Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KSAU 2002-2005
Bergabung sejak: 25 Feb 2016

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Marsekal Sukardi dalam Kenangan

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Pribadi
Marsekal TNI (Purn) Sukardi (berdiri kedua dari kanan) bersama para kru udara pesawat Hercules. Sumber foto: Dok. Pribadi
Editor: Ana Shofiana Syatiri

Beberapa hari yang lalu saya menerima kabar bahwa Marsekal Purn Sukardi jatuh sakit. Kemarin malam, Jumat 19 Juni 2020 pukul 19.50 WIB, Bapak Sukardi bin Kasdjo Prawirodiredjo, Marsekal TNI (Purn) menghembuskan napas terakhirnya.

Innalilahi wainailaihi rojiun, teriring doa semoga Almarhum dimaafkan dan diampuni segala dosa-dosanya serta memperoleh tempat yang terbaik dalam ridho, ampunan dan kasih sayang Allah SWT. Aamiin...

Marsekal Sukardi adalah Kepala Staf Angkatan Udara ke-8 yang menjabat pada tahun 1982-1986 dan mantan Duta Besar RI di Jerman Barat serta anggota DPA.

Beliau lahir pada 30 Desember 1931 dari pasangan Kasdjo Prawirodiredjo dan Saodah di Ledok Wetan, Bojonegoro.

Beliau adalah salah satu Perwira kebanggaan Angkatan Udara yang sangat dihormati berkat keteladanannya. Sosok yang dikenal sangat disiplin, tertib sekaligus rendah hati dan sangat menghargai prestasi dari anak buahnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Segudang pengalaman panjang beliau dalam menjalani karier di Angkatan Udara telah ditulis dengan rapih dalam bukunya yang diberi judul “Saatnya Berbagi Pengalaman dan Rasa”, lebih kurang 10 tahun yang lalu.

Buku yang berisi catatan-catatan penting almarhum ini merangkum banyak sekali peristiwa bersejarah tentang peran Angkatan Udara sejak era pemberontakan di dalam negeri, operasi Trikora , Dwikora dan lain-lain hingga akhir 1980-an.

Beberapa di antaranya mengenai bagaimana beliau sebagai pilot Hercules Angkatan Udara melaksanakan operasi penerjunan pasukan di Merauke pada tahun 1962, di tengah malam yang pekat dengan perlengkapan dan prasarana yang sangat terbatas.

Demikian pula pengalaman beliau turut serta sejak awal membangun landasan di Wamena untuk pertama kali, sehingga dapat didarati oleh pesawat Hercules.

Sebagian besar isi buku, dalam halaman-halaman awalnya dipenuhi dengan banyak uraian yang berisi pujian, kekaguman dan penghargaan yang tinggi terhadap orang-orang yang berbakti di Angkatan Udara dan dinilai telah bekerja sangat luar biasa dan tanpa pamrih.

Bahkan bagian pertama bukunya bertajuk: Mereka adalah Orang-Orang Luar Biasa, Orang-Orang Jempolan. Sebuah ekspresi dari sikap rendah hati dan menghargai orang lain terutama anak buahnya.

Banyak sekali prestasi luar biasa yang tercatat dalam perjalanan karier beliau di Angkatan Udara. Salah satunya adalah kesuksesan beliau meyakinkan pimpinan (pengambil keputusan ketika itu) untuk tetap mempertahankan keberadaan Pasukan Khas Angkatan Udara sebagai bagian integral dan sub sistem yang tidak terpisahkan dari sistem persenjataan Angkatan Udara.

Menjadi istimewa adalah uraian dalam buku yang ditulisnya itu, sama sekali jauh dari kesan menonjolkan peran diri sendiri. Hal tersebut karena semua uraian dalam tulisan beliau benar-benar hanya menuangkan catatan-catatan harian dari kegiatan yang dilaksanakannya.

Ketika pada kesempatan ke Jerman Barat dalam sebuah penugasan khusus menerbangkan Hercules ke Hamburg di akhir tahun 1980-an, saya berjumpa dengan Bapak Sukardi yang ketika itu bertugas sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Jerman Barat.

Beliau terbang dari Bonn ke Hamburg untuk bertemu dengan awak pesawat Hercules. Kami semua tentu saja sangat senang dan terharu dengan kedatangan beliau ketika itu. Sebuah perasaan yang sama dari anak-anak yang tengah ditengok oleh orangtuanya.

Di luar perkiraan bahwa di tengah kesibukan beliau sebagai Duta Besar, ternyata masih sempat juga datang menemui seluruh awak pesawat, para anak buah beliau di Angkatan Udara. Sebuah kenangan yang tidak mungkin terlupakan.

Refleksi dari kerendahan hati dan keteladanan Bapak Sukardi terukir dengan sangat jelas dari kata-kata yang tercantum dalam awal dan penutup bukunya, “Saat Berbagi Pengalaman dan Rasa”.

Di awal buku tercantum sebuah pesan dari Kakek beliau saat Pak Sukardi berangkat meninggalkan kampung halamannya: “Wis budhalo. Aku nggak iso nyangoni opo opo Eling ASAL USULMU”. Terjemahan bebasnya: “Sudah berangkatlah, saya tidak bisa memberi bekal apa-apa. Ingat ASAL USULMU“.

Sementara dalam bagian akhir bukunya di Post-Scrip tertera ungkapan hati beliau sebagai berikut :
“Saya ingin menjalani hidup sehat dan bersemangat, saya ingin menjalani hidup bermakna dan bermanfaat, saya ingin jadi orang yang memahami arti kata bertobat, ingin hidup bersahabat dan bermartabat, ingin hidup ikhlas dan selalu bersyukur…..!”

Selamat Jalan Marsekal,
Selamat Jalan Sang Guru , Teladan dan kebanggaan Angkatan Udara.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi