Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Malaysia dan 100 Hari Lockdown yang Sukses Kendalikan Covid-19

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Hafiz Johari
Suasana Kuala Lumpur saat pembatasan karena virus corona, April 2020.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Seratus hari sejak dimulainya perintah kontrol gerakan (MCO) yang berlaku pada 18 Maret 2020, Malaysia dianggap sukses dalam meratakan kurva kasus Covid-19.

Direktur Jenderal Kesehatan Datuk Dr Noor Hisham Abdullah mengatakan, masyarakat harus memainkan peran yang lebih besar dengan mematuhi semua prosedur kesehatan yang berlaku.

Menurut dia, ketaatan masyarakat sangat diperlukan untuk memastikan negara itu sepenuhnya pulih dan berhasil menjalani fase MCO pemulihan dengan kenormalan baru.

"Jumlah kasus aktif kini turun menjadi hanya 208 kasus dan tingkat kematian turun menjadi 1,4 persen dari total kasus. Ini menunjukkan bahwa Malaysia sedang dalam fase pemulihan," kata Noor Hisham, dilansir dari The Star, Jumat (26/6/2020).

"Keberhasilan meratakan kurva Covid-19 dan mengurangi penyebaran kasus di masyarakat adalah hasil dari tindakan yang diambil oleh semua pihak, termasuk masyarakat," lanjut dia.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Noor Hisham mengatakan, tindakan drastis pemerintah yang membatasi pergerakan warga dan menutup perbatasan telah memberi kesempatan bagi Kementerian Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas kesehatan masyarakat, laboratorium, dan rumah sakit.

Baca juga: Kerja Sama Travel Bubble, Malaysia Lirik Danau Toba dan Aceh

Pada saat yang sama, kementerian bekerja secara agresif di lapangan untuk terus mendeteksi, menguji, mengisolasi, dan mengobati pasien Covid-19 di rumah sakit.

Saat pemberlakuan MCO pertama, Malaysia telah memiliki 790 kasus positif dengan dua kematian.

Selain itu, Negeri Jiran saat itu juga memiliki kapasitas tes PCR harian hanya 6.210 tes dengan jumlah total tempat tidur rumah sakit dan fasilitas lainnya sebanyak 4.433 unit, 273 tempat tidur di ICU, dan 626 ventilator.

"Jumlah kasus aktif tertinggi selama fase MCO adalah pada 5 April dengan 2.596 kasus aktif, sementara jumlah kematian adalah 1,67 persen dari total jumlah kasus," jelas dia.

Pada April 2020, Malaysia menghadapi lonjakan kasus dari klaster tabligh akbar yang menyumbang sebagian besar kasus infeksi di negara itu.

Selama fase MCO, kapasitas tes PCR meningkat empat kali lipat menjadi 27.233 tes dan hari ini angka itu kembali meningkat enam kali lipat dengan 36.812 tes.

Hingga saat ini, Malaysia telah melaporkan 8.600 kasus infeksi dengan 121 kematian dan 8.271 pasien sembuh.

Baca juga: Musim Panen, Durian di Malaysia Dijual Rp 6.600 Per Biji

Kesuksesan Malaysia ini menyusul Thailand yang lebih dulu berhasil "menjinakkan" virus corona di negaranya.

Padahal, Thailand dulu digambarkan sangat rentan karena banyaknya pelancong yang datang dari Wuhan dan pada akhir Januari memiliki kasus tertinggi kedua di luar China.

Kini, Thailand hanya memiliki 64 kasus aktif dari total 3.162 kasus infeksi yang dilaporkan.

Selain itu, Negeri Gajah Putih itu juga hanya melaporkan 58 angka kematian dan 3.040 pasien sembuh.

Sementara itu, laporan jumlah infeksi Covid-19 harian di Singapura telah menurun dalam beberapa waktu terakhir.

Kondisi ini jauh berbeda dibandingkan pada April 2020, ketika Singapura mengalami lonjakan kasus dari klaster pekerja migran.

Negeri Singa itu bahkan melaporkan kasus infeksi harian melebihi 1.000.

Hingga kini, Singapura melaporkan 42.736 kasus dengan 26 kematian dan 36.604 pasien sembuh.

Berbeda dari Malaysia, Singapura, dan Thailand, Indonesia dalam beberapa hari terakhir terakhir justru melaporkan angka kasus infeksi melebihi 1.000.

Meski kasus infeksi tinggi, sebagian besar wilayah di Indonesia telah mulai melonggarkan pembatasan dan membuka kembali roda perekonomian masyarakat.

Dengan lebih dari 50.000 kasus infeksi dan 2.620 angka kematian, Indonesia menjadi negara dengan kasus tertinggi di Asia Tenggara dan Asia Timur di luar China.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi