Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sisi Lain Dokter Reisa, Tidak Ambisius, Tomboi, dan Pencinta Binatang

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/SRI REJEKI
Putri Indonesia Lingkungan 2010, Reisa Kartikasari
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Nama Reisa Kartikasari atau dikenal dengan dr Reisa Broto Asmoro ramai dibicarakan setelah tampil menjadi anggota tim Komunikasi Publik Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. 

Dokter kelahiran Malang, 24 Desember 1985 ini menempuh pendidikan di Universitas Pelita Harapan.

Sosoknya tidak lagi asing di telinga publik, terutama setelah namanya dikenal sebagai pembawa acara di sebuah acara kesehatan Dr Oz Indonesia, yang ditayangkan di sebuah stasiun televisi swasta.

Baca juga: Mengenal Dokter Reisa, Anggota Tim Komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bergelut di dunia forensik

Reisa sempat bergabung dengan tim identifikasi di Instalasi Kedokteran Forensik RS Polri Soekanto dalam peristiwa peledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton di Jakarta tahun 2009 silam.

Sepanjang tahun itu, dia terlibat dalam penanganan sejumlah kasus terorisme lainnya.

Mengutip Harian Kompas, 15 April 2012, Reisa menyebut bahwa dia menemukan kepuasan tiap kali dapat menemukan jawaban dan cerita dari setiap sosok tubuh melalui kerja forensik.

Saat itu, sebagai seorang dokter muda, dia sempat berangan-angan untuk melanjutkan studi forensik di Australia.

Namun, pada tahun 2010, ia memutuskan untuk mengikuti studi pasca sarjana kesehatan publik di Universitas Indonesia.

Tidak ambisius

Selain berkarier di bidang kedokteran, Reisa mengaku "iseng" saat mendaftar pemilihan Putri Indonesia tahun 2010.

Keisengan ini tidak terlepas dari keinginan untuk menyenangkan hati sang mama, Dwi Pandansari. 

Padahal, Reisa kecil mengaku lumayan tomboi. Namun demikian, ia telah akrab dengan pemotretan untuk majalah dan iklan, ataupun menjadi model di panggung sejak duduk di bangku SMA.

Baca juga: Profil Dokter Reisa, dari Putri Indonesia hingga Tim Komunikasi Penanganan Covid-19

Setelah itu, ia pun terpilih sebagai pemenang kedua dalam ajang pemilihan Putri Indonesia 2010.

Saat itu, ia baru mengetahui bahwa jika menang, seluruh pekerjaan harus dilepaskan untuk menjalankan kegiatan Puteri Indonesia selama setahun penuh.

"Kalau dari awal saya tahu, mungkin saya mikir lagi untuk seleksinya," ujar Reisa seperti dikutip Harian Kompas, 15 April 2020.

Ia pun mengikuti ajang Miss International pada tahun 2011 di Chengdu, China. Keikutsertaannya dalam acara ini menjadi pengalaman tersendiri bagi Reisa untuk membawa nama Indonesia di kancah mancanegara.

"Intinya, menjadi cantik bukan hanya urusan tampilan fisik, tetapi juga perilaku dan isi otak," tuturnya.

Usai ajang pemilihan putri internasional, ia pun memilih untuk mendalami studi dan kariernya di dalam negeri dan tidak lagi "bermimpi" berkelana hingga Afghanistan.

"Saya bukan orang yang ambisius untuk diri sendiri," kata Reisa.

Dia berpikir ulang apabila harus kuliah dan bekerja di luar negeri karena berat harus meninggalkan sang mama. 

Baca juga: Achmad Yurianto: Saya Satu Tim dengan Dokter Reisa

Berempati dan memahami keinginan pasien

Menurut Reisa, menjadi dokter tidak hanya tentang mengatasi masalah kesehatan pasien, tetapi juga berempati dan memahami keinginan pasien.

Pemahaman itu tidak terlepas dari posisinya saat menjadi pasien toksoplasmosis pada tahun 2010 lalu.

"Kejadiannya tiba-tiba mata kiri sudah enggak bisa melihat dan sakit sekali, ternyata sudah bernanah. Dokter waktu itu dengan enteng memberi tahu mata saya yang terinfeksi tokso bisa buta. Saya shock bukan main,” kenang Reisa, yang sehari-hari mengenakan lensa
kontak untuk matanya yang minus enam

Dari peristiwa itu, ia pun bertekad untuk selalu menjaga sikap dan berempati terhadap pasien. 

Menyukai binatang

Reisa menyebut bahwa dulunya dia ingin menjadi seorang dokter hewan.

"Aku dulu sebenarnya pengin jadi dokter hewan. Namun, akhirnya ikut saran mama, jadi dokter manusia saja," kata Reisa.

Reisa memang menyukai binatang. Bahkan, ia sempat memiliki hamster hingga lebih dari seratus ekor, belum lagi anjing.

Ia merawat sendiri semua hewan-hewan peliharaannya itu, memberi makan, dan membersihkan kotorannya.

”Yang penting semua hewan peliharaan dirawat baik-baik dan divaksin,” ujar Reisa.

Baca juga: Dokter Reisa Broto Asmoro Beradaptasi dengan Dunia Akting

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi