KOMPAS.com - Sebuah video menampilkan seorang wanita tengah melakukan percobaan mengenai khasiat daun kelor yang disebut dapat menetralisir racun dalam tubuh beredar di aplikasi pesan WhatsApp dan Facebook pada Senin (22/6/2020).
Pengunggah yakni akun Facebook bernama Riema Lee.
"Manfaat daun kelor memang luar biasa..
Di Korsel sdr di jadikanminuman suplemen sehat," tulis Riema seperti dalam unggahan Facebooknya.
Baca juga: Ramai soal Air Rebusan Pare dan Obat Merah untuk Obati Kolesterol, Ini Penjelasan Dokter
Dalam video berdurasi 4 menit ini, wanita tersebut membuat larutan menggunakan obat merah yang diteteskan dalam air dan kemudian ditambahkan mi putih atau bihun.
Ia menjelaskan bahwa terjadi perubahan warna menjadi kegelapan pada bihun.
"Bihun menjadi kehitaman setelah diberi obat merah, ini menandakan ada kontaminuasi racun dalam bihun dan dengan obat merah menimbulkan warna hitam pekat, kemudian apa manfaat daun kelor dalam kejadian ini," ujar wanita tersebut.
Baca juga: Viral Video Kecelakaan Tunggal di Tol Pemalang-Batang, Mobil Ditembus Besi Pembatas Jalan
Kemudian, larutan obat merah itu ditambahkan dengan air rebusan daun kelor dan dalam jangka waktu tertentu larutan obat merah yang awalnya keruh menjadi jernih.
Selanjutnya, warna bihun yang kehitaman juga berubah warna menjadi putih kembali.
Atas kejadian ini, wanita tersebut menyimpulkan bahwa air rebusan daun kelor dapat menetralisir racun yang ada dalam tubuh.
Hingga kini, unggahan tersebut telah direspons sebanyak 102 kali dan telah dibagikan sebanyak 22 kali oleh pengguna Facebook lainnya.
Baca juga: Viral, Video Detik-detik Kecelakaan Dua Sepeda Motor Adu Banteng di Wajo
Lalu, apakah betul khasiat daun kelor dapat menetralisir racun dalam tubuh?
Ketua Departemen Farmakologi dan Terapi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), dr Wawaimuli Arozal mengungkapkan bahwa informasi yang ada dalam video itu salah.
Terkait anggapan bahwa bihun yang disebut mengandung racun dan dapat berubah warna dengan obat merah juga dinilai keliru.
"Informasi tersebut menyesatkan, obat merah itu mengandung iodium, kemudian bila ditambah amylum atau karbohidrat yang berasal dari bihun tadi menyebabkan warna keunguan," ujar Wawaimuli saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/6/2020).
Baca juga: Alasan Singapura Tak Rekomendasikan Dexamethasone sebagai Obat Covid-19
Menurutnya, perubahan warna itu terjadi karena adanya reaksi kimia yang wajar, bukan karena bihun yang mengandung racun atau toksin.
"Daun kelor sendiri banyak mengandung zat gizi, vitamin, protein, dan juga zat besi. Tapi tidak ada hubungannya dengan mentralisir racun," lanjut dia.
Selain itu, Wawaimuli mengatakan, daun kelor dapat dikonsumsi dengan dijadikan sayur bening yang mengandung nilai gizi.
Namun, dalam proses pemasakan, sebaiknya daun kelor tidak perlu direbus terlalu lama agar nilai gizinya tetap ada.
Baca juga: Saat AS Mulai Distribusikan Remdesivir untuk Pasien Covid-19 di 6 Negara Bagian...
Manfaat antioksidan
Menurutnya daun kelor juga dapat dimakan secara utuh atau langsung, asalkan daun tersebut masih segar dan bersih. Tapi mungkin rasanya kurang enak.
Wawaimuli mengatakan, saat ini sudah banyak daun kelor dalam bentuk sediaan bubuk atau ekstrak dari daun yang dikeringkan dan dibuat dalam bentuk kapsul dan lainnya.
Terkait manfaat, ia menjelaskan bahwa daun kelor memiliki efek antioksidan, menurunkan lemak darah, anti peradangan dan lainnya.
Namun, khasiat-khasiat tersebut masih sebatas penelitian yang diuji coba pada hewan.
"Penelitian mengenai daun kelor atau Moringa oliefera banyak mengenai efek antioksidan, menurunkan lemak darah, anti peradangan, anti-hipertensi dan berbagai penyakit kronik. Tetapi sebagian besar penelitian tersebut masih terbatas pada hewan coba," kata dia.
Adapun penelitian yang sudah terbukti pada manusia yakni sebagai suplemen besi, artinya daun kelor berperan sebagai asupan besi pada orang yang anemia karena defisiensi besi.
Baca juga: Viral Temuan Buah Petai Raksasa di Banjarnegara, Ini Penjelasan BKSDA
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.