Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada 6,8 Juta Infeksi Covid-19, Ini Angka Persentase untuk Mendapatkan Herd Immunity

Baca di App
Lihat Foto
Ahmad Fozi
Ilustrasi herd immunity pencegahan penyebaran Covid-19, virus corona.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho


KOMPAS.com - Perjuangan melawan pandemi virus corona penyebab Covid-19 masih akan menghadapi jalan panjang.

Kesimpulan tersebut didapat dari serangkaian penelitian baru di seluruh dunia yang mencoba untuk menghitung berapa banyak orang yang telah terinfeksi.

Hitungan kasus resmi seringkali secara substansial meremehkan jumlah infeksi virus corona.

Melansir New York Times (28/5/2020) dalam studi baru yang menguji populasi secara lebih luas, persentase orang yang telah terinfeksi sejauh ini masih dalam kisaran satu digit.

Jumlah tersebut adalah sebagian kecil dari ambang yang dikenal sebagai herd immunity, di mana virus tidak dapat lagi menyebar secara luas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kabar Baik: Rekor 551 Pasien Covid-19 Sembuh Harian, Begini Perawatannya

Beberapa ahli mengatakan bahwa herd immunity bisa dicapai bila kekebalan dalam suatu populasi lebih tinggi dari 60 persen.

Herd Immunity masih sulit dicapai

Bahkan di beberapa kota di dunia yang mengalami dampak paling parah, studi menunjukkan, sebagian besar orang masih tetap rentan terhadap virus corona baru.

Beberapa negara, seperti Swedia dan Inggris, telah bereksperimen dengan menerapkan lockdown terbatas sebagai upaya membangun kekebalan dalam populasi mereka.

Meski demikian, studi terbaru menunjukkan bahwa sejauh ini tidak lebih dari 7 hingga 17 persen orang telah terinfeksi di negara tersebut.

Di New York City, yang memiliki kasus infeksi virus corona terbesar di Amerika Serikat, sekitar 20 persen penduduk kota telah terinfeksi oleh virus pada awal Mei.

Angka tersebut didapat dari sebuah survei yang dirilis oleh kantor gubernur setempat. Survei tersebut dilakukan kepada orang-orang yang berada di toko-toko dan pusat-pusat komunitas.

Survei serupa juga sedang berlangsung di China, tempat virus corona pertama kali dilaporkan, tetapi hasilnya belum dirilis.

Namun, sebuah studi dari satu rumah sakit di kota Wuhan menemukan bahwa sekitar 10 persen orang yang ingin kembali bekerja telah terinfeksi virus.

Baca juga: Kabar Baik Indonesia Hari Ini: 102 Daerah Bebas Covid-19, Rupiah Menguat

Jika dicermati lebih lanjut, studi-studi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa herd immunity tidak mungkin tercapai "dalam waktu dekat".

Hal tersebut diungkapkan oleh Michael Mina, seorang ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

“Kita tidak memiliki cara yang baik untuk membangunnya (herd immunity) dengan aman, dan dalam jangka waktu pendek,” kata Dr. Mina.

"Kecuali kita akan membiarkan virus itu merajalela lagi, tetapi saya pikir masyarakat telah memutuskan bahwa hal itu bukan pendekatan yang tersedia bagi kita," tambahnya.

Tidak sepenuhnya kebal 

Bahkan dengan adanya herd immunity, beberapa orang masih bisa sakit.

"Risiko jika terinfeksi tetap sama. Hanya saja kemungkinan untuk terinfeksi menjadi jauh lebih kecil," kata Gypsyamber D'Souza, seorang profesor epidemiologi di Universitas Johns Hopkins.

Penyakit seperti campak dan cacar air, yang dulu sangat umum di antara anak-anak, sekarang sangat jarang di Amerika Serikat karena vaksin telah membantu membangun herd immunity terhadap kedua penyakit tersebut.

Saat ini belum ada vaksin untuk virus corona, sehingga upaya untuk mendapatkan herd immunity tanpa metode perawatan baru dan efektif dapat berarti lebih banyak infeksi dan lebih banyak kematian.

Baca juga: Ini Arti serta Perbedaan antara Rapid Test dan Tes Swab

Dengan asumsi bahwa herd immunity dapat dicapai ketika 60 persen populasi telah menjadi kebal terhadap virus, berarti New York City saat ini baru memenuhi sepertiga persyaratan untuk mencapai herd immunity.

Sejauh ini, hampir 250 dari setiap 100.000 penduduk kota telah meninggal. Kota New York masih memiliki jutaan penduduk yang rentan untuk terinfeksi dan menyebarkan penyakit ini, serta puluhan ribu lainnya yang berisiko meninggal.

"Apakah seseorang akan menyarankan orang untuk melalui sesuatu seperti yang dialami New York?" kata Natalie Dean, asisten profesor biostatistik di University of Florida.

Infeksi belum merata

Tidak seperti influenza, Covid-19 adalah penyakit baru. Sebelum kemunculannya, tidak ada seorang pun di dunia ini yang memiliki kekebalan terhadapnya sama sekali.

Hal itu berarti bahwa, bahkan jika tingkat kematian akibat infeksi antara keduanya serupa, Covid-19 memiliki potensi untuk membunuh lebih banyak orang. Satu persen dari jumlah besar jelas lebih besar dari 1 persen dari jumlah yang lebih kecil.

"Tidak semua orang dari 328 juta populasi Amerika yang rentan terhadap flu setiap musim gugur di awal musim flu, tapi ada 328 juta orang Amerika yang rentan terhadap Covid-19 ketika wabah mulai menyebar," kata Andrew Noymer, seorang profesor kesehatan masyarakat di University of California, Irvine.

Permasalahan lain adalah infeksi belum merata di seluruh populasi, dengan masyarakat berpenghasilan rendah dan minoritas di Amerika Serikat menanggung beban yang lebih besar.

Baca juga: Studi: Penggunaan Masker dan Jaga Jarak Kurangi Risiko Tertular Virus Corona

Pada hari Kamis, Gubernur New York Andrew Cuomo mengumumkan bahwa pengujian antibodi menunjukkan bahwa beberapa lingkungan di Bronx dan Brooklyn memiliki dua kali lipat tingkat infeksi di New York City secara umum.

Daerah-daerah itu sudah mendekati ambang minimal herd immunity, tetapi karena mereka tidak terisolasi dari kota lain yang memiliki tingkat kekebalan jauh lebih rendah, maka masyarakat masih berisiko besar untuk terinfeksi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi