Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anggota Garda Nasional AS Positif Corona Setelah Kawal Unjuk Rasa Kematian George Floyd

Baca di App
Lihat Foto
SIPA USA via REUTERS/CHRISTOPHER DILTS
Demonstran berjalan menuju Lake Shore Drive untuk melakukan unjuk rasa di kawasan Uptown, menuntut keadilan atas kematian pria kulit hitam George Floyd, yang tewas karena lehernya ditindih lutut polisi pada Senin (25/5/2020). Foto diambil di Chicago pada Senin (1/6/2020).
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Sejumlah anggota pasukan Garda Nasional Washington D.C dilaporkan positif terinfeksi virus corona. 

Mereka terinfeksi setelah dikerahkan untuk mengawal demonstrasi atas kasus George Floyd baru-baru ini.

Mengutip Reuters, 10 Juni 2020, sekitar 1.300 pasukan Garda Nasional D.C dikirim ke ibu kota untuk melakukan penjagaan selama demontrasi berlangsung. 

Garda Nasional sendiri menyebut dalam pernyataannya bahwa pihaknya tidak akan mengungkapkan jumlah personil yang telah terkonfirmasi positif Covid-19 dengan alasan "keamanan operasional".

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pihak Garda Nasional mengatakan bahwa pasukan telah di-screening terlebih dahulu sebelum dikerahkan dan kembali diperiksa sebelum meninggalkan pos mereka.

"Paling tidak, screening ini terdiri atas penilaian riwayat paparan, pemeriksaan suhu, pemeriksaan tanda dan gejala Covid-19, dan peninjauan atas pemeriksaan Covid-19 sebelumnya" tambah Garda Nasional dalam pernyataannya.

Baca juga: Pemerintah AS Bakal Gelontorkan Rp 340 Triliun untuk Beberapa Rumah Sakit

Kekhawatiran akan lonjakan kasus

Sebelumnya, telah muncul kekhawatiran dari berbagai pihak atas protes besar ini, baik di Amerika Serikat maupun secara global, yaitu terkait potensi atau kemungkinan peningkatan penyebaran virus corona.

"Berdasarkan cara penyakit ini menyebar, ada alasan untuk memperkirakan bahwa kita akan melihat klaster baru dan wabah baru yang potensial untuk terjadi," kata Jenderal Bedah Dr Jerome Adams sebagaimana dikutip CNN, Jumat (5/6/2020).

Sementara itu, menurut Dr Sanjay Gupta, dampak dari protes yang terjadi pada tingkat infeksi dan rumah sakit akan muncul dalam waktu tiga hingga empat minggu ke depan.

Meski demikian, ia menyebut bahwa protes yang dilakukan di luar ruangan bisa jadi membuat risiko transmisi virus lebih rendah.

Baca juga: Dinyatakan Positif Covid-19, Petinju Amerika Ini Terpaksa Batal Bertarung

"Udara luar ruangan melarutkan virus dan mengurangi paparan infeksi yang mungkin terjadi di sana. Jika angin bertiup, itu akan semakin melemahkan virus di udara," kata Ahli Penyakit Menular di Vanderbilt University Dr William Schaffnerr seperti dikutip New York Times, Kamis (4/6/2020).

Selain itu, menurut dia, kerumunan didominasi oleh orang-orang berusia muda yang diketahui cenderung mengalami gejala ringan jika sakit.

Akan tetapi, mereka juga memiliki risiko untuk menularkan virus ke keluarga atau orang lain yang lebih tua dan rentan.

Sejumlah ahli pun khawatir dengan risiko setelah aksi protes ini.

Dr Howard Markel, yang merupakan sejarawan kedokteran, mengingatkan kembali bahwa kerumunan massa aksi yang terjadi di kota-kota di Amerika seperti Philadelphia dan Detroit di tengah pandemi influenza tahun 1918 diikuti oleh lonjakan kasus.

"Iya, protes memang dilakukan di luar ruangan, tetapi mereka saling berdekatan satu sama lain. Dalam kasus tersebut, berada di luar tidak banyak melindungi Anda" kata Markel.

 Baca juga: Tanggapi Demo Black Lives Matters, Amerika Bersatu Serukan Persatuan Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi