Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Dunia Tengah Memasuki Gelombang Kedua Pandemi Virus Corona?

Baca di App
Lihat Foto
AP/Ng Han Guan
Ibu kota China, Beijing pada Rabu (17/6/2020) membatalkan lebih dari 60 persen penerbangan komersial dan meningkatkan kesiagaan di tengah wabah virus corona gelombang kedua.
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Semakin banyaknya negara di dunia yang melonggarkan pembatasan sebagai pencegahan penyebaran virus corona penyebab Covid-19.

Sementara, peningkatan kasus baru yang terjadi di sejumlah wilayah dalam beberapa waktu terakhir menimbulkan kekhawatiran. 

Apakah pandemi virus corona di dunia tengah memasuki gelombang kedua?

Di Amerika serikat, di mana kasus baru telah meningkat hingga 20.000 setiap harinya, infeksi terlihat meningkat kembali.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melansir South China Morning Post (SCMP), 29 Juni 2020, pada Jumat (26/6/2020), AS kembali mencatatkan jumlah peningkatan kasus baru terbesar harian sejak awal pandemi, yaitu dengan lebih dari 40.000 kasus.

Baca juga: Update Virus Corona Dunia 29 Juni: 10,2 Juta Orang Terinfeksi | Gelombang Kedua di Israel

Belum tentu gelombang kedua

Sebelumnya, Direktur Regional WHO untuk Eropa Hans Kluge, mengatakan, 30 negara dan teritori di wilayah Eropa menunjukkan peningkatan kasus kumulatif baru dalam dua minggu terakhir.

Peningkatan ini terjadi seiring pelonggaran social distancing, di mana 11 di antaranya mengalami lonjakan kasus yang signifikan. 

Namun, menurut para ahli, kondisi ini tidak dapat serta merta disimpulkan sebagai gelombang kedua karena adanya ambiguitas pada istilah tersebut.

Peningkatan kasus yang terjadi setelah pelonggaran pembatasan sosial tidak selalu berarti dimulainya siklus baru atau akhir dari siklus yang lalu, terutama jika masih ada jumlah transmisi yang signifikan.

Direktur Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular AS, Anthony Fauci, mengatakan bahwa AS masih berada pada gelombang pertama meskipun rata-rata kasus menurun dan meningkat dalam waktu berbeda di wilayah yang berbeda pula.

Baca juga: Virus Corona Tembus 10 Juta Kasus di Seluruh Dunia, Melonjak Tinggi di Amerika Latin

Karakter gelombang kedua

Sementara itu, Profesor di School of Population and Global Health University of Melbourne, John Mathews mengatakan, gelombang kedua memiliki karakteristik yang spesifik.

Karakter itu adalah penurunan yang tajam dari kasus corona diikuti oleh kemunculan tiba-tiba kasus-kasus baru.

"Namun tidak ada yang dapat benar-benar menentukan skala yang dibutuhkan untuk menyebutnya sebagai gelombang kedua, baik dari waktu, ruang, atau skala kasus," jelasnya.

Mathews menyebut "gelombang kedua" sebagai istilah yang ambigu.

Fenomena gelombang kedua ini kebanyakan diasosiasikan dengan pandemi flu di masa lampau.

Pada pandemi flu tahun 1918 yang menginfeksi 500 juta orang dan menyebabkan kematian lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia, terjadi gelombang kedua yang lebih mematikan, beberapa bulan setelah gelombang pertama.

Kemudian, gelombang ketiga terjadi di sejumlah negara pada tahun 1919.

Baca juga: Peringatan WHO, Risiko Infeksi Covid-19, dan Ancaman Gelombang Kedua Virus Corona...

Faktor yang memengaruhi

Menurut Mathews, gelombang kedua pandemi flu dapat dipengaruhi oleh perubahan pada virus atau perilaku manusia.

Perubahan pada virus dinilai memainkan peran besar dalam gelombang kedua pandemi flu tahun 1918.

Saat itu, kekebalan telah berkembang hingga proporsi yang cukup dan memicu virus berevolusi untuk menghindari respons kekebalan ini sehingga virus dapat terus menginfeksi manusia. 

"Kami tidak berpikir bahwa itu (gelombang kedua) akan terjadi dalam waktu dekat dengan virus corona ini" katanya.

Mathews berpendapat demikian mengingat tingkat kekebalan yang masih rendah saat ini, dibandingkan dengan perkiraan 60-70 persen orang yang akan butuh divaksin atau terpapar penyakit.

Mereka membutuhkannya untuk menghentikan penyebaran dan membuatnya beradaptasi.

Sebagai gantinya, karena populasi tetap rentan dengan Covid-19, "penentu utama" dari apa yang akan terjadi selanjutnya terletak pada perilaku masyarakat dan respons pemerintah.

Baca juga: Saat Warga Australia Khawatirkan Munculnya Gelombang Kedua Virus Corona...

Hal yang perlu dikhawatirkan

Epidemiolog dan Asisten Profesor di Saw Swee Hock School of Public Health National University Singapore, Hannah Clapham, setuju bahwa faktor kritis pada tahap pandemi ini adalah langkah kesehatan publik sebagai respons dari tren peningkatan kasus yang terjadi.

Menurut Hannah, hal paling relevan yang bisa dilakukan adalah melihat peningkatan kasus yang terjadi secara konsisten dan bagaimana langkah kesehatan publik dilakukan untuk mencoba mengontrol peningkatan transmisi tersebut.

"Hal yang paling mengkhawatirkan adalah melihat peningkatan jumlah kasus dan tingginya jumlah kasus di banyak tempat, dan terkadang jumlah tersebut lebih tinggi daripada puncak di awal epidemi," kata dia.

Beberapa ahli menganggap sejarah pandemi flu 1918 dapat terulang kembali.

"Hampir dapat dipastikan bahwa gelombang kedua epidemi akan datang, dengan tidak adanya pasokan vaksin sebelum itu," kata Dekan Medical School University of Hongkong, Gabriel Leung.

"Setelah pertengahan atau akhir musim gugur akan menjadi tahap kritis selanjutnya" ujar dia.

Baca juga: Negara-negara Asia Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Covid-19

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi