Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER TREN] Biaya Perawatan Pasien Covid-19 | Jokowi Jengkel

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com
Berita populer Tren, 30 Juni 2020

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelonggaran pembatasan yang berlangsung selama beberapa pekan ini membuat aktivitas masyarakat kembali berjalan.

Area-area publik kembali ramai. Namun, yang mengkhawatirkan, banyak yang mengabaikan protokol pencegahan penularan virus corona.

Misalnya, banyak yang tak memakai masker, dan banyak yang tak mengindahkan untuk menjaga jarak aman.

Sejumlah pihak mengingatkan tentang risiko dan bahaya penularan virus corona. Salah satu risikonya, biaya perawatan pasien yang mahal.

Berita tentang mahalnya biaya perawatan pasien Covid-19 menjadi salah satu berita yang paling banyak dibaca.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Selain itu, berita tentang kemarahan Presiden Joko Widodo kepada para menterinya juga menarik perhatian pembaca.

Selengkapnya, berikut beberapa berita populer di laman Tren pada Senin (29/6/2020) hingga Selasa (30/6/2020):

1. Biaya perawatan pasien Covid-19

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, saat dihubungi Kompas.com, beberapa waktu lalu, juga mengakui, biaya untuk pasien Covid-19 sangat besar. Bisa mencapai ratusan juta rupiah.

Ada sejumlah alasan mengapa biaya perawatan pasien Covid-19 sangat mahal. 

Namun, jika menjalani perawatan di rumah sakit rujukan dengan diagnosis Covid-19, semua biaya perawatan ditanggung pemerintah.

Baca selengkapnya di sini:

Jangan Anggap Remeh, Ini Besaran Biaya Perawatan Pasien Covid-19, Tidak Murah!

2. Kejengkelan Presiden Joko Widodo

Saat membuka rapat kabinet beberapa waktu lalu, Presiden Jokowi mengungkapkan kejengkelannya atas kinerja para menteri yang dianggapnya biasa saja di masa krisis pandemi virus corona.

Ia bahkan mengancam akan melakukan reshuffle. Jokowi meminta para menterinya tak bekerja biasa-biasa saja pada situasi seperti saat ini.

Mengapa Presiden Jokowi sampai mengungkapkan kejengkelannya?

Baca selengkapnya di sini:

Presiden Jokowi, Mandeknya Kerja Kabinet dan Kejengkelannya

Jokowi Marah, Peringatan Keras untuk Para Menteri, dan Pesan di Balik Kejengkelannya...

3. Prediksi pandemi virus corona di Indonesia

Angka kasus virus corona di Indonesia masih terus meningkat. Menurut Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, tren global, regional, dan nasional relatif sama.

Selain itu, beberapa studi terbaru memperlihatkan besarnya tantangan penemuan obat dan vaksin untuk Covid-19 ini.

Kasus Covid-19 di Indonesia kini telah mencapai lebih dari 55.000 kasus.

Bagaimana prediksi ke depannya? Baca selengkapnya pada berita ini:

54.010 Kasus Positif, Bagaimana Prediksi Pandemi Corona di Indonesia?

4. Kasus Covid-19 Indonesia tertinggi di Asia Tenggara

Kasus infeksi virus corona di Indonesia tertinggi di Asia Tenggara, dan jauh di atas Singapura yang berada di posisi kedua.

Sebelumnya, Singapura mencatatkan kasus Covid-19 paling banyak, sebelum akhirnya angka kasus di Indonesia bertambah signifikan.

Simak perkembangan kasus infeksi virus corona di Asia Tenggara dalam berita berikut ini:

Update Virus Corona di Asia Tenggara: Indonesia Tertinggi, Jauh di Atas Singapura

5. Barista terima tip Rp 1,14 Miliar

Seorang barista di AS menarik simpati warga setelah fotonya viral. Fotonya diunggah oleh seorang konsumen yang tak terima dengan permintaan barista itu.

Barista tersebut meminta si konsumen untuk mengenakan masker. Namun, ia justru dimaki dan fotonya disebar di media sosial.

Bukannya mendapatkan hujatan, barista itu justru mendapatkan banyak simpati hingga ada yang menggalang tip secara online melalui GoFundMe, dan terkumpul lebih dari Rp 1 miliar.

Simak ceritanya dalam berita ini:

Baca juga: Barista Ini Terima Tip Rp 1,14 Miliar Setelah Dimaki karena Ingatkan Konsumen untuk Pakai Masker

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi