Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Membuka Kembali Sekolah Tak Sesederhana seperti Membuka Shopping Mall..."

Baca di App
Lihat Foto
DOK. PIXABAY
Ilustrasi siswa
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berencana akan mulai membuka sekolah di zona hijau Covid-19 secara bertahap.

Sekolah yang pertama akan dibuka adalah tingkat menengah, SMP-SMA dan yang sederajat.

Dua bulan kemudian, disusul SD, SLB, dan sederajat. Terakhir, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

Pembukaan sekolah itu akan diberi jeda antar-tingkatnya masing-masing 2 bulan.

Jika wilayah tetap  berstatus zona hijau, maka pembukaan bisa dilanjutkan. Akan tetapi, jika berubah menjadi zona kuning bahkan merah, maka proses harus diulang dari awal.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Pembukaan Sekolah di Zona Hijau Dimulai dari Jenjang SMA, PAUD Terakhir 

Tepatkah rencana pemerintah ini? Apakah dipastikan aman membuka kembali sekolah di zona hijau?

Epidemiolog Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan, ia tak setuju rencana tersebut. Menurut dia, perlu dilakukan tinjauan uang dan penundaan rencana pembukaan sekolah meskipun di zona hijau. 

Menurut Pandu, penggunaan istilah zonasi juga kurang tepat dalam pandemi Covid-19 ini.

"Penggunaan istilah zona itu sangat tidak tepat, bahkan menyesatkan. Karena penyebaran virus itu mengikuti pergerakan manusia yang tidak dibatasi oleh batas administratif," ujar Pandu, dihubungi Kompas.com, Selasa (16/6/2020) pagi.

Senada dengan Pandu, epidemiolog Indonesia yang tengah menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Griffith University, Australia, Dicky Budiman, juga berharap ada penundaan pelaksanaan rencana tersebut.

"Secara umum saya masih berpendapat untuk sekolah harus ditunda aktivitas belajar-mengajar fisiknya sampai akhir tahun 2020," kata Dicky.

Menyoal status zona hijau

Mengenai zona hijau, ada hal yang harus dipertimbangkan. Pertama, terkait status zona hijau yang disebut tidak bersifat final dan tidak mencerminkan kondisi saat itu.

"Sistem zonasi Covid-19 yang dimiliki satu daerah saat ini relatif belum bisa diandalkan betul secara data, mengingat data testing yang dilaporkan sebagian besar masih belum bersifat real time," kata Dicky.

"Banyak daerah yang tertunda hasil sampelnya karena keterbatasan kapasitas lab, bahkan bisa ribuan. Artinya, hasil yang diumumkan saat ini bukanlah tes yang dilakukan hari ini atau bahkan bukan juga yang kemarin. Hasil tesnya bisa yang seminggu lalu bahkan bisa lebih," lanjut dia.

Dengan demikian, zona hijau, kuning, dan merah yang dijadikan dasar keputusan membuka kembali sekolah dinilainya tidak bisa menjadi acuan karena bukan menunjukkan kondisi saat itu juga.

Dicky mengatakan, artinya, sekolah-sekolah yang berada di wilayah yang saat ini berstatus zona hijau, belum tentu 100 persen aman dari risiko keberadaan Covid-19.

Baca juga: Sekolah di Zona Hijau Bisa Dibuka Lagi, seperti Apa Kriteria Zona Hijau?

Kondisi psikis siswa

Alasan kedua, kondisi psikis siswa-siswi yang harus terlebih dahulu dipersiapkan sebelum akhirnya kembali bersekolah.

Dicky menyebutkan, sebelum anak-anak dikembalikan ke sekolah, kondisi mentalnya harus dipastikan baik dan sehat.

Hal ini karena fakta yang terjadi di berbagai negara menunjukkan pandemi ini memiliki dampak psikologis terhadap anak-anak.

"Jangan disamakan respons mental anak dengan dewasa, mereka itu dalam kondisi belum tentu langsung siap masuk sekolah. Harus ada program transisi yang menyiapkan anak-anak secara mental, perilaku, dan fisiknya," jelas dia.

Dicky mencontohkan, seorang anak yang baru saja kehilangan anggota keluarga atau teman akibat virus corona. Kondisi ini tentu membutuhkan program dukungan tertentu.

"Itu sebabnya saya sampaikan (membuka kembali sekolah) tidak sesederhana seperti buka shopping mall," ujar Dicky.

Baca juga: Jika Zona Hijau Bulan Depan SMP-SMA Masuk, SD Masih September 2020

Interaksi di sekolah

Selain dua alasan di atas, ada hal yang juga harus dipahami sebelum memutuskan pembukaan kembali aktivitas belajar mengajar di sekolah.

Hal itu terkait interaksi yang terjadi di sekolah antara siswa dengan siswa atau guru dengan siswa, yang bisa saja ada yang memiliki riwayat sakit bawaan sehingga berisiko tinggi.

"Menyangkut kelompok usia anak, studi terbaru kasus Covid-19 pada anak menemukan potensi anak terinfeksi bukan hanya pada paru, tapi juga ginjalnya. Selain sebelumnya ada manifestasi multisistem inflmatory syndrome," kata Dicky.

Faktor lain yang harus dipertimbangkan, interaksi antar-penghuni sekolah yang terjadi di dalam kelas, laboratorium, perpustakaan, atau ruangan tertutup lainnya.

"Selain adanya kelompok anak dan dewasa di sana, juga karena interaksi ini terjadi di ruangan tertutup (indoor) yang secara teori dan fakta riset Covid-19, kondisi indoor jauh lebih berisiko dibanding outdoor," kata dia.

Diberitakan Kompas.com, Senin (15/6/2020), Mendikbud Nadiem Makarim menyebut keputusan ini diambil berdasarkan masukan dari para ahli dan pakar kesehatan, termasuk epidemiolog.

Namun, Dicky meminta data masukan dan saran pakar tersebut dibuka secara transparan.

"Saya berharap, siapa (ahli dan pakar) yang terlibat, hasil pertemuan dan rekomendasinya dibuka ke publik. Sehingga publik semakin yakin, termasuk saya, bahwa pertimbangan keputusan ini sudah matang," kata dia.

Baca juga: Sekolah Dibuka Lagi di Zona Hijau, Gugus Tugas Ingatkan Protokol Kesehatan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pandemi Covid-19. Arti Zona Merah, Oranye, Kuning, dan Hijau

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi