Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Pelonggaran, Bukan Berarti Virus Corona Hilang...

Baca di App
Lihat Foto
ANTARA FOTO/GALIH PRADIPTA
Warga berolah raga di kawasan JaIan Sudirman, Jakarta, Minggu (28/6/2020). Warga tetap berolah raga meski Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) ditiadakan di kawasan Jalan Sudirman-Thamrin dengan alasan menghindari terjadinya kerumunan warga untuk mencegah penyebaran COVID-19
|
Editor: Inggried Dwi Wedhaswary

KOMPAS.com - Pelonggaran pembatasan sosial yang telah dilakukan selama beberapa pekan ini membawa dampak pada ramainya kembali aktivitas masyarakat di berbagai tempat.

Meski diingatkan untuk selalu mematuhi protokol kesehatan, tidak semua mematuhinya.

Di media sosial, pada akhir pekan kemarin, beredar sejumlah foto dan video yang menunjukkan ramainya warga yang mengunjungi lokasi wisata dan rumah makan.

Situasi ini memunculkan kekhawatiran akan risiko penularan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tempat ramai merupakan salah satu faktor yang meningkatkan risiko penularan dan penyebaran virus corona.

Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban, saat dihubungi Kompas.com, Senin (29/6/2020), mengatakan, meski sudah ada pelonggaran, ancaman virus corona tak bisa dianggap remeh.

"Pertanyaanya sebetulnya, seberapa serius sih penyakit ini? Penyakit ini amat sangat serius, penyakitnya lebih mudah menular daripada influenza," kata Zubairi.

Baca juga: Simak, 4 Faktor Ini Tingkatkan Risiko Penularan Virus Corona

Ia mengatakan, virus corona jenis baru penyebab Covid-19 lebih mudah menyebar jika dibandingkan penyakit batuk, pilek biasa.

"Kita masih beruntung 95 persen yang terinfeksi ini kondisinya ringan dan akan sembuh sendiri. Namun, sebagian kecil sangat signifikan. Apalagi kalau kena kita sendiri atau keluarga kita," ujar Zubairi.

Kondisi pasien dengan kondisi mengkhawatirkan mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit.

Sebagian yang dirawat di rumah sakit ini harus dirawat di ICU (Intensive Care Unit) karena berbagai faktor seperti kesulitan bernapas, gagal napas, dan memerlukan ventilator.

"Cukup banyak pasien Covid-19 yang masuk ICU itu akhirnya meninggal dunia," kata Zubairi.

Menurut dia, hal tersebut menunjukkan betapa seriusnya penyakit ini. 

Zubairi mengatakan, karena jumlah pasien Covid-19 yang meninggal dunia cukup tinggi di dunia, maka kehati-hatian harus tetap diutamakan.

Baca juga: Cegah Penularan Covid-19, Ini 7 Tips Aman Gunakan Toilet Umum

Bukan berarti virusnya hilang

Ia juga menekankan, pelonggaran yang diberikan saat ini bukan berarti ancaman virus corona menurun atau bahkan hilang.

"Nah, katanya kan sudah ada pelonggaran. Pertanyaanya begini, kalau sudah ada pelonggaran, misalnya tanggal 1 Juli ada pelonggaran, apakah berarti tanggal 2 Juli itu tidak bisa tertular? Dan tanggal 30 Juni berarti masih mudah tertular? Tidak begitu," kata Zubairi.

Risiko penularan virus, kata dia, masih sama, baik sebelum pelonggaran maupun setelah pelonggaran diberlakukan.

Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat agar selalu menaati protokol kesehatan new normal.

"Keluar rumah wajib pakai masker. Saya lihat di banyak tempat, seperti di pasar, masih banyak yang tidak pakai masker, jadi mudah tertular," kata Zubairi.

"Kemudian yang kedua, harus sering cuci tangan. Itu juga cukup banyak yang jarang cuci tangan. Berikutnya kerumunan. Itu juga kita lihat walaupun sudah ditegur, masih banyak di pasar dan juga waktu kemarin CFD di Jalan Thamrin," kata Zubairi.

Zubairi menegaskan, upaya-upaya yang disampaikan pemerintah serius.

Apalagi, jika berkaca pada negara-negara lain seperti Korea Selatan, China, dan Amerika Serikat yang sudah melonggarkan lockdown, tetapi kemudian kasus-kasus baru muncul kembali dalam jumlah besar.

Baca juga: Yang Harus Diperhatikan agar CFD Tak Jadi Ancaman Baru Penularan Virus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Protokol Kesehatan di Salon dan Barbershop

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi