Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Tarik Obat Hidroksiklorokuin untuk Pasien Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi
Penulis: Mela Arnani
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Penggunaan darurat dari obat anti-malaria, hidroksiklorokuin sebagai pengobatan untuk corona virus telah ditarik oleh Food and Drug Administration (FDA) atau Badan Obat dan Makanan Amerika Serikat.

Melansir BBC, FDA menyampaikan bukti baru dari uji klinis menunjukkan bahwa tak lagi masuk akal untuk percaya bahwa obat hidroksiklorokuin akan menghasilkan efek antivirus.

Dalam situs resminya, FDA mencabut izin penggunaan darurat kloroquin fosfat dan hidroksi kloroquin sulfat untuk digunakan untuk merawat pasien rawat inap tertentu dengan Covid-19 ketika uji klinis tidak tersedia, atau dinilai tidak layak dalam uji klinis. 

Tak manjur obati Covid-19

FDA menetapkan bahwa klorokuin dan hidroksi klorokuin tidak dirasa efektif dalam mengobati Covid-19 untuk penggunaan resmi.

Selain itu, juga dianggap memiliki efek samping jantung serius dan potensi efek samping serius lainnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara manfaat klorida dan hidroksi klorokuin yang diketahui dan potensial tidak lagi melebihi risiko yang diketahui.

“Tindakan kami akan dipandu oleh sains dan kami mempelajari lebih lanjut tentang virus SARS-CoV-2, meninjau data terbaru, dan mempertimbangkan keseimbangan risiko berbanding manfaat perawatan untuk Covid-19," kata Wakil Komisaris FDA untuk Urusan Medis dan Ilmiah Anand Shah. 

Baca juga: Saat WHO Lanjutkan Uji Coba Hidroksiklorokuin untuk Covid-19...

FDA menyebutkan, hasil terbaru dari uji klinis pada pasien yang dirawat di rumah sakit, menunjukkan bahwa hidroksiklorokuin tidak menunjukkan manfaat atau mempercepat pemulihan.

Hasil ini konsisten dengan data baru lainnya, termasuk data yang menunjukkan bahwa rejimen dosis yang disarankan untuk klorokuin dan hidroksi klorokuin tidak mungkin membunuh atau menghambat virus yang menyebabkan Covid-19. 

“Tindakan ini diambil setelah penilaian ketat oleh para ilmuwan di Pusat Evaluasi dan Penelitian Obat kami. Keputusan kami akan selalu didasarkan pada evaluasi data ilmiah yang objektif dan ketat,” kata Patrizia Cavazzoni, penjabat direktur Pusat Evaluasi Obat FDA.

Obat malaria

Klorokuin dan hidroksiklorokuin keduanya disetujui FDA untuk mengobati atau mencegah malaria. hidroksiklorokuin juga disetujui untuk mengobati kondisi autoimun seperti lupus erythematosus diskoid kronis, lupus erythematosus sistemik pada orang dewasa, dan rheumatoid arthritis.

 

Sebelumnya  Presiden AS Donald Trump mempromosikan penggunaan hidroksiklorokuin sebagai pengobatan Covid-19.

Pada bulan Maret, FDA memberikan rekomendasi penggunaan darurat obat untuk beberapa kasus serius. Namun pada Senin (15/6/2020), organisasi tersebut mengatakan studi klinis menunjukkan bahwa hidroksiklorokuin tidak efektif dalam mengobati virus corona penyebab Covid-19. 

Selain itu hidroksiklorokuin juga dinilai gagal mencegah infeksi di antara mereka yang terpapar corona. 

Baca juga: Diklaim Efektif untuk Covid-19, Berikut Beda Hidroksiklorokuin dengan Klorokuin

Digunakan Trump

Menanggapi keputusan FDA, Trump mengatakan bahwa dia sebelumnya telah mengambil obat tersebut sebagai pencegahan tanpa efek samping.

"Saya mengambilnya dan saya merasa senang menggunakannya," kata Trump. 

Presiden berusia 74 tahun itu menyampaikan bahwa banyak orang mengatakan kepadanya obat tersebut telah menyelamatkan hidup mereka.

Pada Mei, Trump mengungkapkan bahwa dirinya menggunakan obat itu setelah beberapa orang di Gedung Putih dinyatakan positif mengidap corona virus.

Komentarnya tentang hidroksiklorokuin menjadi subjek spekulasi online yang luas dan kontroversi dalam komunitas ilmiah tentang manfaat potensial dan efek berbahaya dari obat, bersama dengan obat terkait, klorokuin.

Percobaan hidroksiklorokuin di seluruh dunia untuk sementara dihentikan, ketika sebuah penelitian yang diterbitkan dalam The Lancet mengklaim obat tersebut meningkatkan kematian dan masalah jantung pada beberapa pasien.

Hasilnya mendorong Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan lainnya untuk menghentikan uji coba karena masalah keamanan.

Namun, The Lancet kemudian menarik kembali studi ketika ditemukan memiliki kekurangan serius dan WHO telah melanjutkan uji coba.

Baca juga: Ini Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran Baru Kemendikbud

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi