KOMPAS.com - Indonesia mencatat jumlah kasus tertinggi infeksi virus corona di ASEAN pada Rabu (17/6/2020) dengan 41.431 positif. Jumlah angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia juga yang tertinggi di Asia Tenggara dengan 2.276 korban meninggal.
Perkembangan mengenai jumlah kasus infeksi dan kematian bisa dilihat dari grafik yang dipaparkan Pemerintah melalui peta sebaran di laman Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Dalam grafik gabungan yang ada, kasus kematian bisa dilihat dari kurva berwarna merah muda sementara kasus baru ditunjukkan oleh kurva berwarna biru tua.
Baca juga: UPDATE: Kasus Covid-19 di Indonesia Kini 41.431 Orang, Bertambah 1.031
Berikut ini daftar kasus kematian dan kasus baru harian dari tanggal 1-17 Juni 2020:
- 1 Juni 2020
Kematian: 28
Kasus baru: 467
- 2 Juni 2020
Kematian: 22
Kasus baru: 609
- 3 Juni 2020
Kematian: 35
Kasus baru: 684
- 4 Juni 2020
Kematian: 23
Kasus baru: 585
- 5 Juni 2020
Kematian: 49
Kasus baru: 703
- 6 Juni 2020
Kematian: 31
Kasus baru: 993
- 7 Juni 2020
Kematian: 50
Kasus baru: 672
- 8 Juni 2020
Kematian: 32
Kasus baru: 847
- 9 Juni 2020
Kematian: 40
Kasus baru: 1.042
- 10 Juni 2020
Kematian: 36
Kasus baru: 1.241
- 11 Juni 2020
Kematiana: 41
Kasus baru: 979
- 12 Juni 2020
Kematian: 48
Kasus baru: 1.111
- 13 Juni 2020
Kematian: 43
Kasus baru: 1.014
- 14 Juni 2020
Kematian: 43
Kasus baru: 857
- 15 Juni 2020
Kematian: 64
Kasus baru: 1.017
- 16 Juni 2020
Kematian: 33
Kasus baru: 1.106
- 17 Juni 2020
Kematian: 45
Kasus baru: 1.031
Baca juga: UPDATE 17 Juni: Sebaran 540 Pasien Sembuh dari Covid-19 di 26 Provinsi
Dari data tersebut, didapatkan kasus kematian harian selama bulan Juni terkecil ada di angka 22 sementara terbesar ada di angka 64 kematian perhari.
Sementara itu dari data yang sama, diketahui kasus infeksi harian terendah adalah 467 kasus pada tanggal 1 Juni 2020 dan tertinggi sebanyak 1.241 pada 10 Juni 2020.
Jumlah kasus baru harian ini mengalami peningkatan cukup signifikan jika dibandingkan dengan kasus baru yang ada di bulan-bulan sebelumnya.
Jumlah tes meningkat
Angka infeksi harian yang melonjak itu dijelaskan oleh Gugus Tugas sebagai hasil dari meningkatnya jumlah tracing yang dilakukan.
Hal itu disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 Achmad Yurianto, 10 Juni 2020.
"Penambahan kasus positif ini, disebabkan karena tracing yang agresif dilakukan, sehingga bisa kita lihat, bahwa sebagian besar penambahan kasus ini adalah spesimen yang dikirim puskesmas atau dinas kesehatan," kata Yuri di Grha BNPB, Jakarta.
"Ini adalah bukti, bahwa memang tracing yang agresif akan bisa menangkap begitu banyak kasus positif dan sudah barang tentu kita akan menginginkan kasus ini kemudian melakukan isolasi dengan sebaik-baiknya secara mandiri, agar tidak menjadi sumber penularan bagi orang lain," jelas dia.
Baca juga: Sebut Angka Tes Covid-19 RI Tak Buruk, Yurianto Bandingkan DKI dan Sejumlah Negara
Hal serupa juga disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, David S. Perdanakusuma.
"Munculnya peningkatan dikarenakan penularan masih terjadi dan hasil terkonfirmasi makin banyak, karena yang dites banyak. Waktu yang lalu mungkin sudah banyak (infeksi), tapi tidak terkonfirmasi positif karena tesnya masih terbatas," kata David kepada Kompas.com.
Aktivitas meningkat sejak Ramadhan dan Idul Fitri
Sementara itu, hasil analisis tim peneliti dari Pemda DIY menyebutkan angka peningkatan kasus sudah terlihat sejak sekitar pertengahan Mei dan terus meningkat hingga saat ini.
Salah satu tim peneliti, Joko Hariyono menyebutkan salah satu alasannya karena aktivitas masyarakat yang meningkat saat di bulan Ramadhan dan Idul Fitri.
"Jika kita mengaitkan periode krusial tersebut dengan aktivitas masyarakat, periode itu terjadi di pertengahan bulan Ramadhan. Pola interaksi masyarakat sejak awal Ramadhan ditengarai kontraproduktif dengan upaya pemerintah untuk memperlandai kurva penambahan kasus harian," kata Joko dalam keterangan resminya, Sabtu (13/6/2020).
Baca juga: Kurva Covid-19 Melonjak, Peneliti Sebut Pemerintah Kehilangan Momentum
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.