Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penanganan Covid-19, Dokter Reisa, dan Analisis Penunjukannya...

Baca di App
Lihat Foto
DOK. BNPB
dr Reisa Broto Asmoro
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Mantan Putri Indonesia Lingkungan 2010 sekaligus dokter umum Reisa Broto Asmoro didapuk menjadi anggota tim komunikasi publik Gugus Tugas Covid-19 pada Senin (8/6/2020).

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto mengatakan, kehadiran Reisa untuk menemani dirinya sekaligus menyampaikan informasi dalam briefing harian Covid-19.

Kemunculan Reisa ini disambut antusias oleh warganet. Banyak yang mendukung Reisa menjadi juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19.

Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Diketahui, Reisa selama ini dikenal sebagai dokter, alumnus ajang kecantikan, model, dan presenter televisi.

Sebagai dokter, wanita kelahiran Malang, 28 Desember 1985 ini juga sempat menekuni dunia forensik.

Ia pernah bergabung sebagai anggota Disaster Victim Identification yang terlibat dalam proses investigasi korban jatuhnya pesawat Sukhoi dan korban aksi terorisme di Jakarta.

Praktisi komunikasi Universitas Indonesia (UI) Devie Rahmawati mengatakan, didapuknya Reisa untuk menyampaikan informasi update kasus Covid-19 dianggap sebagai salah satu cara untuk membius masyarakat agar patuh dalam aturan pemerintah.

"Menggunakan orang ternama sebagai bagian dari strategi komunikasi merupakan hal yang terbukti ampuh karena selebriti memiliki kemampuan untuk membius publik secara sesaat," ujar Devie saat dihubungi Kompas.com, Selasa (9/6/2020).

Menurutnya, selebriti memiliki kekuatan menarik perhatian, di tengah-tengah derasnya arus informasi. 

Baca juga: Kasus Baru Covid-19 di Indonesia Kembali Meninggi, Ini Analisis Ahli Epidemiologi

Selain itu, Devie mengungkapkan konteks Indonesia yang secara kultural masuk dalam kategori masyarakat jarak kekuasaan tinggi (high power distance) menurut terminologi dimensi budaya.

Menurutnya masyarakat Indonesia relatif sama dengan masyarakat Jepang atau Korea misalnya, yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap hirarki, kepemimpinan yang otoritatif dan menyukai petunjuk-petunjuk yang rinci.

"Hal ini yang mendorong lelaku masyarakat kita yang cenderung menaati rekomendasi dari sosok-sosok yang dinilai otoritatif seperti selebritis maupun individu dengan status yang tinggi di masyarakat (patron)," katanya lagi.

"Individu yang dianggap berada di tingkatan hirarki yang tinggi, diyakini memiliki kebenaran, yang tidak perlu dipertanyakan kembali," lanjut dia.

Adapun hal inilah yang membuat kehadiran sosok-sosok terkenal menjadi kuat pengaruhnya bukan hanya masyarakat mau memerhatikan tetapi juga sampai tahapan merubah perilaku.

Baca juga: Mengapa Angka Kematian akibat Covid-19 di Asia Lebih Rendah daripada Eropa dan AS?

Memenuhi persyaratan 

Selain itu, Devie mengungkapkan, kehadiran dr Reisa yang terkenal, telah memenuhi persyaratan kultural seperti yang dibahas sebelumnya.

Menurutnya, Reisa memiliki nilai tambah lain, di mana dokter yang sempat bekerja sama dengan DR Oz ini juga memiliki legitimasi sebagai ahli.

"Paket ganda keterkenalan dan keahlian ini, di negara-negara dengan karakter seperti Indonesia, terbukti berhasil," kata dia.

Dirinya berharap dengan kehadiran Reisa dapat mencuri perhatian publik di mana kasus Covid-19 telah menimbulkan kebingungan, keraguan, dan ketakutan di masyarakat.

Parahnya, beberapa masyarakat tidak sepenuhnya memahami atau bahkan mengikuti protokol-protokol kesehatan dan keselamatan.

Untuk itu, dibutuhkan komunikasi publik yang masif dan intensif.

"Kehadiran selebritis diharapkan mampun mencuri perhatian publik, hingga tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah, agar sosialiasi dan edukasi perihal penanganan wabah corona serta akvitas di era new normal dapat tercapai," imbuhnya.

Baca juga: Indonesia Terserah, Ekspresi Kekecewaan, dan Bentuk Protes kepada Pemerintah...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi