Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebiasaan dalam Perjalanan yang Berubah Setelah Pandemi Covid-19 Berakhir

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/TUPUNGATO
Ilustrasi Bandara Internasional Narita, Tokyo, Jepang.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Pandemi Covid-19 yang menghantam hampir seluruh negara di dunia memang mengubah pola hidup dan budaya masyarakat.

Keberadaan virus yang membahayakan, mau tidak mau membuat penduduk Bumi beradaptasi dan melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak terlalu mereka pedulikan.

Misalnya, mengenakan masker saat keluar rumah, selalu mencuci tangan hingga bersih, menjaga jarak aman saat berada di keramaian, dan sebagainya.

Kebiasaan yang terbentuk setidaknya dalam setengah tahun terakhir ini bisa jadi akan terus terbawa dalam kehidupan sehari-hari meski nantinya  pandemi telah dinyatakan berakhir dan tertangani.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Termasuk saat orang-orang melakukan perjalanan ke suatu daerah atau negara lain.

Mengutip dari laman World Econoic Forum, 6 Mai 2020, berikut ini beberapa hal yang mungkin menggambarkan wajah kebiasaan yang akan terbentuk di tengah masyarakat dunia dalam melakukan perjalanan, meski pandemi Covid-19 telah mereda.

Baca juga: Pilkada di Tengah Wabah, Bawaslu Khawatir Keinginan Masyarakat jadi Petugas Pemilihan Rendah

Minim sentuhan fisik

Hal ini merupakan salah satu kemungkinan yang paling besar untuk terjadi. Orang-orang akan mengurangi kegiatan yang mengharuskan mereka melakukan sentuhan fisik terhadap suatu benda atau permukaan.

Saat di hotel atau bandara, biasanya orang akan banyak memiliki interaksi yang melibatkan sentuhan. Misal, saat menyerahkan kartu identitas atau dokumen untuk check-in pesawat ataupun hotel.

Hal-hal sederhana yang sebelumnya tidak menjadi masalah itu hari ini justru bisa menjadi pangkal terjadinya infeksi.

Untuk itu, kedepannya beragam teknologi yang memungkinkan kita untuk tidak melakukan sentuhan secara fisik akan terus dikembangkan.

Misalnya, pemindaian identitas melalui mata, wajah atau melakukan suatu perintah dengan mengandalkan suara, gerakan, dan sebagainya.

Baca juga: Ganjar Merasa Tak Elok Bahas Elektabilitasnya yang Meroket di Tengah Wabah

Paspor kesehatan digital

Ke depan, rekam jejak atau status kesehatan seseorang akan menjadi sangat penting dan dipertimbangkan dalam berbagai aspek perjalanan.

Misalnya, ketika akan menaiki transportasi umum, memasuki suatu wilayah, dan sebagainya.

Untuk itu, akan dikembangkan teknologi yang dapat mengetahui potensi risiko yang dibawa seseorang sebelum ia bergerak ke tempat yang lain.

Seperti maskapai Emirates yang saat ini tengah mengembangkan uji Covid-19 di tempatbagi seluruh penumpangnya.

Atau Eropa yang mulai pedoman baru untuk menyaring pendatang. Bisa juga dengan pemasangan kamera thermal yang jumlahnya semakin di perbanyak di tempat-tempat umum.

Bahkan, saat ini raksasa teknologi komunikasi Google bekerja sama dengan Apple, hampir menyelesaikan skema perangkat lunak pelacakan kontak.

Dengan menerapkan alat-alat berbasis digital tersebut, kemananan perjalanan bisa lebih terjamin sehingga orang-orang yang ada di dalamnya juga bisa sedikit lebih santai dan jauh dari rasa cemas.

Baca juga: Terdampak Corona, Singapore Airlines Dapat Dana Segar Rp 101,2 Triliun

Informasi kesehatan digital

Saat ini sudah banyak organisasi yang bekerja sama untuk menciptakan identitas digital terintegrasi yang dapat memuat keterangan kesehatan seseorang.

Salah satunya Traveler Digital Identity.

Informasi digital ini lagi-lagi digunakan untuk pihak-pihak berwenang bisa menilai risiko yang ada pada diri seseorang, khususnya terkait dengan Covid-19.

Jadi, setiap kali seseorang akan bepergian, misalnya melalui bandara, petugas sudah dapat mengakses informasi identitas juga keterangan pendukung lain dari seseorang, tentunya dengan seizin pemiliknya.

Misalnya, informasi soal imunsasi, riwayat kesehatan, dan sebaganya.

Setiap orang juga bisa mengelola profil mereka sediri dengan memutuskan informasi mana yang bisa diakses pihak lain, dan mana yang tidak diperkenankan.

Dengan identitas yang terangkum secara digital ini, orang-orang bisa menghindari antrian panjang juga kerumunan yang mungkin timbul ketika berada di tempat umum seperti bandara.

Baca juga: Pandemi Covid-19, Cakupan Imunisasi Anjlok, Wabah Mengintai

Sumber: World Economic Forum

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi