Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Riset: Lockdown Cegah 3,1 Juta Kematian dan 15 Juta Infeksi di 11 Negara Eropa

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/P.Khamgula
Ilustrasi lockdown
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Setiap negara yang di wilayahnya sudah ditemukan virus corona penyebab Covid-19 melakukan berbagai intervensi untuk menekan laju penularan penyakit itu.

Salah satu intervensi yang banyak dipilih adalah melakukan karantina, kuncian atau lockdown, baik untuk wilayah terbatas atau secara nasional.

Penguncian ini membuat masyarakat di dalam suatu wilayah tidak bisa keluar dan sebaliknya, orang dari luar pun tidak bisa masuk ke dalam wilayah tersebut.

Sehingga, risiko adanya virus yang dibawa oleh orang dari luar wilayah bisa diminimalisasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Update Corona di Dunia 6 Juni: 6,8 Juta Orang Terinfeksi | Kota Jeddah Kembali Lockdown

Cegah 3,1 juta kematian

Berdasarkan sebuah studi yang diterbitkan di Nature, upaya penguncian ini memiliki dampak yang luar biasa signifikan dalam upaya pencegahan penyebaran virus corona di Eropa.

Setidaknya, dalam penelitian tersebut menyebutkan, kebijakan penguncian yang diterapkan mencegah terjadinya sekitar 3,1 juta kematian di awal Mei 2020.

Dari jumlah kematian yang bisa dicegah itu, 470.000 di antaranya ada di negara Inggris.

Para peneliti juga memperkirakan, jika tidak ada tindakan yang diambil, secara kumulatif antara 12 dan 15 juta orang telah terinfeksi pada awal Mei di 11 negara.

Jumlah tersebut setara dengan 3,2-4 persen dari jumlah populasi 11 negara tersebut.

Ahli yang melakukan pemodelan wabah penyakit dari Imperial College London menyebut kebijakan lockdown ini menekan terjadinya penularan yang menyebabkan infeksi hingga sebanyak 81 persen.

Lockdown juga menurunkan angka reproduksi penyakit (R) menjadi di bawah 1 untuk semua negara yang peneliti amati.

R di bawah 1, artinya 1 orang yang terinfeksi sebuah penyakit menular, dalam hal ini Covid-19, rata-rata hanya menularkan ke kurang dari 1 orang lainnya.

Apabila pelonggaran penguncian dilakukan, angka R ini bisa naik dan tetap di atas 1. Dalam kondisi tersebut, wabah akan tumbuh secara eksponensial, atau memiliki pola yang terus membesar.

Baca juga: 3C, Rahasia Jepang Kendalikan Covid-19 Tanpa Berlakukan Lockdown

Menurunkan jumlah penularan

Para peneliti juga menghitung bahwa intervensi menyebabkan jumlah reproduksi turun rata-rata 82 persen, menjadi di bawah satu.

Tim dari Imperial mengumpulkan data kematian akibat Covid-19 dari 11 negara Eropa seperti Inggris, Italia, Perancis, Spanyol, dan Jerman.

Di Inggris, kebijakan penguncian pada 23 Maret lalu berhasil menurunkan angka R dari sebelumnya di 3,8 menjadi 0,63 di awal Mei.

Dari hasil riset disebutkan, Belgia memiliki kasus terbesar di antara 11 negara yang diamati, yakni 8 persen dari populasi.

Kemudian di Inggris total yang terinfeksi adalah 5,1 persen dari populasi, sementara Norwegia hanya 0,46 persen dan Jerman yang juga di bawah 1 persen, yakni 0,85 persen.

Dikutip dari New Scientist, diperkirakan sekitar 60 juta infeksi virus corona di AS berhasil dicegah dengan imbauan untuk tetap tinggal di rumah dan pembatasan-pembatasan lain.

Lebih luas lagi, berdasar pemodelan yang lain diperkirakan 530 juta infeksi telah berhasil di cegah di seluruh AS, China, Korea Selatan, Italia, Iran, dan Perancis. Dari jumlah perkiraan itu, 285 juta di antaranya ada di China.

"Hasil kami menunjukkan bahwa intervensi non-farmasi utama, dan penguncian pada khususnya, memiliki efek besar pada pengurangan penularan," kata para penulis dalam penelitian yang dipublikasikan di Nature Research dikutip dari Aljazeera. 

"Intervensi lanjutan harus dipertimbangkan untuk menjaga agar transmisi SARS-CoV-2 tetap terkendali," lanjut penelitian tersebut. 

Baca juga: Ilmuwan: Matahari dalam Fase Lockdown, Waspadai Berbagai Bencana

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi