KOMPAS.com - Di tengah pandemi virus corona, semua orang diminta untuk mengenakan masker sebagai salah satu upaya pencegahan penularan virus penyebab Covid-19 itu.
Adakah yang membayangkan, situasi ini tak mudah bagi para teman tuli.
Sebuah utas yang dibagikan akun Twitter @MustikaUngu, Kamis (4/6/2020), viral di media sosial.
Menyadarkan bahwa ada tantangan yang dihadapi teman tuli saat berhadapan dengan orang-orang yang mengenakan masker.
Dalam utasnya, Widi Utami, pemilik akun @MustikaUngu, membagikan pengalamannya saat ke bank di tengah pandemi virus corona.
Widi adalah salah satu teman tuli.
Utas Widi kemudian menyebar luas. Hingga Sabtu (6/6/2020) petang, sudah dibagikan ulang lebih dari 14.000 kali.
Saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (6/6/2020) sore, Widi kembali membagi ceritanya. Ia membenarkan cerita yang dibagikan di Twitter merupakan pengalaman pribadinya pada 4 Juni 2020.
Saat itu, ia pergi ke bank BNI cabang Jari Raya, Banyumanik, Jawa Tengah.
Baca juga: Masker Transparan Karya Penyandang Tuli dari Wonogiri
Selama ini, Widi mengandalkan berkomunikasi dengan orang lain dengan cara membaca gerak bibir.
Pada masa pandemi virus corona, di saat semua orang diminta menggunakan masker, ia menghadapi tantangan tersendiri karena tak bisa membaca gerak bibir lawan bicaranya.
Namun, Widi yakin, selalu ada jalan untuk berkomunikasi. Maka, ketika harus ke bank, ia membawa secarik kertas bertuliskan informasi bahwa ia seorang tuli.
Widi juga menuliskan keperluannya datang ke bank dan memberikannya kepada satpam. Satpam yang ditemui Widi sangat kooperatif dan membantu Widi.
"Aku masih meyakini, ada jalan untuk tetap berkomunikasi. Kunjungan ke bank BNI dekat Pasar Rasamala Jati Raya Banyumanik kemarin membuatku terharu," kata Widi.
"Oleh satpam, aku ditemani, dari mengisi slip penarikan, sampai ke teller. Satpam memberitahuku ketika nomor antrean dipanggil. Lalu, menemani memproses transaksi di teller. Teller berbicara, satpam yang menuliskan untukku," kata dia.
Harapan di tengah pandemi
Ada masker khusus yang di bagian mulutnya transparan. Masker dengan model seperti ini memudahkan teman tuli dalam berkomunikasi.
Akan tetapi, Widi menyadari, tak semua orang nyaman mengenakannya.
"Sebenarnya enggak perlu semuanya pakai masker transparan, karena pada beberapa orang tidak nyaman," kata Widi.
Ia berharap, mereka yang bertemu dengan teman tuli bisa memudahkannya dengan berkomunikasi melalui tulisan atau sejenak melepas maskernya.
Widi mengatakan, banyak tempat publik yang masih minim dengan informasi visual yang ramah teman tuli.
"Seringkali informasi visual rusak dan terabaikan, seperti display nomor antrean di beberapa instansi," kata Widi.
Ia juga mengaku sering mendapatkan perlakuan kurang mengenakkan.
"Mungkin mereka capek, saya minta menulis atau lepas masker marah-marah," ujar dia.
Widi berharap, pertimbangan akan kebutuhan difabel diperhatikan dalam segala hal.
"Harapan saya, pemerintah/instansi melibatkan tuli atau pemerhati difabel untuk merancang pembangunan, sehingga fasilitas yang ada bisa mengakomodasi kebutuhan difabel," kata Widi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.