Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Sejumlah Negara Merespons Krisis Ekonomi akibat Covid-19?

Baca di App
Lihat Foto
REUTERS/CHRISTIAN HARTMANN
Seorang pasien yang terinfeksi virus corona dibawa dengan brankar oleh petugas medis Perancis sebelum diterbangkan menggunakan helikopter dari rumah sakit Strasbourg ke Pforzheim, Jerman, pada 24 Maret 2020.
|
Editor: Sari Hardiyanto

 

KOMPAS.com - Lebih dari lima bulan sejak laporan pertama di Wuhan, China, virus corona kini telah menginfeksi lebih dari 200 negara.

Karakter virus yang sangat mudah menular memaksa semua negara untuk menerapkan penguncian, baik secara parsial maupun secara penuh.

Pemerintah pun berbondong-bondong membekukan kegiatan sosial dan ekonomi di semua atau sebagian negara mereka untuk menahan wabah, menutup bisnis yang tidak penting, serta memerintahkan warganya untuk tinggal di rumah selama berbulan-bulan.

Akibatnya, ekonomi global pun runtuh dan bahkan mendorong dunia ke jurang resesi yang lebih parah daripada krisis 2008.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jenis Virus Corona di Indonesia Disebut Tak Masuk Kategori yang Ada di Dunia, Ini Penjelasan Eijkman

Berikut cara sejumlah negara dalam merespon ancaman krisis tersebut, dilansir dari Council on Foreign Relations (CFR), Senin (4/5/2020).

China

Negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia itu mulai bangkit kembali pada April setelah menghadapi ledakan virus corona pada akhir 2019.

Secara keseluruhan, produk domestik bruto (PDB) turun hampir 7 persen pada kuartal pertama, sebuah kontraksi pertama China dalam lebih dari 40 tahun terakhir.

Sejauh ini, bank sentral China telah mengambil tindakan yang relatif sederhana dengan mengurangi persyaratan cadangan untuk bank dan memungkinkan mereka untuk meminjamkan 80 miliar dollar AS kepada pelaku bisnis yang kesulitan.

Namun, kebijakan itu akan memangkas suku bunga di bulan-bulan mendatang.

Sejumlah pihak menyebut adanya kemungkinan bahwa China dapat melupakan target ekonomi untuk tahun ini.

Untuk mencapai tujuan jangka panjang mereka, yaitu menggandakan GDO antara 2010 dan 2020, China harus tumbuh setidaknya 5,6 persen tahun ini, sebuah langkah yang menurut beberapa ekonom masih mungkin dicapai.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 5 Juni: 6,6 Juta Orang Terinfeksi | Iran Bersiap Hadapi Gelombang Kedua

Jerman

Ekonomi Jerman diperkirakan akan menyusut untuk pertama kalinya sejak 2009. Pemerintah sendiri telah memperkirakan kontraksi lebih dari 6 persen yang akan menjadi kinerja ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.

Pada Maret lalu, hampir setengah juta perusahaan Jerman mengajukan permohonan agar karyawan mereka bergabung dengan program kerja pemerintah jangka pendek untuk mencegah PHK massal.

Untuk mengatasi kejatuhan ekonomi, Jerman mengambil tindakan berani dengan mengabaikan komitmennya terhadap anggaran berimbang yang dikenal sebagai black zero.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Kebijakan itu berupa mengalokasikan setidaknya 350 miliar euro atau sekitar 10 persen dari PDB-nya untuk menopang perekonomian Jerman.

Dana tersebut akan digunakan untuk menyelamatkan bisnis yang mengalami kesulitan, termasuk membuat pinjaman tanpa batas dan berpotensi mengambil saham ekuitas.

"Kami melakukan apa pun yang diperlukan. Kita tidak akan bertanya setiap hari apa artinya defisit kita," kata Kanselir Jerman Angela Merkel.

Pejabat mencatat bahwa Jerman siap untuk berbelanja secara agresif karena pemerintah telah menjaga keuangannya dalam beberapa tahun terakhir, mengurangi rasio utang terhadap PDB dari lebih dari 80 persen pada 2010 menjadi di bawah 60 persen hari ini.

Baca juga: Simak, Ini 10 Cara Pencegahan agar Terhindar dari Virus Corona

Jepang

Para ekonom memperkirakan bahwa ekonomi yang didorong oleh ekspor Jepang akan menyusut sekitar 3 persen tahun ini yang akan menjadi kinerja terburuknya sejak 2008.

Dampak mendalam dari pandemi ini terjadi setelah perlambatan ekonomi dari kenaikan pajak penjualan pada musim gugur yang lalu. Virus itu juga memaksa pemerintah untuk menunda Olimpiade Musim Panas hingga tahun depan.

Pemerintah Jepang telah meresponnya dengan paket bantuan besar-besara bernilai hampir 1 triliun dollar AS atau setara dengan 20 persen dari PDB Jepang.

"Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa ekonomi Jepang, dan ekonomi dunia, sedang menghadapi krisis terbesar sejak Perang Dunia II. Kami akan melindungi pekerjaan dan kehidupan dengan cara apa pun," kata Perdana Menteri Shinzo Abe.

Baca juga: Gejala Baru Virus Corona, Muncul Ruam pada Kaki Pasien Positif Covid-19

Tindakan Bailout juga dilakukan Jepang, termasuk pembayaran tunai kepada warga negara dan usaha kecil menengah, pinjaman tanpa bunga, pembayaran pajak tertunda, serta kupon perjalanan dan pariwisata.

Pada akhir April lalu, Bank Sentral Jepang mengumumkan kesiapan mereka untuk membeli hutang pemerintah dalam jumlah tak terbatas dan menggandakan pembelian utang perusahaan.

Baca juga: Mengenal Hokkaido, Provinsi Bersalju yang Menjadi Sarang Virus Corona di Jepang

Inggris

Pandemi virus corona telah melumpuhkan ekonomi Inggris ketika para pemimpinnya menegosiasikan hubungan pasca-Brexit dengan Uni Eropa.

Sebelum wabah, sudah ada kekhawatiran tentang resesi yang diakibatkan oleh Brexit. Para ekonom mengatakan bahwa pandemi virus corona dapat 5 hingga 10 persen dari perekonomian negara pada tahun ini.

Di antara langkah-langkah daruratnya, Departemen Keuangan telah berjanji untuk membayar 80 persen dari gaji pekerja selama beberapa bulan untuk menjaga perusahaan agar tidak melakukan PHK besar.

Baca juga: Uji Coba Vaksin Corona dan Rendahnya Jumlah Kasus Covid-19 di China...

Pemerintah juga akan mengganti upah pekerja mandiri yang hilang, meningkatkan tunjangan pengangguran, serta mendirikan program pinjaman untuk perusahaan kecil dan menengah.

Bank of England juga telah menurunkan suku bunga acuannya menjadi 0,5 persen dan melonggarkan persyaratan modal bagi bank.

Dalam langkah luar biasa yang diambil awal April, bank sentral setuju untuk secara langsung membiayai pengeluaran pemerintah selama krisis dan membebaskannya dari keharusan mengeluarkan utang di pasar obligasi.

Semua langkah itu kemungkinan akan menghabiskan dana 400 miliar poundsterling atau sekitar 15 persen dari PDB.

Baca juga: Mengapa Angka Kematian akibat Covid-19 di Asia Lebih Rendah daripada Eropa dan AS?

Amerika Serikat

Sebagai negara dengan kasus virus corona terbesar di dunia, lebih dari 30 juta warga AS telah mengajukan tunjangan pengangguran sejak pertengahan Maret.

Sebelum krisis ini, jumlah pengajuan tertinggi dalam satu minggu adalah 695.000 pada 1982. Output ekonomi AS juga anjlok hampir 5 persen dalam tiga bulan pertama tahun 2020, catatan paling buruk sejak 2008.

Pada Maret lalu, Federal Reserve mengindikasikan bahwa mereka akan melakukan apa pun untuk mendukung perekonomian dan menyediakan likuiditas.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

Di antara tindakan bersejarahnya adalah memangkas suku bunga hingga mendekati nol, mengurangi persyaratan cadangan bank menjadi nol, membeli hampir 2 triliun dollar AS obligasi Treasury dan sekuritas, membeli utang perusahaan dan kota, serta memperluas kredit darurat ke non-bank.

Di sisi fiskal, parlemen juga meloloskan paket stimulus 2 triliun dollar AS pada Maret yang disebut oleh beberapa analis sebagai jembatan pinjaman untuk membantu ekonomi AS melalui krisis.

Langkah itu termasuk memberi bantuan langsung hingga 1.200 dollar AS kepada perorangan, ratusan miliar dollar AS dalam benyuk pinjaman dan hibah untuk bisnis, meningkatkan tunjangan pengangguran, serta memberi dukungan untuk rumah sakit dan penyedia layanan kesehatan.

Baca juga: Viral Twit soal Kondisi Tubuh Ketika Terinfeksi Covid-19, Ini Penjelasan Dokter

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Syarat Pengurusan SIKM Wilayah DKI Jakarta

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi