Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jurnalis
Bergabung sejak: 11 Apr 2017

Jurnalis

Mau Senang Tapi Aman di Era Pandemi Covid-19, Bisa Kok

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG
Pekerja duduk dengan jaga jarak yang diterapkan di pusat perbelanjaan Senayan City, Jakarta Pusat, Selasa (9/6/2020). Untuk mendukung kelancaran masa transisi dan mencegah penularan Covid-19, pengelola mal menyediakan hand sanitizer otomatis di beberapa titik mal, pengecekan suhu tubuh di pintu-pintu masuk, dan juga menggalakkan physical distancing kepada para pengunjung.
Editor: Heru Margianto


KITA dikejutkan dengan kabar ada klaster penularan baru. Letaknya di pasar-pasar tradisional. Di Jakarta, Pemerintah Provinsi sigap menutup 12 pasar tradisional setelah 79 pedagang kedapatan positif Covid-19.

Di Semarang, Jawa Tengah, sejumlah pasar juga ditutup, yaitu Pasar Mangkang dan Pasar Wonodri. Di Jawa Timur juga setali tiga uang alias sama saja. Sebanyak 8 pasar di Surabaya juga sempat ditutup.

Rata-rata penutupan dilakukan 3 hari. Selama penutupan, dilakukan penyemprotan disinfektan.

Demikian disampaikan Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria di program AIMAN yang tayang Senin (22 Juni 2020) pukul 20.00 di KompasTV.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu ke mana para pedagangnya?

Yang berstatus OTG (orang tanpa gejala) diisolasi. Sementara, mereka yang mempunyai keluhan dan membahayakan jiwa dirawat.

Satu pertanyaan lanjutan: bagaimana dengan pembeli yang sempat berinteraksi dengan pedagang-pedagang yang teridentifikasi positif itu?

Pekara yang tidak mudah. Prosedurnya, dilakukan pelacakan siapa saja pembeli yang sempet berinteraksi. Tapi, bagaimana caranya?

Pembeli dan pedagang di pasar tradisional belum tentu saling kenal, apalagi bertukar nomor ponsel.

Pelacakan orang di pasar tradisional jelas berbeda dengan mal. Mereka yang masuk mal dipindai dengan QR code. Jika terjadi penularan, maka lebih mudah melacaknya.

Pelacakan bisa dilakukan dengan memberikan pesan dan bahkan mengetahui keberadaan pengunjung mal yang pernah memindai QR code tersebut.

Memang ada persoalan kerahasiaan data alias privasi dari lokasi sang empunya HP di kemudian hari. Namun, ini dilakukan semata-mata untuk pelacakan jika terjadi kondisi darurat.

Mungkinkah mekanisme ini dilakukan di pasar tradisional?

Piknik senang tapi aman, apakah bisa?

Saat ini Jakarta memasuki tahap ketiga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang disebut sebagai masa transisi. Di masa transisi ini tempat ibadah, kantor, transportasi publik mulai dibuka. Tempat wisata juga dibuka sejak Sabtu (20/6/2020).

Tiga tempat wisata yang sudah dibuka adalah Ancol Taman Impian di Jakarta Utara, Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan, dan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta Timur. Pembukaan diiringi dengan protokol kesehatan yang ketat.

Program AIMAN tayang persis saat Jakarta berulangtahun ke 493. Sayang, tak ada gelaran Jakarta Fair karena pandemi Covid-19. Saya lantas memilih berkeliling ke salah satu tempat wisata terpadu Ancol Taman Impian.

Saya melihat protokol ketat dilakukan, baik di dalam antrean, maupun sebelum pintu masuk pemeriksaan. Pengunjung tampak antre dengan mejaga jarak sekitar 2 meter. Pintu masuk hanya dibuka satu yaitu di pintu timur. Di pintu gerbang ini pemeriksaan dilakukan berlapis, tidak seperti sebelum wabah.

Pertama adalah pemeriksaan surat booking (pemesanan) yang telah dilakukan pembayaran sebelumnya. Semuanya dilakukan melalui daring alias online lewat situs www.ancol.com.

Setelah itu, dalam jarak 200 meter, ada pos pemeriksaan suhu badan dengan alat canggih yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Alat ini bisa mengecek suhu tubuh seseorang dalam jarak 5 meter dengan akurat.

Pada setiap pintu, petugas memastikan mereka yang datang berusia 5 tahun ke atas. Tiket masuk hanya bisa dipesan oleh mereka yang ber-KTP DKI Jakarta.

Direktur Utama Ancol Teuku Sahir Syahali yang saya temui mengungkapkan, untuk sementara memang dilakukan pembukaan bertahap untuk menghindari potensi penularan. Syarat KTP DKI Jakarta diberlakukan bukan untuk diskriminasi tetapi menjaga kondisi.

"Ancol secara keseluruhan bisa menampung 100 bahkan hingga lebih dari 200 ribu pengunjung per hari. Tapi kini kami batasi hanya total sekitar 20 ribu pengunjung saja per hari untuk menghindari kerumunan sambil kami melihat perkembangan ke depan," ungkap Sahir.

Semua ini mudah dilakukan karena proses pemesanan dilakukan melalui online. Dengan begitu, tiket masuk tidak lagi dapat dipesan jika quota harian telah habis.

Tak hanya Jakarta

Tak hanya Jakarta, sejumlah tempat wisata di Indonesia juga berencana buka. Beberapa malah sudah buka, seperti Kawah Ijen di Banyuwangi, Jawa Timur, Taman Budaya Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali, Kawasan Malioboro di Yogyakarta, dan Pantai Pangandaran di Jawa Barat, serta Pantai Pesisir Selatan di Sumatera Barat.

Penjagaan memang diperketat. Petugas berjaga sedemikian rupa. Namun, bagaimana melacak para pengunjung yang merupakan bencana abad ini, yaitu OTG?

Selain menggerakkan ekonomi, wisata melenturkan urat syaraf yang selama 3 bulan terkekang di rumah. Ada teknologi yang bisa membantu.

"Senang tapi aman? Bisa kok!"

Saya Aiman Witjaksono.
Salam!

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi