Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Juno, Survivor yang Berjuang Melawan Covid-19 Selama 91 Hari

Baca di App
Lihat Foto
Twitter: @jtuvanyx
Tangkapan layar twit akun milik Juno yang mengunggah rincian biaya perawatannya selama masa karantina di RS swasta di Jakarta.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Unggahan yang menampilkan foto dari lampiran biaya perawatan pasien Covid-19 selama sembilan hari yakni sebesar lebih dari Rp 33 juta ramai di media sosial Twitter pada Selasa (9/6/2020).

Adapun pengunggah foto yakni akun Twitter bernama Juno, @jtuvanyx.

"Ini biaya perawatan gw sblm masuk Wisma Atlet dulu. Krn hasil swab blm keluar jd merujuk pd diagnosa Bronchopneumonia (BP).

Kalo ada tmn/kenalan kalian yg bkeliaran di luar tnp masker dan ga soc distancing sodorin tagihan ini aja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Udah siap bayar biaya2nya kalo kena Covid?" tulis Juno dalam twitnya.

Baca juga: Viral, Foto Bumbu Indomie Goreng Ada 2 Macam, Ini Penjelasan Indofood

Sejauh ini, unggahan tersebut telah disukai sebanyak 8.700 kali dan telah di-retwit sebanyak lebih dari 7.900 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Viral Video Kecelakaan Tunggal di Tol Pemalang-Batang, Mobil Ditembus Besi Pembatas Jalan

Lantas, bagaimana perjuangan Juno dalam melawan Covid-19 pada tubuhnya?

Terkait hal itu, Kompas.com mengonfirmasi yang bersangkutan terkait kebenaran informasi tersebut.

Meski enggan menyebutkan nama lengkapnya, ia mengisahkan dirinya merasakan ada gejala Covid-19 pada 13 Maret 2020.

"Saya pertama bergejala tanggal 13 Maret, waktu itu batuk-batuk. Lalu tanggal 16 ke dokter, karena batuk makin menjadi, waktu nunggu dokter itu suhu badan mendadak naik demam," ujar Juno saat dihubungi Kompas.com, baru-baru ini.

Saat menemui dokter, ia diresepkan parasetamol dan obat-obatan biasa pereda batuk.

Baca juga: Viral Pesan dan Foto Kondisi Paru-paru Anak 7 Tahun Penuh Cairan Diduga Covid-19

Namun, setelah rutin mengonsumsi obat tersebut selama tiga hari, kondisinya justru semakin parah.

Ia mengungkapkan, sempat mengalami diare, mual, lidah pahit, dan keringat dingin.

"Ketika kondisi itu, dokter langsung rujuk ke spesialis paru dan di sana saya difoto thorax dan disarankan untuk rawat inap pada 20 Maret," ujar karyawan berusia 35 tahun ini.

Juno menceritakan, saat difoto bagian thorax, ia baru mengetahui bahwa di dalam paru-parunya terdapat infiltrat.

Baca juga: Bagaimana Kondisi Paru-Paru Saat Terinfeksi Virus Corona? Berikut Infonya

Perawatan di RS swasta

Setelah empat hari dirawat di RS swasta, Juno merasa kondisi badannya membaik dan juga adanya nafsu makan.

"Hari kelima di RS, saya menjalami swab test. Pada hari kesembilan di RS, saya sudah boleh pulang, tapi dengan isolasi mandiri," ujar Juno.

Adapun perintah dokter untuk megisolasi mandiri di rumah sembari menunggu hasil tes keluar.

Sepuluh hari kemudian, hasil tesnya pun keluar dan dimumkan oleh pihak Ejikman, Juno mendapatkan hasil positif Covid-19.

Baca juga: Berikut 5 Gejala Virus Corona Ringan yang Tak Boleh Diabaikan

Pergi ke Wisma Atlet

Pasca-dua hari setelah menerima hasil, Juno kemudian pergi ke Wisma Atlet.

Ia mengaku, ada pengikutnya yang merekomendasikannya untuk dirawat di RS rujukan Covid-19, salah satunya Wisma Atlet.

"Pengikutku menyarankan saya ke RS rujukan Covid-19, karena saya memang belum mendapatkan perawatan standar untuk pasien Covid-19, akhirnya saya ke Wisma Atlet (WA), tanpa rujukan, dan diterima baik oleh pihak WA, karena semua berkas medis sudah lengkap," ujar Juno.

Saat mondok di WA, Juno masih merasakan nyeri di dada dan batuk-batuk.

Selama 1-5 hari karantina di WA, Juno diberikan obat-obatan seperti klorokuin, obat batuk, dan vitamin.

"Ketika menjalani perawatan di WA, saya menjalani lab rontgen, ada EKG, cek darah, dan pemeriksaan tensi. Dan saya juga mengalami keluhan lanjut, nyeri-nyeri di beberapa titik tubuh, ada muncul gangguan irama jantung," ujar Juno.

"Saat di EKG, dokter bilang hasilnya bagus," lanjut dia.

Baca juga: Sebabkan Komplikasi Jantung, Penelitian Klorokuin di Brazil Dihentikan

Selain itu, Juno mengaku tidak stres saat berada di Wisma Atlet. Sebab, ia juga menjalin komunikasi dengan pasien lainnya melalui grup WhatsApp.

Tenaga medis dan para pasien di Wisma Atlet, imbuhnya saling mendukung satu sama lain.

Selama satu bulan di Wisma Atlet, ia pun telah melakukan tes swab sebanyak 4 kali dengan hasil 2 kali positif di awal, dan 2 kali negatif di akhir.

Dengan hasil itulah Juno diperbolehkan pulang.

"Jadi Covid ini penyakit yang repot, karena walaupun kita sudah dinyatakan sembuh atau negatif, tapi masih banyak keluhan-keluhan gejala awal. Masih ada sisa-sisa infeksi, setelah saya keluar dari WA, alhasil saya balik ke RS swasta yang sebelum dari WA," terang Juno.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal OTG pada Covid-19

Kembali ke RS swasta

Juno berpikir kembali ke RS swasta ini dikarenakan dokter dan beberapa tenaga medis sudah pernah menanganinya, jadi setidaknya mereka tahu kondisi dan riwayat Juno.

"Di RS swasta, saya menjalani banyak pemeriksaan, ada pemeriksaan jantung, karena kerasa tiba-tiba irama jantung berubah, tapi dokter jantung bilang masih aman meski badan sudah lemes banget," kata dia.

Terkait kondisi tubuhnya yang justru memburuk, Juno sempat beranggapan ada yang aneh dengan tubuhnya atau pemeriksaan di Wisma Atlet (WA).

"Aneh juga, seteleh saya keluar dari WA dan ke RS swasta ini, Covid saya justru di atas normal, padahal sudah dinyatakan negatif," ujar Juno.

Ia mengisahkan bahwa tenaga medis memberikan antibiotik dan seketika gejala lemas yang dialami menghilang.

Baca juga: 3 Fakta Seputar Penggunaan Antibiotik yang Harus Anda Ketahui

Dalam keseharian, Juno ditangani oleh tiga dokter spesialis yakni spesialis jantung, spesialis penyakit dalam, dan spesialis paru.

Seminggu sejak menjalani perawatan, Juno diberi tahu oleh ketiga dokter bahwa memang kondisi tubuhnya merupakan sisa-sisa dari efek penyakit Covid, penyembuhannya harus ekstra, dan irama jantung yang berbeda tetap sama namun dalam tingkat aman.

"Dokter minta agar saya sabar," ujar Juno.

Tak lama setelah itu, Juno sudah diperbolehkan pulang.

Namun, ia meminta pihak RS untuk melakukan swab test kembali. Dan hasilnya negatif.

Juno pun kembali mejalankan isolasi mandiri di indekosnya.

Baca juga: Atasi Rasa Kesepian Selama Isolasi Diri di Rumah, Lakukan 5 Cara Ini

Kegiatan saat isolasi mandiri

Sementara menjalani isolasi mandiri, Juno saat ini masih batuk namun dengan intensitas jarang dan tidak sesering ketika gejala pertama kali muncul.

"Sampai sekarang pun masih ada kerasa gejala batuk, beda dari yang awal. Kalau awal itu enggak kira-kira, kita ambil napas itu gatel lagi, biasanya tarik napas aja udah gatel, dan batuk kering, kalo sekarang ada dahak," ujar Juno.

Meski begitu, Juno tetap menjalankan kewajibannya sebagai karyawan dengan keringanan work from home (WFH).

Ketika bekerja, ia pun masih mengalami nyeri dada dan sakit di kandung kemih.

Dari kondisi tersebut, Juno menanyakan kepada pengikutnya yang sempat merujuk Juno untuk ke WA.

"Dia bilang kalau kondisi nyeri itu wajar, mungkin efek kena sequela-sequela, efek setelah saya kena suatu penyakit," lanjut Juno.

"Jadi, total dari saya pertama gejala sampai sekarang sudah 91 hari dilalui," kata dia.

Baca juga: Waspada Gejala Baru Virus Corona, dari Sulit Berbicara hingga Halusinasi

Jangan anggap enteng Covid-19

Menilik apa yang dialaminya selama lebih dari 3 bulan ini, Juno mengimbau kepada masyarakat untuk tidak menggampangkan penyakit Covid-19.

Ia pun meminta masyarakat agar tidak percaya pada informasi yang tidak benar atau keliru.

"Covid-19 itu jelas ada, nyata. Kita harus mematuhi aturan-aturan itu saja, karena kalau kena penyakit ini, okelah bisa sembuh, tapi penyakit ini repot, kalau sembuh, syukur-syukur tidak kena keluhan lainnya," kata Juno.

Menurutnya, usaha dia untuk mendapatkan hasil tes yang negatif benar-benar sekuat tenaga dan lama prosesnya.

Baca juga: Gejala Covid-19 pada Anak Mirip Penyakit Kawasaki Muncul di AS

Juno juga mempertimbangkan, selama ia dirawat di RS tentunya ia dibebaskan dari pekerjaannya atau tugas kantor. Ia mewanti-wanti bisa saja orang lain mendapat PHK jika terkena Covid-19.

"Untungnya saya WFH juga, perusahaan saya sangat mengerti. Saya juga ada dokter perusahaan yang hampir tiap hari menanyai kondisi saya, saya didampingi orang-orang baik," kata dia.

Selain itu, Juno juga mengimbau kepada masyarakat, di usianya yang terbilang muda dan usia produktif tanpa adanya penyakit bawaan, terbukti dapat tertular Covid-19.

Baca juga: Hampir 80 Persen Kasus Covid-19 Tak Bergejala, Ini Fakta soal OTG

Biaya yang tidak sedikit

Sementara itu, twit viral terkait unggahan pembiayaan RS yang dialami Juno itu merupakan pembiayaan dirinya ketika menjalani perawatan di RS swasta pada pertengahan Maret 2020.

"Itu saya ke RS swasta kan dua kali, yang pertama abis sekitar Rp 33 juta untuk 9 hari, dan yang kedua habis sekitar Rp 37 juta itu sekitar semingguan di sana, jadi total abis Rp 70 juta," ujar Juno.

Menurutnya, biaya tersebut terbilang besar dan ia pun bersyukur tidak mengalami gejala sesak napas di mana gejala ini juga muncul pada pasien Covid-19 lainnya.

Sebab, seorang pasien yang mengalami sesak napas tentu akan membutuhkan ventilator, di mana perawatan dengan alat tersebut bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Baca juga: Jadi Syarat Saat Bepergian di Era New Normal, Apa Itu PCR dan Mengapa Mahal?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi