Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KSAU 2002-2005
Bergabung sejak: 25 Feb 2016

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Sukses Membutuhkan Keterpaduan yang Serasi dan Harmonis

Baca di App
Lihat Foto
thoughtco
Wilbur dan Orville Wright dan penerbangan pada 17 Desember 1903.
Editor: Ana Shofiana Syatiri

Ketika pertamakali Wright Brothers berhasil menerbangkan pesawat terbang bermesin pertama di dunia, 17 Desember 1903, tidak ada seorangpun yang menyangka bahwa kemudian hari pesawat terbang mengubah hampir semua aspek kehidupan umat manusia di permukaan bumi ini.

Kesuksesan Wright Brothers menerbangkan pesawatnya yang pertama adalah hasil dari memadukan pengetahuan tentang aerodinamika, mesin, dan struktur bangunan sebuah pesawat terbang.

Dari perpaduan ketiga hal tersebut maka sebuah rancangan pesawat dapat diterbangkan. Keterpaduan yang serasi dan harmonis telah menghasilkan produk yang sangat luar biasa yaitu mewujudkan mimpi manusia untuk bisa terbang.

Sejarah kemudian mencatat tentang bagaimana upaya manusia menghasilkan sebuah produk perpaduan serasi dari aerodinamika, mesin, dan struktur pesawat telah mencapai sukses besar dalam hal memenuhi tuntutan kebutuhan moda transportasi yang aman, cepat dan nyaman.

Walaupun dimulai sebagai sarana pengantar barang pos, kemudian keperluan militer atau pertahanan keamanan negara, akan tetapi teknologi penerbangan berkembang lebih pesat di bidang moda transportasi udara.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengembangan pesawat terbang sebagai produk teknologi canggih membuktikan bahwa dibutuhkan cara berpikir yang berlandas pada bidang multidisiplin dan sekaligus terintegrasi.

Pengembangan industri penerbangan membutuhkan Integrated way of thinking. Keterpaduan cara berpikir dalam mengolah teknologi tinggi di bidang penerbangan, dapat diikuti dari perjalanan panjang persaingan yang terjadi dalam memproduksi pesawat terbang selama ini.

Tidak cukup keterpaduan dalam mengolah sebuah produksi pesawat terbang dengan keserasian dalam memadukan aspek yang multidisiplin sifatnya, akan tetapi ternyata juga harus mempertimbangkan tentang beberapa hal lain seperti kebutuhan pasar dan faktor lingkungan.

Selama 117 tahun sejak tahun 1903, kita dapat menyaksikan persaingan yang sangat menarik di dunia penerbangan dalam konteks pengembangan moda angkutan udara sipil komersial. Yakni persaingan sangat ketat dalam upaya memanfaatkan teknologi mutakhir untuk menghasilkan pesawat terbang yang dibutuhkan masyarakat luas.

Secara garis besar, persaingan yang terjadi, muncul perlombaan untuk dapat membuat pesawat terbang yang “paling cepat”, “paling besar” dan “paling efisien”.

Untuk memudahkan melihat realita dari persaingan yang terjadi dan dapat memetik pelajaran dari hal tersebut, maka kita harus melihat dari sisi keberhasilan sekaligus kegagalan yang menyertainya.

Untuk produk pesawat terbang sebagai moda angkutan udara komersial yang “paling cepat” diwakili oleh pesawat terbang Concorde. Pesawat terbang Concorde merupakan “keberhasilan” Inggris dan Perancis dalam menciptakan pesawat angkut komersial tercepat di dunia.

Kemampuan terbangnya melampaui dua kali kecepatan suara atau biasa disebut sebagai 2 Mach, kecepatan yang fantastis yaitu lebih kurang dapat mencapai lebih dari 2000 km per jam!

Concorde sebenarnya adalah sebuah pesawat SST, “super sonic transport” idaman para pencinta kedirgantaraan. Sayangnya, pesawat ini tidak berhasil berkembang dan hanya diproduksi sebanyak 20 pesawat yang 6 di antaranya adalah pesawat non-komersial.

Di sisi lain, Concorde hanya digunakan oleh dua Maskapai negara pembuatnya saja, yaitu British Airways dan Air France, pada rute yang juga sangat terbatas. Concorde hanya mampu bertahan selama lebih kurang 26 tahun dalam melaksanakan operasi penerbangan komersial sejak terbang perdana pada 21 Januari 1976 .

Pada 24 Oktober 2003, Concorde melakukan acara khusus seremonial sebagai pertanda penerbangan terakhirnya dari bandara internasional John F Kennedy di New York menuju ke bandara Heathrow, London.

Sementara untuk pesawat terbang angkut komersial “paling besar” diwakili oleh produk teknologi canggih produksi pabrik pesawat Airbus yaitu A-380. Pesawat ini, bila susunan kursinya dibuat seperti susunan kursi untuk keperluan mengangkut jemaah haji misalnya, maka kapasitasnya dapat mengangkut hampir 1.000 orang.

Sayangnya, sekali lagi kebutuhan pasar yang dihadapkan dengan “operating cost” ternyata tidak seindah ramalan semula. Sejak diproduksi tahun 2005 yang lalu, pabrik pesawat Airbus telah memutuskan untuk menghentikan produksinya di tahun 2021 mendatang.

Kabar mutakhir, dengan merebaknya virus corona Covid-19, maka hampir semua maskapai penerbangan yang menggunakan A-380 memutuskan meng-grounded armadanya sebagai akibat menurun drastisnya jumlah penumpang yang bepergian melalui udara.

Berikutnya dalam ajang persaingan “paling efisien”, dalam hal ini pesawat terbang yang lebih irit bahan bakar sekaligus ramah lingkungan alias “go-green”, dapat dirujuk pada produk Boeing 737-800 Max 8.

Pesawat terbang super modern dengan performance irit BBM dan ramah lingkungan ternyata harus terjungkal pula dengan kasus dua kecelakaan beruntun dalam tempo beberapa bulan saja.

Agak sedikit berbeda dengan yang dialami pada persaingan adu cepat dan adu besar pada pesawat Concorde dan Airbus 380, maka Boeing 737-800 Max 8 ditenggarai ada kesalahan dalam disain struktur pesawat yang berhubungan dengan sistem kendali otomatis, berkait dengan pemasangan jenis engine yang baru yang irit bahan bakar.

Dari ketiga kompetisi atau persaingan yang diuraikan di atas tadi, maka dicapai sebuah kesimpulan bahwa dalam membuat pesawat terbang dibutuhkan “integrated way of thinking” mencakup banyak hal untuk dapat sukses.

Tidak hanya keterpaduan multidisiplin dari aspek aerodinamika, propulsi atau mesin pesawat serta aircraft structure saja seperti pada awal Wright Brothers merancang pesawat terbang untuk pertama kali, akan tetapi ada beberapa hal lain yang harus turut dipertimbangkan.

Pada sisi lain , kegagalan tidaklah semata menghambat cita-cita karena kerap kali kegagalan justru membuka jalan lain yang menjadi lebih mudah dalam menggapai kesuksesan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi