Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti AS dan China Teliti Kemungkinan Virus Corona Berdampak pada Organ Vital Pria

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/PopTika
Ilustrasi penelitian virus corona
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Sebuah studi bersama yang dilakukan oleh para peneliti China dan Amerika Serikat mengklaim, virus corona jenis baru atau SARS-CoV-2 dapat menyebabkan kerusakan pada testis tanpa benar-benar menginfeksi orang tersebut.

Melansir South China Morning Post (SCMP), mereka menemukan bahwa virus tersebut dapat membesar dan menyerang sel-sel yang menghasilkan sperma.

Hal ini dimungkinkan dengan cara virus mengikat enzim pada permukaan sel.

Namun, para peneliti mengatakan, hampir tidak ada gen virus yang ditemukan dalam air mani dan jaringan sampel testis pasien, dan virus tersebut bukan karena infeksi menular seksual.

"Sumbangan sperma atau rencana impregnasi dapat dipertimbangkan selama pemulihan untuk pasien Covid-19," ujar para peneliti dalam makalah peer-review yang diterbitkan European Urology Focus pada Minggu (31/5/2020).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara itu, ada perdebatan mengenai dampak potensial virus terhadap kesuburan pria sejak pertama kali dilaporkan di Kota Wuhan di China pada akhir 2019.

Baca juga: Mengapa Lebih Banyak Pria yang Meninggal karena Covid-19 daripada Wanita?

Sejumlah penelitian telah mendeteksi kelainan hormon pria, tetapi dalam penelitian lain tidak ada jejak virus yang ditemukan pada sampel sperma pasien.

Menurut sebuah penelitian di China, 1 dari 5 pria melaporkan "ketidaknyamanan skrotum" setelah tertular virus corona.

Kemudian, laporan American Journal of Emergency Medicine, menyebutkan, ada kasus seorang pria berusia 42 tahun yang mencari perawatan darurat untuk rasa sakit yang terasa menusuk terus-menerus yang berasal dari pangkal pahanya.

Diketahui, pria tersebut dites dan hasilnya positif Covid-19.

Virus terlibat dalam jaringan produksi sperma

Sementara itu, dalam sebuah studi baru, sampel dari 11 pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Wuhan dianalisis oleh tim yang dipimpin oleh seorang profesor di Pusat Medis Tufts di Boston, Ming Zhou, dan peneliti dari Universitas Sains dan Teknologi Huazhong di Wuhan, Dr Nie Xiu.

Mereka menguji gen virus dalam jaringan produksi sperma dan testosteron, dan beberapa sampel juga dinilai mengalami kerusakan yang disebabkan oleh virus.

Tetapi, hanya satu sampel yang menunjukkan jejak virus corona, dari pasien dengan viral load yang tinggi.

Hal tersebut bisa jadi karena virus corona ada di dalam darah daripada di jaringan testis.

Namun, lebih dari 80 persen sampel menunjukkan kerusakan signifikan pada tubulus seminiferus, bagian testis tempat sperma diproduksi.

Baca juga: Pria Ini Dilaporkan Positif Terinfeksi Virus Corona Tiga Kali dalam 2 Bulan

Virus dapat memengaruhi sperma

Para peneliti menyebutkan, sel-sel yang membentuk tabung ini mengalami perubahan yang menjadi jauh lebih besar dari sel yang sehat.

Beberapa sel juga mengalami kerusakan hingga produksi sperma bisa terpengaruh.

Para peneliti beranggapan, tidak jelas bagaimana virus melakukan ini tanpa memasuki sel testis.

Namun, mereka mencatat bahwa testis mengandung enzim yang dikenal sebagai ACE2, yang dapat diikat oleh virus corona menggunakan protein spike.

Butuh penelitian lebih lanjut

Seorang peneliti utama di Pusat Klinik Kesehatan Masyarakat Shanghai dan Universitas Fudan, (yang tidak terlibat dalam penelitian), Zhang Shuye mengatakan, sejauh ini belum ada bukti ilmiah langsung untuk teori yang menyebutkan bahwa virus dapat menyebabkan kerusakan tanpa benar-benar memasuki sel tubuh. 

"Sejumlah besar strain virus dapat berikatan dengan ACE2 dan dapat memengaruhi fungsi normalnya dan enzim ini dapat menyebabkan kerusakan tipe sel tertentu yang bergantung pada enzim," ujar Zhang.

Ia mengatakan, kerusakan yang ditemukan dalam sampel penelitian juga bisa disebabkan oleh kerusakan sistem kekebalan tubuh.

Beberapa pasien Covid-19 yang sakit kritis menderita kegagalan beberapa organ.

Penelitian sebelumnya telah menyarankan bahwa hal ini dapat menyebabkan reaksi berlebihan terhadap sistem kekebalan yang bersifat merusak.

Berdasarkan temuan mereka, tim Zhou menyimpulkan, harus dilakukan penelitian untuk menemukan cara mengurangi risiko cedera testis selama mengalami penyakit Covid-19.

Baca juga: Pria di Arizona Meninggal Setelah Meminum Chloroquine untuk Obati Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi