Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Update Virus Corona Global 19 Juni: 8,5 Juta Orang Terinfeksi | Risiko Golongan Darah A

Baca di App
Lihat Foto
AFP/BERTRAND GUAY
Orang makan dan minum di teras restoran cafe Le Compat di Paris, Perancis, 2 Juni 2020. Cafe dan restoran kembali buka setelah Perancis melonggarkan kebijakan lockdown di negara tersebut.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com – Penyebaran virus corona di dunia, baik dari segi jumlah kasus dan korban jiwa belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan.

Melansir data dari Worldometers, tercatat ada 8.555.402 kasus di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sebanyak 455.200 hingga Jumat (19/6/2020).

Sementara pasien yang dinyatakan sembuh sebanyak 4.503.093 orang.

Baca juga: Rekor 1.331 Kasus Baru Covid-19 di Indonesia, Berikut 4 Faktor Pemicunya...

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut ini 10 negara dengan jumlah kasus terbanyak :

  1. Amerika Serikat, 2.259.989 kasus, 120.543 meninggal dunia, dan 926.139 sembuh.
  2. Brazil, 978.142 kasus, 47.748 meninggal dunia, dan 503.507 sembuh.
  3. Rusia, 561.091 kasus, 7.660 meninggal dunia, dan 313.963 sembuh.
  4. India, 381.091 kasus, 12.604 meninggal dunia, dan 205.182 sembuh.
  5. Inggris, 300.469 kasus, 42.288 meninggal dunia.
  6. Spanyol, 292.348 kasus, 27.136 meninggal dunia.
  7. Peru, 244.388 kasus, 7.461 meninggal dunia, 131.190 sembuh.
  8. Italia, 238.159 kasus, 34.514 meninggal dunia, dan 180.544 sembuh.
  9. Chili, 225.103 kasus, 3.841 meninggal dunia, dan 186.441 sembuh.
  10. Iran, 197.650 kasus, 9.272 meninggal dunia, dan 156.990 sembuh.

Baca juga: Ramai soal Biaya Penanganan Pasien Covid-19 sampai Ratusan Juta, Ini Penjelasannya...

Berikut ini beberapa update seputar virus corona di seluruh dunia:

1. Inggris

Melansir Al Jazeera, Jumat (19/6/2020), Inggris akan beralih ke teknologi ciptaan Apple dan Google untuk aplikasi uji dan lacak Covid-19, guna membuang sistem yang ia ciptakan dan tak berfungsi dengan baik pada iPhone Apple.

Program uji dan lacak adalah kunci untuk membuka kembali negara itu tapi malah penuh masalah.

Aplikasi itu sendiri dikembangkan oleh National Health Service (NHS) saat awal bulan yang diharapkan akan diluncurkan secara nasional pada Mei tapi tak terwujud.

Sistem Google-Apple terdesentralisasi akan mendapat manfaat dari pekerjaan yang dilakukan pada aplikasi NHS yang gagal .

Baca juga: Deretan Obat yang Diklaim Efektif untuk Covid-19, dari Dexamethasone hingga Hidroksiklorokuin

2. Amerika Serikat

Kota New York akan memulai tahap kedua pembukaan kembali pada Senin (22/6/2020).

Hal itu sebagaimana disampaikan Wali Kota Bill de Blasio.

Terkait dengan pembukaan ini, kantor, ritel, ruang makan di luar ruangan, salon rambut adalah beberapa bisnis yang dibuka kembali.

"Kami telah melihat kemajuan yang konsisten dan sekarang saatnya untuk mengatakan kepada semua orang bersiap-siap untuk fase dua," kata de Blasio pada konferensi pers harian.

Baca juga: Obesitas dan Tingginya Angka Kematian akibat Virus Corona di AS...

3. Swedia

Sebuah studi menguji orang di Swedia apakah mereka mengembangkan antibodi Covid-19.

Hasilnya hanya 6 persen orang Swedia yang menunjukkan memiliki antibodi tersebut.

"Sebaran itu lebih rendah dari yang kita duga tetapi tidak jauh lebih rendah," kata Kepala Epidemiolog Anders Tegnell dalam konferensi pers

Jumlah kasus di negara ini hingga kini ada sebanyak 56.043 dengan jumlah kematian sebanyak 5.053.

Baca juga: Para Ahli Teliti Gejala-gejala Langka Virus Corona, Apa Saja?

4. Korea Selatan

Korea Selatan telah melaporkan 59 kasus baru Covid-19.

Kasus ini meningkat di wilayah Seoul.

Angka-angka tersebut diumumkan pada Kamis (18/6/2020) oleh Pusat Pengendalian Pencegahan Penyakit Korea Selatan di mana kasus secara nasional berjumlah 12.257 kasus termasuk 289 kematian.

Delapan dari kasus tersebut disebut berkaitan dengan kedatangan internasional.

Baca juga: Cara Baru Korea Selatan Tes Corona, Gunakan Bilik Telepon

5. Eropa

Para peneliti Eropa melakukan studi mengenai keterkaitan golongan darah dengan keparahan infeksi virus corona.

Penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Medis The New England pada Rabu (17/6/2020) ini menunjukkan mereka yang memiliki darah tipe A lebih berisiko mengembangkan gejala yang lebih buruk.

Saat puncak epidemi Eropa para peneliti menganalisis lebih dari 4.000 gen manusia untuk mencari varian umum pada mereka yang terinfeksi virus corona dan berisiko mengalami keparahan.

Sekelompok varian gen yang terkait dengan respons imun yang berhubungan dengan keparahan pasien menunjukkan mereka juga mempengaruhi protein permukaan sel yang disebut ACE 2 yang dipakai virus untuk masuk dan menginfeksi sel tubuh.

Baca juga: Kenali Batuk Darah dan Bahayanya...

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Dexamethasone

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi