahli Ingatkan Potensi Penularan Virus Corona dalam Aksi Demonstrasi di AS

Baca di App
Lihat Foto
SIPA USA via REUTERS/CHRISTOPHER DILTS
Demonstran berjalan menuju Lake Shore Drive untuk melakukan unjuk rasa di kawasan Uptown, menuntut keadilan atas kematian pria kulit hitam George Floyd, yang tewas karena lehernya ditindih lutut polisi pada Senin (25/5/2020). Foto diambil di Chicago pada Senin (1/6/2020).
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Ahli kesehatan masyarakat dan pejabat pemerintah, termasuk Gubernur New York, memperingatkan bahwa aksi demonstrasi besar-besaran di jalan dapat memperburuk penyebaran virus corona.

Protes atas kematian George Floyd sejauh ini terus meluas hingga ke kota-kota termasuk New York, Los Angeles, dan Baltimore.

Aksi protes tersebut menghimpun ratusan, bahkan ribuan orang.

Gubernur New York Andrew Cuoma mengungkapkan kekhawatirannya akan aksi protes yang telah berlangsung di wilayahnya dalam beberapa hari terakhir.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Kita berbicara tentang pembukaan kembali dalam satu minggu di New York City dan sekarang kita melihat pertemuan massal ini selama beberapa malam terakhir yang dapat memperburuk penyebaran Covid-19," kata Cuoma, dikutip dari Reuters, Selasa (2/6/2020).

Sementara, Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms merekomendasikan para peserta aksi protes untuk diuji Covid-19.

Baca juga: Marak Aksi Demonstrasi di AS, Kemenlu Imbau WNI Tak Keluar Rumah

Abaikan jarak aman dan sebaran droplet saat aksi

Pakar kesehatan menyebutkan, kedekatan jarak dan teriakan para peserta aksi dapat meningkatkan risiko penularan karena lebih banyak tetesan (droplet) yang dikeluarkan.

Menurut ahli penyakit menular di Vanderbilt University Medical Center, Dr William Schaffner, aksi yang berlangsung di tempat terbuka juga dapat mempercepat penyebaran virus karena terbawa oleh gerakan angin.

"Banyak orang memakai masker, itu juga akan membantu meredam kemungkinan penularan," kata dia.

Menurut dia, sulit untuk memperingatkan para peserta protes bahwa di dekat mereka ada virus.

Seorang ahli penyakit menular di John Hopkins University for Health Security, Dr Amesh Adalja, mengatakan, para demonstran agar memposisikan diri sebagai orang yang terpapar virus.

"Jika Anda termasuk salah satu dari peserta protes, Anda harus mempertimbangkan diri untuk terpapar," jelas dia.

Baca juga: Ben Affleck Turun ke Jalan Dukung Aksi Protes Black Lives Matter 

Seperti diketahui, gelombang protes akibat kematian George Floyd telah berlangsung sejak 28 Mei 2020 dan meluas hingga hampir seluruh kota seantero AS.

Floyd tewas setelah lehernya ditindih oleh Derek Chauvin, polisi yang menanggapi laporan bahwa korban membeli barang dengan uang palsu.

"Aku tak bisa bernapas," ujar Floyd yang kemudian menjadi kalimat penghabisannya, setelah Chauvin diketahui terus menekan lehernya.

Gelombang protes bahkan terjadi di luar Gedung Putih hingga membuat Presiden AS Donald Trump diungsikan ke bunker.

Di sisi lain, AS juga tengah berjuang melawan penyebaran virus corona yang tak kunjung berakhir.

Sejauh ini, AS menjadi negara yang memiliki kasus tertinggi di dunia dengan lebih dari 1,8 juta kasus dan 107.175 kematian.

Baca juga: Atlet NFL Terpapar Covid-19 Usai Ikut Aksi Protes Kematian George Floyd

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi