Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mutasi Virus Corona Disebut Lebih Menular, Ini Penjelasan Peneliti

Baca di App
Lihat Foto
the new york times
Alissa Eckert dan Dan Higgins, ilustrator dari Centers for Disease Control and Prevention, diminta untuk membuat ilustrasi virus corona yang mampu menarik perhatian publik.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Selama berbulan-bulan, para ilmuwan telah memperdebatkan alasan satu variasi genetik dari virus corona menjadi dominan di banyak bagian dunia.

Namun,  ilmuwan lain mengusulkan kemungkinan bahwa mutasi memberi virus  corona semacam keunggulan biologis. 

Melansir New York Times, penelitian terbaru, yang belum ditinjau oleh kembali, menunjukkan bahwa mutasi ini tampaknya mengubah fungsi biologis virus.

Temuan tersebut juga menunjukkan bahwa virus yang membawa mutasi tertentu menginfeksi lebih banyak sel dan lebih tangguh daripada yang tidak mengalami mutasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para peneliti di Scripps Research, Florida, menemukan bahwa mutasi, yang dikenal sebagai D614G, menstabilkan protein yang menonjol pada permukaan virus.

Mutasi D614G dijelaskan oleh ilmuwan yang memimpin penelitian, Hyeryun Choe dan Michael Farzan.

"Virus dengan tonjolan yang lebih fungsional di permukaan akan lebih menular, dan ada perbedaan yang sangat jelas antara kedua virus dalam percobaan," kata Dr. Farzan.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 15 Juni: 7,98 Juta Terinfeksi | Perancis dan Spanyol Akan Buka Perbatasan

Mutasi D614G

Virus corona memiliki tonjolan seperti mahkota pada permukaan luarnya, dan karena inilah ia diberi nama corona yang berarti mahkota. Jumlah tonjolan fungsional dan utuh pada setiap partikel virus menjadi lima kali lebih banyak karena mutasi.

Protein yang menonjol ini harus menempel pada sel agar dapat melakukan infeksi. Akibatnya, virus dengan D614G jauh lebih mungkin menginfeksi sel daripada virus tanpa mutasi.

Dr. Choe, ilmuwan senior dalam jurnal itu, mengatakan bahwa virus tersebut bermutasi menjadi hampir 10 kali lebih menular daripada virus tanpa mutasi yang sama.

Ahli virologi mengatakan bahwa penelitian Scripps adalah demonstrasi kuat bahwa mutasi spesifik ini memang menyebabkan perubahan signifikan dalam bagaimana virus berperilaku secara biologis.

"Ini adalah penelitian eksperimental yang kuat dan bukti terbaik bahwa mutasi D614G meningkatkan potensi infeksi SARS-CoV-2," kata Eddie Holmes, seorang profesor di University of Sydney dan seorang spesialis dalam evolusi virus.

Baca juga: Update 14 Juni: 10 Provinsi dengan Kasus Tertinggi Virus Corona

Mutasi virus corona yang dipelajari para peneliti telah mendominasi di Eropa dan di sebagian besar Amerika Serikat, terutama di Timur Laut. Mereka membandingkannya dengan virus tanpa mutasi itu, seperti yang ditemukan pada awal pandemi di Wuhan, Cina.

Dr. Choe mengatakan bahwa hasil penelitian menunjukkan faktor biologis berperan dalam penyebaran cepat virus D614G. "Mutasi ini dapat menjelaskan dominasi virus yang membawanya," kata Dr. Choe.

Tetapi para ilmuwan lain memperingatkan bahwa akan dibutuhkan penelitian yang lebih signifikan untuk menentukan apakah perbedaan dalam virus adalah faktor yang menyebabkan terjadinya pandemi.

Faktor-faktor lain jelas memainkan peran dalam penyebaran, termasuk waktu lockdown, pola perjalanan dan faktor yang tidak diduga, kata para ilmuwan.

Baca juga: Update, 5 Kabar Baik soal Kondisi dan Penanganan Virus Corona di Indonesia

Masih perlu ditinjau

Perhatian para ilmuwan mulai terfokus pada mutasi D614G pada bulan Mei, ketika Bette Korber, seorang peneliti di Los Alamos National Laboratory, mengunggah sebuah makalah yang menyatakan bahwa ketika diperkenalkan ke daerah baru virus itu dengan cepat menjadi bentuk dominan.

Meski terlihat cukup meyakinkan, tetapi banyak ilmuwan mengkritik penelitian tersebut, karena hasil analisisnya tidak cukup untuk menyimpulkan bahwa virus dengan mutasi itu lebih menular pada manusia.

David Montefiori, ahli virologi di Duke University, yang terlibat dalam analisis baru, yang dipimpin oleh Dr. Korber menyebut bahwa timnya menemukan hasil yang mirip dengan hasil ilmuwan di Scripps Research.

Dalam penelitian baru, tim yang dipimpin oleh Dr. Choe dan Dr. Farzan menemukan bahwa virus dengan mutasi D614G lebih tangguh, dan memiliki lebih banyak potensi untuk menginfeksi sel daripada virus tanpa mutasi itu.

Dalam percobaan lain, mereka menemukan bahwa virus yang membawa sel jaringan yang terinfeksi mutasi D614G jauh lebih efisien daripada virus tanpa mutasi.

Farzan mengatakan bahwa perbedaannya mungkin berasal dari sifat biologis mutasi yang memberikan lebih banyak fleksibilitas pada protein virus dan menstabilkannya.

Vaksin virus corona, ketika dikembangkan, harus bekerja dengan baik terhadap varian D614G.

Baca juga: Korea Utara Bangun Rumah Sakit Secepat Kilat, Diduga untuk Pasien Virus Corona

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi