Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus-kasus Baru Covid-19 di Beijing, Haruskah Dunia Khawatir?

Baca di App
Lihat Foto
AFP PHOTO/GREG BAKER
Pejabat setempat berkumpul di luar pasar grosir Xinfadi di Beijing, China, pada 12 Juni 2020. Pasar Xinfadi dan pasar seafood Jingshen ditutup setelah munculnya kasus baru virus corona.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejak 106 kasus baru muncul di sekitar pasar makanan grosir Xinfadi di barat daya Beijing, ibu kota China kembali memasuki mode yang disebut oleh para pihak berwenang sebagai "mode perang".

Sebelumnya, selama 56 hari berturut-turut, Beijing tidak melaporkan adanya kasus baru virus corona.

Setelah kemunculan kasus-kasus baru, sekitar 100.000 orang diturunkan untuk bekerja mengendalikan pandemi dan setidaknya ada 29 komunitas lokal yang ditempatkan di bawah penguncian (lockdown).

Selain itu, semua sekolah dan fasilitas olahraga juga kembali ditutup.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Beijing tengah menghadapi wabah yang eksplosif dan terkonsentrasi," kata Kepala Ahli Epidemiologi Wu Zunyou sebagaimana dikutip Time, Selasa (16/6/2020).

Baca juga: China Takut Gelombang Kedua Covid-19 Meningkat, Seiring Bertambah Kasus Infeksi Baru

Kegelisahan pemerintah

Wabah baru yang pertama kali diidentifikasi pada 11 Juni itu sudah mulai menyusut.

Setelah memuncak dengan 36 kasus baru yang dilaporkan pada 13 dan 14 Juni, jumlah tersebut turun menjadi 27 pada hari Senin (15/6/2020).

Namun, kegelisahan yang ditunjukkan oleh pemerintah China dapat dipahami. 

Pasalnya, pasar Xinfadi merupakan yang terbesar pada jenisnya di Asia. Luasnya mencapai lebih dari 112 hektar dan memasok 80 persen dari hasil pertanian Beijing serta makanan ke provinsi di bagian utara yang berpenduduk padat lainnya.

Otoritas lokal di berbagai bagian China saat ini telah memberlakukan persyaratan karantina bagi para pengujung dari Beijing.

Selain itu, para penduduk juga diperingatkan untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak begitu penting ke ibu kota.

Ada dugaan yang muncul bahwa sejumlah salmon yang diimpor dari Norwegia mungkin menjadi sumber wabah.

Dugaan tersebut membuat ikan-ikan dikeluarkan dari rak-rak di supermarket di seluruh negeri dan berdampak terhadap bahan makanan impor secara umum.

Baca juga: China Jauhi Ikan Salmon karena Khawatir Virus Corona, Kenapa?

Perkiraan munculnya wabah yang lebih banyak

Wabah baru dari virus corona ini dilaporkan setelah sejumlah negara memutuskan untuk melonggarkan penguncian (lockdown).

Sebelumnya, Korea Selatan juga mengalami lonjakan kasus dari wilayah sekitar klub malam di Seoul pada Mei lalu. 

Sementara itu, di Australia, setidaknya 71 orang yang berhubungan dengan pusat pengolahan daging Melbourne dikonfirmasi positif Covid-19 pada bulan yang sama.

Terbaru, pada Selasa (16/6/2020), Selandia Baru melaporkan dua kasus baru infeksi Covid-19 setelah selama 24 hari tidak melaporkan kasus baru.

Melihat kemunculan kasus-kasus baru yang masih terjadi, risiko bertambah dengan kondisi China sebagai negara yang padat dan menjadi pusat perdagangan.

Kepala Epidemiologi dan Biostatistika di Hong Kong University Ben Cowling memperkirakan akan ada lebih banyak wabah di kota-kota besar di China dalam hitungan minggu atau bulan.

"Nampaknya, pemerintah China akan cukup agresif untuk menghentikan penyebaran virus. Namun, ada dampak lain. Ini akan menjadi sangat mengganggu bagi bisnis jika pabrik harus ditutup kembali," jelasnya.

Sementara itu, beberapa ahli meyakini bahwa kasus-kasus di Beijing mengaktifkan "tombol kepanikan".

Baca juga: Studi: Penggunaan Masker Bisa Cegah Gelombang Kedua Corona Virus

Ahli kesehatan publik di Dewan Hubungan Asing di New York City, Dr Yanzhong Huang menyoroti beberapa rumah sakit dan tidak ada kasus kematian sebagai indikasi bahwa wabah terbaru ini mungkin tidak terlalu luas.

Dia juga menyarankan respons yang lebih terukur.

"Kebijakan yang benar saat ini adalah belajar hidup dengan virus dan menyadari bahwa wabah skala kecil tidak dapat dihindari," kata Huang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi