Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral Pedagang Cuanki Ludahi Mangkuk, Ini Bahayanya dan Cara agar Aman

Baca di App
Lihat Foto
Istimewa
Tangakapan layar video rekaman CCTV, seorang pedagang bakso keliling diduga meludahi mangkuk bakso pembelinya, Senin (22/6/2020).
|
Editor: Virdita Rizki Ratriani

KOMPAS.com - Baru-baru ini viral sebuah video yang menunjukkan seorang penjual bakso cuanki (cari uang jalan kaki) meludahi mangkuk bakso.

Kejadian tersebut terjadi di Kembangan, Jakarta Barat, pada Senin (22/6/2020). Setelah video itu viral, WS (21) pun ditangkap oleh Polsek Kembangan guna dimintai keterangan lebih lanjut.

WS ketahuan oleh salah satu warga yang memesan bakso untuk anak balitanya. Dia melihat kejadian tersebut dari monitor CCTV-nya.

Akan tetapi, dilansir Kompas.com (27/6/2020), WS telah dibebaskan. Seberapa bahayakah meludahi mangkuk makanan yang digunakan oleh penjual makanan keliling?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Setelah Minta Maaf, Penjual Bakso Cuanki yang Ludahi Isi Mangkuk Dikembalikan ke Keluarga

Penjelasan ahli gizi

Ahli gizi DR. dr. Tan Shot Yen, M.Hum menjelaskan tindakan yang dilakukan penjual bakso tersebut sangat berbahaya bagi kesehatan masyarakat.

"Semua bakteri, virus, dan jamur yang bisa hidup dalam percikan ludah manusia sangat berpotensi menularkan penyakitnya," kata Tan kepada Kompas.com, Minggu (28/6/2020).

Lanjutnya, prinsipnya semua bakteri dalam percikan air liur manusia sangat berpotensial menular.

Dia menjelaskan semua yang materi infeksiusnya terkandung dalam percikan ludah seperti mulai dari Covid-19, TBC, pneumonia, difteri, influensa, meningitis, mikoplasma (jamur), rubella, mumps (gondongan/parotitis), campak hingga cacar air bisa ditularkan.

Dia juga menjelaskan, mangkuk dan kuah tidak sampai 100 derajat suhunya. Sehingga tidak bisa membunuh kuman atau virusnya.

"Lagian soal panas, kan itu rasa subyektif. Suam-suam kuku itu di atas 37 derajat celcius, kita bilang panas itu 40 derajat celcius ke atas, kumannya belum mati," kata dia.

Baca juga: Heboh, Bakso Cuanki Diludahi supaya Laris, Penjual Mengaku Disuruh Dukun

Tak hanya mangkuk, hal itu juga bisa terjadi melalui sendok bekas pakai yang tidak dicuci bersih dengan sabun dan air mengalir.

Sehingga orang-orang yang mengonsumsi makanan dari barang-barang tersebut bisa terinfeksi.

Tapi nantinya orang itu bergejala atau tidak tergantung banyak hal, yaitu:

"Tidak semua penyakit langsung muncul gejalanya. Tunggu kuman/virusnya berkembang biak cukup banyak dalam tubuh dan bagaimana tubuh kita meresponsnya," kata Tan.

Dia mencontohkan soal TBC. Orang yang tertular TBC gejalanya tidak langsung muncul. Masa inkubasi TBC antara 2-12 minggu.

Sementara itu masa inkubasi flu antara 2-4 hari. Jadi lebih mudah melacak tertularnya dari mana.

Baca juga: Polisi Bakal Bina Penjual Bakso Cuanki yang Ludahi Isi Mangkuk

Bagaimana agar aman?

Menurut Tan, hal paling aman yang bisa dilakukan masyarakat adalah membiasakan membawa makanan dari rumah. Sehingga kontrol ada pada masing-masing orang.

Masyarakat mengetahui isi makanannya apa, bumbunya apa, bahkan tingkat kebersihan kita yang atur.

Tak hanya itu, dia menarik hal ini lebih jauh lagi. Tan melihat pemerintah perlu mengatur para pedagang makanan di pinggir jalan.

"Bukan bermaksud merepotkan pedagang kecil atau rumahan. Masalahnya adalah demi kemaslahatan bersama. Apa yang dibilang bersih dan aman buat pedagang, kan mesti ada standarnya," kata Tan.

Selain itu, pemerintah memang memiliki tugas dan kewenangan membuat izin berdagang pada mereka yang memenuhi standar.

Tak hanya izin, tapi juga perlu ada pemantauan dan evaluasi. Itu bisa dimulai dari kantin kantor, kantin sekolah, hingga pedagang asongan.

Menurutnya menjual makanan perlu memperhatikan kebersihan, keselamatan, dan juga menggunakan bahan-bahan yang sehat.

Baca juga: Pengakuan Tukang Bakso Cuanki Ludahi Isi Mangkuk: Supaya Dagangan Laris

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi