Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Perusahaan Media Sosial Dinilai Tak Bisa Hentikan Hoaks yang Beredar...

Baca di App
Lihat Foto
DOK. SHUTTERSTOCK
Ilustrasi berita hoaks
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Sejak virus corona meluas menjadi pandemi di dunia, informasi-informasi mengenai hal itu juga ikut menyebar di media sosial.

Tak hanya informasi yang bertanggungjawab, tapi banyak juga informasi yang salah atau disinformasi.

Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa perusahaan media sosial gagal menghentikan berita palsu atau informasi hoaks yang menyebar.

Baca juga: Penerapan New Normal, Zona Hitam di Surabaya, dan Penjelasan Khofifah...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dilansir BBC, Kamis (4/6/2020), ratusan postingan menyebarkan informasi yang salah tentang Covid-19 menurut laporan dari Center for Countering Digital Hate.

Sebanyak 649 postingan dilaporkan ke Facebook dan Twitter. Isinya mengenai obat palsu, propaganda anti-vaksinasi, dan teori konspirasi seputar 5G.

Sebanyak 90 persen tetap terlihat online setelahnya tanpa mendapat peringatan.

Baca juga: Facebook Luncurkan Messenger Rooms Saingi Zoom, Bagaimana Cara Penggunaannya?

Kepala kepala eksekutif Center for Countering Digital Hate, Imran Ahmed, mengatakan perusahaan-perusahaan media sosial mengabaikan tanggung jawab mereka.

Ahmed mengatakan sistem mereka untuk melaporkan informasi yang salah dan menanganinya sama sekali tidak sesuai tujuan.

"Penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa bahkan ketika mereka diberi jabatan yang mempromosikan informasi yang salah, mereka gagal mengambil tindakan," ujarnya.

Penelitian menemukan Twitter dianggap yang paling tidak responsif. Hanya 3 persen dari 179 postingan yang ditindaklanjuti oleh Twitter.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Zona Hitam di Surabaya dan Mengapa Bisa Terjadi?

Facebook menghapus 10 persen dari 334 postingan yang dilaporkan dan menandai 2 persen lainnya sebagai informasi yang salah.

Sementara itu Instagram, milik Facebook juga, hanya menindak 10 persen dari 135 keluhan yang dilaporkan.

Kedua jejaring sosial itu bersikeras mereka telah berupaya untuk membawa berita palsu tentang virus corona terkendali.

Baca juga: CDC Tambahkan 6 Gejala Baru Virus Corona, Apa Saja?

Tanggapan perusahaan media sosial

Meski begitu sampel yang digunakan dalam penelitian tersebut menurut Facebook dinilai tidak representatif.

Seorang juru bicara Facebook mengatakan mereka mengambil langkah-langkah agresif untuk menghapus informasi yang salah. Mereka mengklaim telah menghapus ratusan ribu postingan.

"Selama bulan Maret dan April kami melabeli peringatan pada sekitar 90 juta konten terkait Covid-19 dan label ini telah membuat orang berhenti melihat 95 persen konten," katanya.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Facebook Diluncurkan, Bagaimana Kisah Awalnya?

Pihak Facebook akan memberitahu siapapun yang menyukai, membagikan, atau mengomentari postingan yang telah dihapus itu.

Sementara itu Twitter mengatakan bahwa mereka memprioritaskan penghapusan konten Covid-19 ketika postingan itu memiliki ajakan untuk melakukan tindakan yang berpotensi menyebabkan bahaya.

Akan tetapi Twitter tidak mengambil tindakan penegakan hukum pada setiap twit yang berisi informasi yang tak lengkap atau diperdebatkan tentang Covid-19.

Baca juga: Viral Unggahan Lelang Keperawanan di Twitter, Mengapa Warganet Tertarik Lakukan Prank?

Sejak 18 Maret, Twitter membuat teknologi dengan sistem otomatis yang menargetkan perilaku spam atau manipulatif.

Baik Twitter dan Facebook menghadapi pertanyaan dari sub-komite Media Budaya dan Olahraga Digital Inggris mengenai cara mereka menangani kesalahan informasi virus corona.

Anggota parlemen tidak senang dengan hal itu dan mereka menuntut jawaban yang lebih rinci.

Baca juga: Trending Topic Taufik Hidayat dan Lingkaran Korupsi di Kemenpora...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi