Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Dikelola dengan Baik, Mikroplastik Ditemukan pada Usus Binatang di Antartika

Baca di App
Lihat Foto
Oona Lo?nnstedt/Science
Ikan tombak dengan akumulasi mikroplastik yang didapatkan dari ikan perch, makanannya.
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

 

KOMPAS.com - Salah satu masalah lingkungan terbesar saat ini yakni makin banyaknya jumlah sampah plastik yang berasal dari limbah kegiatan manusia.

Seperti diketahui, plastik merupakan suatu material yang membutuhkan waktu begitu lama untuk akhirnya bisa terurai oleh lingkungan.

Namun, sebelum akhirnya terurai dengan sempurna plastik-plastik itu terus ada di permukaan Bumi, baik di darat tertimbun tanah, atau di laut terbawa arus.

Mulai dari yang berukuran besar dan utuh, hingga berukuran sangat kecil dan hancur yang kemudian kita kenal sebagai mikroplastik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah ini seringkali tercecer di tempat-tempat yang tidak semestinya. Termasuk terhanyut di lautan lepas hingga membawanya ke daratan lain yang tidak memiliki keterkaitan apapun dengan sampah-sampah itu.

Dengan cara itu, sampah plastik bisa mencapai ke seluruh bagian dunia dan mengacaukan kehidupan yang ada di sana. Salah satu contoh nyata ditemukan di sebuah pulau terpencil di daratan Antartika.

Baca juga: Garuk Sampah, Gerakan Anak Muda yang Tak Ingin Yogyakarta Penuh Sampah Visual

Sampah di Antartika

Dilansir dari CNN, Selasa (23/6/2020), mikroplastik ditemukan dalam usus seekor binatang di salah satu pulau yang termasuk dalam kategori paling terpencil di dunia.

Melihat statusnya sebagai pulau paling terpencil, dapat dipastikan di sana tidak ada manusia yang menghuni atau mengunjunginya.

Sebuah penelitian yang dilakukan peneliti di Italia dan Irlandia yang diunggah di jurnal Biology Letters, menemukan mikroplastik di dalam usus Cryptopygus antarcticus, invertebrata kecil yang hidup di wilayah Antartika.

Makhluk kecil ini juga dikenal sebagai springtail yang memiliki panjang kurang dari 1 milimeter.

Baca juga: Misteri Fosil Telur Raksasa dari Antartika Terungkap, Mungkinkah Milik Dinosaurus?

Dalam keterangan yang diberikan, para peneliti ini menyebut penemuannya itu merupakan bukti berbasis fakta lapangan pertama yang menunjukkan adanya kontaminasi mikroplastik pada hewan Antartika.

Penemuan ini didapat setelah mereka menguji 18 hewan yang ditemukan dalam potongan gabus di pesisir Pulau King George di utara Antartika pada 2016.

Peneliti dari University of Siena yang memimpin riset ini, Elisa Bergami mengatakan, ia melihat material plastik itu saat ia sedang melakukan perjalanan lapangan di area yang relatif sudah parah tercemar polusi.

Baca juga: Ganggang Hijau, Awal Ekosistem Baru di Antartika karena Perubahan Iklim

Ia pun membawanya ke Italia untuk dilakukan pengujian lebih lanjut. Hal itu didasari oleh rasa ingin tahunya tentang jalur yang dilewati atau bagaimana plastik ini bisa sampai di tempat yang sangat terpencil.

Tim peneliti kemudian menggunakan spektroskopi inframerah di sebuah pusat penelitian di Italia untuk mendeteksi keberadaan mikroplasti pada tubuh hewan.

Bergami meyakini, makhluk-makhluk kecil itu pasti telah menelan mikroplastik saat mereka memakan alga dan lumut yang melapisi permukaan gabus.

Ia mencatat, mikroplalstik bisa membawa patogen dan kontaminan berbahaya bagi hewan yang mengonsumsinya, serta spesies lain di rantai makanan tersebut.

Baca juga: Fenomena Salju Hijau ini Menghijaukan Antartika, Ini Penyebabnya

Profesor dari University College Dublin yang merupakan salah satu tim dalam penelitian ini, Tancredi Caruso, menyebut hewan yang mereka uji sangat mewakili spesien yang ada di Antartika, baik di daratan besarnya maupun di pulau-pulau kecil sekitarnya.

Inilah yang membuat mereka semakin khawatir, karena potensi pencemaran oleh mikroplastik ini mungkin saja terjadi pada semua spesies dalam seluruh ekosistem yang ada.

Caruso menyampaikan harapannya terkait penelitian yang ia kerjakan akan membawa pada penelitian-penelitian lanjutan yang semakin menunjukkan titik terang untuk masalah pencemaran lingkungan oleh sampah plastik ini.

Namun bagaimana lagi kita bisa menjelaskan, bagian kecil dari sampah plastik itu sudah ada di sana dan terkonsumsi oleh hewan yang mendiami wilayahnya. Ini berarti polusi sampah plastik bisa mencemari kawasan yang masih steril itu.

Baca juga: Studi: Jumlah Sampah Plastik Meningkat Sepanjang WFH dan PSBB

Sumber: CNN

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi