Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Baru Covid-19 di Indonesia Kembali Meninggi, Ini Analisis Ahli Epidemiologi

Baca di App
Lihat Foto
covid19.go.id
Grafik pertambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kasus virus corona di Indonesia belum menunjukkan tanda-tanda penurunan. Melihat grafik penambahan kasus baru Covid-19 di Indonesia sejak awal Maret hingga Sabtu (6/6/2020), terlihat terdapat sejumlah puncak dengan angka mencapai lebih dari 900 kasus baru terkonfirmasi.

Misalnya pada 21 Mei 2020 dengan 973 kasus baru, dan kemarin dengan 993 kasus baru secara nasional. Atau pada awal-awal Juni, kasus baru harian juga cukup tinggi di angka 700-an.

Jika melihat waktu terjadinya lonjakan kasus tersebut, kesemuanya tidak dalam waktu yang berurutan, setelah grafik meninggi terkadang turun dan relatif ada di kisaran yang sama selama beberapa waktu sebelum akhirnya kembali tinggi.

Namun ada juga yang hanya jeda satu hari, grafik tinggi kasus baru kembali terlihat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Melihat 5 Puncak Grafik Kasus Baru Covid-19 di Indonesia

Dengan pola yang tidak bisa ditentukan ini, bukan tidak mungkin ke depan akan ada hari di  mana jumlah kasus yang muncul akan kembali tinggi, bahkan melebihi yang sudah tercatat saat ini.

Dari data tersebut, epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) dr Riris Andono Ahmad menyebut ada sejumlah faktor yang memengaruhi naik turunnya grafik kasus baru Covid-19 di Indonesia.

"Kemungkinan hasil interaksi masyarakat yang meningkat selama Lebaran," kata Riris saat dihubungi Kompas.com, Minggu (7/6/2020).

Momen Lebaran tentu berbeda dengan hari-hari sebelumnya yang banyak dihabiskan masyarakat di rumah saja dengan meminimalisir kegiatan di luar rumah.

Meski sudah banyak yang membatalkan mudik dan memilih tinggal di rumah tanpa menerima tamu. Namun, masih banyak juga masyarakat yang tetap menjalin silaturahmi saat hari Lebaran kemarin, meski lingkupnya lebih sempit.

Peningkatan interaksi itu kemudian menimbulkan terjadinya peningkatan potensi paparan virus di tengah masyarakat dari satu orang ke orang lainnya.

Mengapa kasus baru kembali meningkat Sabtu (6/6/2020) kemarin, disebutkan karena adanya masa inkubasi virus di dalam tubuh.

"Jadi, baru muncul saat ini setelah melewati masa inkubasi," ujarnya.

Baca juga: Kapan New Normal KAI Akan Diberlakukan?

Masa puncak pandemi

Sementara itu, epidemiolog yang tengah menyelesaikan pendidikan S3-nya di Griffith University Australia, Dicky Budiman menyebut Indonesia memang masih berada di masa puncak pandemi Covid-19.

"Indonesia belum melewati puncak gelombang satunya. Terutama dalam hal ini Pulau Jawa. Pulau lain masih dalam tahap di awal kurva," kata Dicky kepada Kompas.com, Sabtu (6/6/2020).

Hal itu ia katakan karena melihat tren kasus baru yang angkanya masih juga tinggi, bahkan meningkat hingga saat ini.

Baca juga: Masih Perlukah Masker Saat Memakai Face Shield?

Untuk itu, Dicky menyebut Indonesia membutuhkan strategi pengujian yang lebih masif dan efisien.

"Kita perlu strategi testing yang lebih masif, agresif, dengan hasil yang cepat hitungan jam. Kecepatan hasil ini akan memengaruhi banyak hal (misalnya) deteksi dini kasus. Sehingaga cepat isolasi dan bila berstatus risiko jadi parah dapat ditangani sehingga mencegah kematian," jelasnya.

Kecepatan hasil uji itu juga bisa mengurangi waktu tunggu atau rawat seorang pasien di rumah sakit, sehingga pelayanan untuk pasien yang lain akan berjalan dengan lebih efisien.

Baca juga: Hadapi New Normal, Masih Perlukah Mengenakan Masker?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Panduan New Normal di Tempat Perbelanjaan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi