Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Kasus Covid-19 di Jatim, Sulsel, dan Kalsel Masih Tinggi? Berikut Analisisnya...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/RAJA UMAR
Warga dengan kategori orang dalam pemantauan (ODP) dan tenaga medis di wilayah Lampulo dan Kuta Alam mengikuti tes swab Covid-19 massal yang dipusatkan di Puskesmas Kuta Alam, Banda Aceh, Rabu (17/6/2020). Tes swab massal yang digelar gratis dan diikuti seratusan orang ini merupakan program Pemerintah Kota Banda Aceh bekerja sama dengan Universitas Syiah Kuala dalam upaya menekan penyebaran virus corona.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Pemko PMK) Muhadjir Effendy menyebut adanya tiga provinsi yang saat ini menjadi perhatian utama Presiden Jokowi.

Hal itu lantaran kasus harian di ketiga provinsi tersebut masih cukup tinggi. Ketiganya yakni Jawa Timur (Jatim), Sulawesi Selatan (Sulsel), dan Kalimantan Selatan (Kalsel).

Masih tingginya kasus Covid-19 di ketiga provinsi tersebut diungkapkannya melalui video conference usai bertemu Presiden Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (22/6/2020).

Oleh karenanya, Presiden meminta seluruh jajarannya membantu menekan penambahan kasus harian yang jumlahnya masih signifikan di sana.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Jenis Virus Corona di Indonesia Disebut Tak Masuk Kategori yang Ada di Dunia, Ini Penjelasan Eijkman

Lantas, mengapa kasus harian virus corona di tiga provinsi di atas masih cukup tinggi?

Karena dua hal utama

Epidemiolog yang juga Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto menilai, hal itu dikarenakan dua hal utama.

"Jadi ada dua hal utama yang menjadi penyebabnya. Pertama, peningkatan kapasitas pemeriksaan dan kedua, memang kasusnya masih relatif tinggi," kata Tonang saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).

Menurut Tonang, faktor tingginya kasus harian di Jawa Timur dikarenakan kapasitas pemeriksaan yang meningkat.

Selain itu, juga memang proses tracing yang dilakukan juga terbilang sangat tinggi sehingga tegak lurus dengan pertambahan kasus.

"Proses tracing juga tinggi, maka didapatkan banyak kasus positif. Artinya, memang di sana kasusnya relatif tinggi," papar Tonang.

"Terlihat juga bahwa jumlah orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP)-nya tinggi, artinya usaha tracing-nya aktif," jelas dia.

Baca juga: Rekor 1.331 Kasus Baru Covid-19 di Indonesia, Berikut 4 Faktor Pemicunya...

Kasusnya memang tinggi

Sementara itu, Tonang melanjutkan, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan berbeda masalahnya dengan Jawa Timur.

Menurutnya, tingginya kasus harian di Kalimantan Selatan dan Sulawesi Selatan bukan karena kapasitas pemeriksaan yang tinggi, tetapi murni kasusnya yang relatif tinggi.

"Untuk Kalsel dan Sulsel, kapasitas pemeriksaan belum tinggi, tapi kasusnya relatif tinggi. Begitu juga jumlah ODP dan PDP-nya tidak setinggi Jatim," ungkapnya.

Baca juga: Ibu Hamil Tak Mampu Bayar Swab, Benarkah Tes untuk Bumil Berbayar?

Tonang tidak mengetahui secara pasti apa yang menjadi penyebab tingginya kasus harian Covid-19 di Sulsel dan Kalsel, perkiraannya dikarenakan mobilitas penduduk yang tinggi.

Tingginya jumlah kasus tersebut, lanjut Tonang, berpotensi melonjak lagi bila kapasitas pemeriksaan dilakukan dengan skala yang lebih besar.

"Bisa karena mobilitas dari luar daerah yang masuk ke sana (imported cases). Yang kemudian menjadi sumber penyebaran. Masih berpotensi meninggi lagi, bila kapasitas pemeriksaan PCR-nya meningkat," terang dia.

Baca juga: Jadi Syarat Saat Bepergian di Era New Normal, Apa Itu PCR dan Mengapa Mahal?

Mobilitas penduduk tinggi

Hal senada juga diungkapkan oleh Epidemilog FKM UI, Pandu Riono.

Menurut Pandu, faktor mengapa tingginya jumlah kasus di tiga provinsi tersebut masih tinggi, lantaran beberapa hal.

"Faktornya ya karena kasusnya memang masih tinggi, lalu testingnya juga meningkat, selain itu faktor mobilitas penduduk juga sangat tinggi, terutama di 3 provinsi itu," kata dia.

Provinsi Kalimantan Selatan, imbuh Pandu, mengalami lonjakan jumlah kasus harian Covid-19 karena salah satunya dari kluster Ijtima di Gowa.

Kemudian, ditambah lambatnya penanganan sehingga mengakibatkan kasus cepat menyebar.

"Ditambah penanganannya saat itu tidak dilakukan secara cepat. Dianggapnya tidak ada masalah di Kalimantan Selatan," papar dia.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Zona Hitam di Surabaya dan Mengapa Bisa Terjadi?

Lalu, untuk Jawa Timur dan Sulawesi Selatan, dikarenakan mobilitas penduduk yang tinggi serta masih banyaknya kerumunan.

Oleh karena itu, setelah dilakukan testing, banyak masyarakat yang ternyata terinfeksi positif virus corona atau Covid-19.

Pandu menyebut, faktor masih adanya masyarakat yang abai juga ikut menjadi peranan tersendiri.

"Selain itu, faktor masyarakat yang masih abai juga ikut jadi peranan, masyarakat ada yang tidak peduli dan cuek dengan adanya corona. Kenapa bisa terjadi seperti itu, karena tidak ada komunikasi yang intensif untuk mengedukasi mereka," imbuhnya.

Baca juga: 4 Alasan Biaya Penanganan Pasien Covid-19 sampai Ratusan Juta Rupiah

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Pandemi Covid-19. Arti Zona Merah, Oranye, Kuning, dan Hijau

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi