Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendakian Gunung Lawu Dibuka, Simak Protokol Kesehatannya Sebelum Mendaki

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Anggara Wikan Prasetya
Gunung Lawu dilihat dari Bukit Mongkrang Karanganyar.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Pelaksanaan tatanan hidup baru atau fase new normal mendorong pemerintah daerah melakukan penyesuaian, terutama terkait dengan obyek pariwisata yang dimiliki.

Salah satunya dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Karanganyar yang telah membuka jalur wisata pendakian di Gunung Lawu.

Pembukaan jalur pendakian tersebut langsung ramai dibicarakan para warganet, terutama di Twitter.

Baca juga: Viral, Video Kolam Renang di Bogor Dijadikan Tempat untuk Ternak Lele

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Viral Twit 6 Gunung Disebut Meletus Bersamaan, Ini Penjelasan PVMBG

Koordinator Lapangan Bidang Destinasi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora) Karanganyar Sunardi mengatakan empat jalur pendakian di Gunung Lawu sudah dibuka.

Yakni melalui Cemoro Kandang dan Candi Cetho di Jawa Tengah dan Cemoro Sewu dan Singolangu, Jawa Timur.

Jalur pendakian via Cemoro Kandang dan Candi Cetho, imbuhnya sudah diuji coba pada 21-23 Juni lalu.

Setelah diuji coba dan dievaluasi, didapati bahwa pendakian telah sesuai protokol kesehatan. Setelah itu langsung dibuka untuk waktu yang tidak ditentukan.

Baca juga: Viral Disebut Mengerikan, Bagaimana Proses Pembentukan Awan?

Sunardi mengatakan tidak ada batas waktu seorang pendaki atau rombongan pendaki saat berada di atas.

"Kita batasi buka tutupnya saja. Pendakian malam tidak ada. Paling lambat jam 5 sore," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (26/6/2020).

Dia menjelaskan, pos pendakian buka mulai pukul 07.00 pagi dan tutup 17.00 WIB. Sementara itu tiket masuknya Rp 20.000 dari Cemoro Kandang atau Candi Cetho.

"Pembatasan satu hari enggak bisa, karena fisik pendaki enggak sama. Kalau kita batasi takutnya tergesa-gesa, fisiknya jadi drop kan kita yang repot juga, yang penting logistik cukup," katanya.

Baca juga: Viral, Fenomena Awan Tsunami di Kepulauan Selayar, Ini Penjelasannya

Protokol kesehatan

Sunardi mengatakan pendaki harus menaati protokol kesehatan yang ada. Saat kedatangan, para pendaki akan dicek suhunya.

Setelah itu dilihat juga kelengkapan dan logistik pendakian. Para pendaki harus mengenakan masker saat di pos pemeriksaan.

Selain itu harus membawa masker dan hand sanitizer yang cukup.

Tapi dia menjelaskan, selama perjalanan pendaki tidak perlu menggunakan masker sampai menutup hidung. Hanya menutup mulut saja.

Hal itu karena jika menutup hidung akan menyulitkan pendaki dalam bernapas.

"Nanti istirahat atau di pos dipakai lagi. Karena kalau di pos tidak menguras tenaga," kata Sunardi.

Baca juga: Hadapi New Normal, Masih Perlukah Mengenakan Masker?

Tetap jaga jarak

Lalu, saat akan naik, petugas mengatur jarak antara satu rombongan dan rombongan lain.

Tapi saat tiba di atas, tidak ada petugas. Sehingga pendaki diimbau untuk menjaga jarak dengan rombongan lain. Begitu pula saat mendirikan tenda, diimbau jaga jarak.

Sunardi melanjutkan, untuk tenda yang biasanya diisi empat orang, sebaiknya sekarang hanya diisi dua orang.

Saat turun pendaki tidak diperbolehkan lintas jalur.

Jadi misalnya naik dari Cemoro Kandhang, maka turun juga lewat sana. Dia mengatakan itu akan memudahkan pendataan petugas.

Dia mengatakan, ancaman di Lawu tak hanya corona. Tapi juga musim kemarau. 

"Karena rawan kebakaran," kata dia.

Hal itu karena sebagian besar tanaman kering dan hampir dua minggu ini tidak turun hujan.

"Tetap hati-hati. Kalau enggak mendesak untuk penghangat tubuh dilarang untuk membuat api unggun. Kalau setelah buat api unggun harus dimatikan total untuk antisipasi kebakaran hutannya," katanya.

Baca juga: Ingin Liburan ke Luar Negeri? Ini 10 Tempat Wisata yang Kembali Dibuka

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Cara Penggunaan Masker Kain

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi