Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Antibodi Pasien yang Sembuh dari Corona Hanya Bertahan 3 Bulan

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi herd immunity
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sejak awal pandemi virus corona penyebab Covid-19 menyebar ke seluruh dunia, para ilmuwan telah bertanya-tanya tentang kemunculan antibodi pada orang yang terinfeksi.

Studi terbaru yang dipublikasikan pada hari Kamis (18/6/2020) di jurnal Nature Medicine menyebutkan pasien yang pernah terjangkit Covid-19 berhasil memunculkan antibodi, tetapi antibodi tersebut tidak bertahan lama.

Antibodi adalah protein pelindung yang dihasilkan tubuh untuk merespons infeksi. Pada pasien Covid-19, antibodi yang terbentuk hanya bertahan dua hingga tiga bulan, terutama bagi orang tanpa gejala (OTG).

Baca juga: Penelitian: Lansia yang Sembuh Corona Miliki Antibodi Lebih Tinggi dari Anak Muda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir New York Times, kesimpulannya bukan berarti bahwa para pasien sembuh ini dapat terinfeksi untuk kedua kalinya.

Bahkan tingkat rendah dari antibodi masih bisa melindungi dari infeksi, seperti juga sel T dan sel B pada sistem kekebalan tubuh.

Sel T adalah sel yang berperan mematikan virus, sedangkan sel B memiliki peran untuk merekam jenis infeksi dan mengembangkan antibodi yang sesuai.

Namun, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa pasien yang berhasil sembuh dari Covid-19 tidak serta merta menjadi kebal.

Sementara itu antibodi terhadap virus corona lain, termasuk yang menyebabkan SARS dan MERS, diperkirakan bertahan sekitar satu tahun. Para ilmuwan berharap antibodi terhadap virus corona baru ini juga bisa bertahan setidaknya dalam waktu yang sama.

OTG memiliki tingkat antibodi lebih rendah

Dalam studi terbaru ini, para peneliti membandingkan 37 orang tanpa gejala (OTG) dengan 37 orang yang memiliki gejala di Distrik Wanzhou, China. Hasilnya, mereka menemukan bahwa OTG memiliki respons yang lebih lemah terhadap virus dibandingkan mereka yang memiliki gejala.

Tingkat antibodi pada 40 persen OTG turun hingga ke tingkat tidak terdeteksi, sedangkan pada orang yang memiliki gejala hanya 13 persen yang mengalami penurunan tingkat antibodi.

Meski demikian, perlu dicatat bahwa penelitian ini mengambil sampel dalam jumlah kecil dan para peneliti tidak memperhitungkan perlindungan dari sel-sel kekebalan yang bisa melawan atau mengembangkan antibodi baru untuk merespon serangan virus.

“Sebagian besar orang pada umumnya tidak menyadari sel T, sehingga sebagian besar penelitian telah difokuskan pada tingkat antibodi,” kata Angela Rasmussen, seorang ahli virus di Universitas Columbia.

Baca juga: Kabar Baik Vaksin Corona: Percobaan Menghasilkan Antibodi Setara Orang yang Pulih

Terlepas dari sel T yang dapat membunuh virus seketika, orang yang telah terinfeksi juga dapat mengembangkan apa yang disebut sebagai sel B memori yang dapat dengan cepat meningkatkan produksi antibodi saat dibutuhkan.

"Jika mereka menemukan virus lagi, mereka (sel B) ingat dan mulai membuat antibodi dengan sangat, sangat cepat," kata Florian Krammer, seorang ahli virus di Fakultas Kedokteran Icahn di Mount Sinai.

Vaksin sangat penting

Akiko Iwasaki, seorang ahli imunologi virus di Universitas Yale menyebut bahwa hasil studi ini memberi gambaran tentang pentingnya mengembangkan vaksin yang kuat, karena antibodi yang terbentuk secara alami ternyata tidak optimal dan tidak bertahan lama. 

“Laporan-laporan ini menyoroti perlunya mengembangkan vaksin yang kuat, karena kekebalan yang berkembang secara alami selama infeksi tidak optimal dan berumur pendek pada kebanyakan orang,” kata Iwasaki.

"Kita tidak bisa mengandalkan infeksi alami dan pembentukan antibodi secara alami untuk mencapai herd immunity," tambahnya.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi