Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

8,7 Juta Orang Terinfeksi, Akankah Covid-19 Menjadi Lebih Berbahaya?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona dan gejala terinfeksi virus corona
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Virus corona masih terus menyebar di hampir seluruh negara di dunia hingga saat ini. Selama hampir 6 bulan, sudah ada 8,7 juta orang yang terinfeksi dan 457.275 korban meninggal. 

Ketika negara-negara secara bertahap mulai membuka kembali perekonomian dan melonggarkan pembatasan sosialnya, para ahli sedang memprediksi bagaimana Covid-19 akan berkembang.

Meskipun virus mampu bermutasi dan dapat berkembang dari waktu ke waktu, para ahli mengatakan bahwa tindakan kolektif masyarakat adalah faktor yang lebih menentukan apakah virus akan menjadi lebih berbahaya atau tidak. 

Seperti semua makhluk hidup, virus berevolusi seiring waktu berkat mutasi kecil dalam kode genetik mereka.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir ABC News, dalam kasus virus, "survival of the fittest" tidak selalu berarti bahwa versi virus yang paling mematikan adalah versi yang paling sukses bertahan.

"Dalam kebanyakan wabah besar, ternyata, mutasi dan strain baru cenderung kurang mematikan, karena secara umum virus berevolusi dengan kecenderungan untuk tidak membunuh inangnya," kata Dr. Ashish Jha, direktur Harvard Global Health Institute.

"Pendorong utama evolusi virus adalah menemukan inang baru," kata Dr. Vincent Racaniello, ahli virologi Universitas Columbia.

Menurut Racaniello, tidak masuk akal bagi virus untuk menjadi lebih berbahaya kecuali jika itu membantu penyebarannya lebih cepat.

Baca juga: Update Virus Corona Global 14 Juni: 7,8 Juta Orang Terinfeksi | Cile Ganti Menteri Kesehatan

Secara keseluruhan, para ahli sepakat bahwa meskipun terjadi perubahan genetik kecil, virus tidak mungkin bermutasi dengan cara yang secara substansial akan meningkatkan risiko pada manusia.

Pandangan ini berdasarkan pengamatan bahwa virus corona Sars-CoV-2 sudah cukup baik dalam menginfeksi manusia dan bisa menyebar dengan cepat.

Waspada gelombang kedua

Para ahli juga membantah klaim baru-baru ini dari Italia, yang menyatakan bahwa virus corona menjadi lebih lemah.

"Saya telah melihat tidak ada bukti bahwa virus telah bermutasi untuk mengubah perilakunya," kata Dr Amesh Adalja dari Pusat Perawatan Kesehatan Universitas Johns Hopkins dan profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat Bloomberg.

“Saya pikir mungkin saja orang terinfeksi dengan dosis infeksi yang lebih rendah atau kita berhasil menguji lebih cepat dan mendiagnosis kasus ini lebih awal ketika mereka memiliki viral load yang lebih rendah,” kata Dr Amesh Adalja.

Namun, meski virus tidak bermutasi secara signifikan, gelombang kedua infeksi berbahaya pada musim gugur masih mungkin terjadi.

Faktor eksternal, termasuk cuaca, juga kemungkinan akan mempengaruhi tingkat keparahan penyakit yang disebabkan oleh Covid-19.

Cuaca yang lebih dingin dan lebih lembab memungkinkan virus untuk menular dengan lebih mudah.

Baca juga: Viral Twit Strategi Melawan Covid-19, Benarkah Psikologis yang Dominan?

Perlu kerja sama

Faktor penting lain menurut para ahli adalah seberapa baik kita mempertahankan diri sebagai populasi.

"Langkah-langkah pembatasan sosial telah membuat orang yang terinfeksi, mengalami infeksi dengan dosis infeksi yang lebih rendah, sehingga kecil kemungkinan orang-orang untuk sakit, kata Adalja.

Semakin jauh jarak antar orang (physical distancing), maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk terkena partikel virus yang menular.

Kalau pun pada akhirnya mengalami infeksi, orang mungkin akhirnya hanya memiliki gejala yang lebih ringan, yang juga bisa berarti lebih kecil kemungkinannya untuk menyebarkan virus ke orang lain.

Adalja mengakui ini hanyalah teori kerja yang masih belum dapat dibuktikan.

"Itu adalah sesuatu yang perlu kita pelajari untuk mengetahui secara lebih rinci, tetapi itu adalah salah satu hipotesis yang memiliki masuk akal secara biologis," kata Adalja.

Dia menambahkan, dengan pengalaman selama pandemi, penyedia layanan kesehatan juga menjadi lebih baik dalam merawat orang-orang, serta memahami komplikasi penyakit.

Baca juga: Studi: Antibodi Pasien yang Sembuh dari Corona Hanya Bertahan 3 Bulan

Pandemi virus corona baru memang membawa segudang ketidakpastian dan pertanyaan yang tak terjawab.

Namun, ada langkah nyata untuk melemahkan dampaknya, itulah sebabnya para ahli mendesak masyarakat untuk terus memakai masker, sering mencuci tangan dan menjaga jarak fisik.

Pada saat ini, hal-hal tersebut memberikan peluang terbaik, untuk menghentikan penyebaran virus.

KOMPAS.com/AKbar Bhayu Tamtomo Infografik: Mengenal Social Distancing

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: ABC News
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi