Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Lama Orang yang Terinfeksi Bisa Sembuh dari Virus Corona?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/namtipStudio
Ilustrasi pasien Covid-19. Hormon kortisol atau hormon stres yang dialami pasien Covid-19 dapat meningkatkan keparahan penyakit hingga risiko kematian.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Jumlah pasien Covid-19 di Indonesia yang sembuh bertambah sebanyak 551 orang pada Jumat (19/6/2020). Sehingga totalnya menjadi 17.349 orang.

Sementara update di seluruh dunia menurut Worldometers pukul 16.37 WIB sebanyak 4,5 juta orang pulih dari Covid-19.

Jalan kesembuhan tiap pasien berbeda-beda. Banyak faktor yang memengaruhi waktu dan tingkat kesembuhannya.

Bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan, pemulihan bisa menjadi perjalanan yang lambat. Termasuk usia, jenis kelamin dan tingkat keparahan penyakit berdampak dalam proses penyembuhan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala ringan

Dilansir dari BBC, kebanyakan orang yang mendapatkan Covid-19 hanya akan mengalami gejala seperti batuk atau demam. Tetapi mereka bisa mengalami sakit tubuh, kelelahan, sakit tenggorokan dan sakit kepala.

Gejala-gejala ini diobati dengan istirahat, banyak mengkonsumsi cairan dan penghilang rasa sakit seperti parasetamol.

Demam bisa mereda dalam waktu kurang dari satu minggu, meskipun batuk mungkin menetap. Sebuah analisis data di China Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan butuh rata-rata dua minggu untuk pulih.

Baca juga: UPDATE 19 Juni: Sebaran 551 Pasien Sembuh dari Covid-19 di 29 Provinsi

Gejala lebih serius

Bagi pasien yang terinfeksi sekitar tujuh hingga 10 hari sebelumnya, bisa merasakan gejala yang lebih serius.

Seperti bernafas menjadi sulit dan paru-paru meradang. Ini karena meskipun sistem kekebalan tubuh berusaha melawan - itu sebenarnya bereaksi berlebihan dan tubuh mengalami kerusakan tambahan.

Beberapa orang perlu dirawat di rumah sakit untuk terapi oksigen.

Pasien kategori ini butuh waktu dua hingga delapan minggu untuk pulih, namun dengan kondisi kelelahan yang masih ada.

Pasien dengan perawatan intensif

WHO memperkirakan satu dari 20 akan memerlukan perawatan intensif, yang dapat termasuk dibius dan memakai ventilator.

Dr Alison Pittard, Dekan Fakultas Kedokteran Perawatan Intensif, mengatakan perlu waktu 12 hingga 18 bulan untuk kembali normal setelah menjalani perawatan kritis.

Menghabiskan waktu yang lama di ranjang rumah sakit menyebabkan hilangnya massa otot.

Pasien akan lemah dan otot akan membutuhkan waktu untuk membangun kembali. Beberapa orang akan memerlukan fisioterapi untuk berjalan lagi.

Dikutip dari NPR, dua dokter yang keduanya didiagnosis dengan Covid-19 pada pertengahan Maret dan sejak itu telah pulih dapat memberikan gambaran.

Rosny Daniel, 32, seorang dokter departemen darurat di University of California, San Francisco, kembali bekerja dan merasa "benar-benar kembali normal."

Dan Darren Klugman , 45, seorang ahli jantung pediatrik, mengatakan dia merasa "100 persen" dan juga kembali bekerja setelah mengisolasi dirinya dari keluarganya.

Dia mengatakan bahwa sangat penting bagi semua orang untuk mengikuti pedoman jarak sosial dan jika mencurigai sakit, segera mengambil tindakan untuk melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitar Anda.

"Yang paling penting adalah mengenali gejala awal, mengisolasi diri sendiri dan benar-benar mematuhi aturan karantina," kata Klugman.

Baca juga: Radang Tenggorokan dan Gejala Virus Corona

Gejala dan keparahan bervariasi

Sementara Daniel mengatakan orang yang terpapar Covid-19 dapat memiliki berbagai gejala dan tingkat keparahan penyakit dapat sangat bervariasi dari orang ke orang.

"Ini sangat membingungkan, dan ada sejumlah besar ketidakpastian untuk itu," katanya.

Daniel mengatakan selama beberapa hari pertama penyakitnya ia menderita sakit dan kedinginan. Dia menderita demam dan batuk ringan dan merasa lelah.

"Otot saya sakit sangat parah di kaki saya. Saya merasa seperti kesemutan," kata dia.

Dia mulai merasa lebih baik, tetapi kemudian, pada hari ke tujuh, gejalanya muncul kembali dan dia juga mulai kesulitan bernapas.

Dia menderita asma ringan dan diabetes tipe 1, dua kondisi mendasar yang terkait dengan peningkatan risiko penyakit serius.

Dia mulai menggunakan inhaler untuk mengobati asma. Dia juga mengambil antibiotik untuk mengobati apa yang mungkin merupakan infeksi bakteri sekunder di paru-parunya. Setelah beberapa hari, dia merasa jauh lebih baik.

Klugman mengatakan dia merasa sakit selama sekitar 10 hari. Mula-mula ia mengalami "kedinginan dan sakit tubuh yang terputus-putus," dan kemudian ia mengalami demam rendah dan "batuk yang sangat menonjol."

Berdasarkan gejala-gejala ini, ia mengkarantina dirinya jauh dari keluarganya selama 14 hari, bahkan sebelum ia mendapatkan hasil tes Covid-19 yang positif.

"Pada hari ke 10, saya merasa tingkat energi saya mendekati normal," kata Klugman.

Baca juga: Viral Twit Strategi Melawan Covid-19, Benarkah Psikologis yang Dominan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi