Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Telur Infertil, Berbahayakah jika Mengonsumsinya?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi telur, telur infertil
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com – Sepekan ini, telur infertil tengah menjadi perhatian publik ketika ditemukan penjualannya di sebuah pasar di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Jika merujuk Peraturan Menteri Pertanian Nomor 32 Tahun 2017, sebetulnya tidak ada larangan untuk mengkonsumsi telur infertil.

Namun, telur ini dilarang untuk diperjualbelikan karena dikhawatirkan akan merusak pasar telur ayam konsumsi dan harganya.

Telur ayam infertil biasanya dijual dengan harga lebih murah daripada telur yang biasa kita konsumsi.

Memahami telur infertil

Kepala Subdit Pengawasan Keamanan Produk Hewan Kementerian Pertanian, Drh. Imron Suandy, MVPH menjelaskan, dalam dunia industri perunggasan, dikenal 2 jenis telur yakni telur tertunas atau Hatching egg (HE) dan telur konsumsi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Telur tertunas adalah telur yang dibuahi oleh pejantan. Telur ini diproses untuk menjadi day old chick (DOC) atau yang disebut sebagai bibit,” ujar Imron saat dihubungi Kompas.com, Kamis (11/6/2020).

Sebelum jadi DOC, telur tesebut memerlukan pemrosesan terlebih dahulu. Telur dimasukkan ke dalam mesin untuk inkubasi minimal selama 18 hari.

Dalam prosesnya, ada telur yang tidak dapat menetas. Telur itu kemudian dikeluarkan dari mesin. Telur inilah yang kemudian dikenal sebagai telur infertil.

Baca juga: Soal Telur Infertil, Adakah Perbedaan Nilai Gizi dengan Telur Fertil?

Berbahayakah mengonsumsi telur infertil?

Kekhawatiran ada pada masa simpan yang sudah terlalu lama sehingga merusak kualitas telur jika dikonsumsi.

Secara umum, kata Imron, mengonsumsi telur infertil relatif aman.

Akan tetapi, masa simpannya sudah terlalu lama di mesin sehingga dikhawatirkan berpengaruh pada kualitas telur.  

“Sebetulnya kalau dikatakan aman, ya aman. Masalahnya kalau infertil, ada masa harus diproses untuk ditetaskan. Jadi begitu keluar dari mesin, dia (telur) sudah berumur lama. Jadi ini memengaruhi masa simpan,” ujar Imron.

Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) telur konsumsi tahun 2018, masa simpan adalah 14 hari setelah produksi, pada suhu ruangan dengan kelembaban 80-90 persen.

Masa simpan telur dapat bertahan sampai 30 hari sejak dari produksi jika berada pada suhu dingin yaitu 4–7 derajat celcius dengan kelembaban 60-70 persen.

"Telur HE dari breeding farm selama proses inkubasi dalam mesin setter banyak mengalami fumigasi, umumnya menggunakan formaldehid (atau biasa dikenal formalin) untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Dirjen PKH Kementan), I Ketut Diarmita, dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Minggu (14/6/2020).

Residu fumigasi inilah yang dikhawatirkan masuk ke saluran cerna saat telur dikonsumsi.

Sementara itu, Ketua Program Studi S-1 Gizi Kesehatan FK-KMK UGM, Dwi Budiningsari mengatakan, belum ada bukti ilmiah yang menyebut ada perbedaan kandungan gizi antara telur fertil maupun infertil.

Dengan catatan, kondisi telur masih layak konsumsi.

Akan tetapi, lanjut dia, sebaiknya masyarakat menghindari untuk mengonsumsi telur infertil.

“Perlu diperhatikan bahwa telur infertil atau HE ini lebih cepat membusuk, yaitu hanya 7 hari. Padahal kita tidak tahu sudah berapa lama telur tersebut di tangan penjual, sehingga memang sebaiknya kita hindari untuk mencegah risiko pangan yang tidak aman dikonsumsi,” kata Dwi dihubungi Kompas.com, Minggu (14/6/2020).

Menurut dia, jika kualitas telur sudah menurun atau membusuk biasanya sudah terkontaminasi salmonella atau bakteri yang berbahaya.

Efeknya, bisa memicu diare, muntah, dan demam.

Apa yang harus dilakukan jika telanjur membeli telur infertil?

Telur infertil biasanya dijual dengan harga yang murah dan memiliki ciri fisik warna yang lebih pucat dari telur biasa.

Selain itu, telur ini umumnya jika dibuka terdapat titik merah.

Jika sudah terlanjur membeli telur infertil, Dwi mengatakan, sebaiknya masyarakat melihat isi telur terlebih dahulu sebelum diolah untuk dimasak.

“Kalau kuning telur sudah cenderung encer dan melebar pada saat dipecahkan itu berarti kualitasnya sudah menurun, sehingga sebaiknya dibuang. Aromanya juga mungkin ada perubahan,” ujar dia.

Dwi menyebutkan, jika menemukan penjualan telur infertil sebaiknya melaporkan kepada pihak berwenang agar ada pengawasan.

“Hal ini berkaitan dengan peraturan Kementerian Pertanian yang melarang peredaran telur ini di pasaran karena menyebabkan over supply yang membuat harga telur di pasaran menjadi anjlok dan peternak ayam petelur merugi,” kata Dwi.

Baca juga: Waspada Telur Infertil, Jangan Tergiur Harga Murah!

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Apa itu telur Infertil?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi