Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Gombalisasi Globalisasi

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi globalisasi
Editor: Heru Margianto


SAYA selalu skeptis terhadap istilah globalisasi. Menurut pendapat saya, istilah tersebut sekadar gombalisasi penjajahan bukan militer atau politik namun ekonomi.

Saya mulai mengenal globalisasi ketika istilah itu kerap digunakan oleh Jerman demi membenarkan pembentukan Uni Eropa yang melenyapkan batas-batas perbatasan, membatasi pelampiasan nafsu Jerman menguasai segenap negara Eropa bukan secara militer -seperti telah gagal dilakukan oleh Hitler- namun secara ekonomi yang terkesan lebih damai tanpa menumpahkan darah manusia setetes pun.

Era penjajahan

Sebenarnya globalisasi sudah terjadi di planet bumi jauh sebelum abad XX. Pada saat manusia mulai berhasrat memperluas Lebensraum alias ruang hidup mereka maka pada saat itu lah manusia mulai melakukan perilaku globalisasi.

Mungkin bangsa yang pertama melakukan globalisasi adalah kaum Mongol, Tartar, Hun, Mogul dll yang gemar memperluas Lebensraum masing-masing.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Globalisasi dengan dalih ekonomi dilakukan oleh para pedagang yang bersusah-payah menempuh perjalanan jalur rempah-rempah yang kemudian diklaim China sebagai Jalur Sutra.

Sejak dahulu kala kepulauan Maluku tersohor sebagai kawasan kaya rempah-rempah sehingga para pelaut Spanyol dan Portugis menjelajah samudra ke arah Barat yang diharapkan menjadi alternatif lebih efisien waktu dan biaya ketimbang jalur darat ke arah Timur.

Ferdinand Magellan adalah tokoh pelopor globalisasi abad XVI. VOC dengan dukungan bedil dan peluru menguras kekayaan bumi Nusantara sebagai pelopor mafia kolonialisme Belanda yang bersaing dengan Inggris dalam pelampiasan nafsu menjarah negara-negara Asia Selatan, Tenggara dan Timur.

Kecuali Jepang yang gagal mereka jarah.

Amerika Serikat

Namun yang paling berhasil merambah bumi orang lain adalah Amerika Serikat yang didirikan oleh mereka yang melarikan diri dari penindasan Katolik-Roma di Eropa pada abad XVI.

Para pendatang dari Inggris Prancis dan Belanda merambah Amerika Utara yang kemudian menjadi Kanada dan Amerika Serikat.

Sementara Portugis merambah Amerika Selatan yang kemudian menjadi Brasil dan Spanyol, menjarah Amerika Tengah kemudian meluas sampai Peru, Bolivia, Venezuela, Chili, dll.

California yang semula dikuasai Spanyol berhasil direbut oleh Amerika Serikat sementara Alaska dibeli dari Rusia oleh Amerika Serikat dengan harga super murah.

Pendek kata benua Amerika ditelan mentah-mentah oleh angkara murka kolonialisme yg dilakukan oleh bangsa-bangsa pendatang dari Eropa dengan tak segan mengorbankan bangsa-bangsa pribumi Amerika.

Perang Dunia II

Kolonialisme dan imperialisme mencapai puncak kejayaan pada masa Jerman dan Jepang meledakkan Perang Dunia (PD) II.

Akibat Jerman dan Jepang kalah PD II maka citra kolonialisme dan imperialisme merosot masuk kategori ke durjana dan jahanam yang tidak senonoh dilakukan oleh bangsa beradab.

Namun Amerika Serikat dan Inggris masih bernafsu melakukan penjajahan maka dicarilah istilah yang lebih beradab sebagai deodoran kolonialisme yaitu globalisasi yang mendayagunakan jalur ekonomi.

Mahakarya warisan syahwat imeperialisme Inggris adalah Israel yang menggusur bangsa Palestina serta mendirikan Singapura yang terpisah dari Malaysia sambil menanamkan bom waktu di Hongkong.

Sementara warisan kolonialisme Amerika Serikat adalah memecah belah Korea, Vietnam serta pelengseran Soekarno di Indonesia.

Citra

Akibat citra penjajahan lewat jalur militer sudah runyam maka diciptakanlah globalisasi sebagai istilah penjajahan lewat jalur ekonomi.

Makin besar potensi ekonomi suatu bangsa makin besar pula nafsu ekspor demi menguasai pasar di luar negeri. Maka negara-negara adikuasa ekonomi berkomplot menciptakan istilah globalisasi sebagai dalih politik pasar bebas demi meleluasakan nafsu menjajah negara-negara lemah ekonomi.

Globalisasi menguntungkan yang kuat sambil merugikan yang lemah analog menghilangkan kelas-kelas pada pertandingan tinju sehingga petinju kelas berat lebih leluasa menghajar petinju kelas ringan.

Krisis

Globalisasi pada awal abad XXI mengalami krisis setelah China dan Amerika Serikat sebagai dua negara adikuasa ekonomi saling berperang dagang.

Industri Internet juga konflik dengan aturan main pasar bebas maka China menutup diri dari segenap produk medsos Amerika Serikat yang sekarang dibalas oleh India memblokir tiktok yang merupakan produk unggulan China.

Jurus proteksi produk pangan juga tetap gigih dilakukan oleh Jepang dan Prancis.

Sementara perusahaan kecil farmasi Indonesia gulung tikar setelah peraturan industri farmasi ASEAN dipaksakan untuk diterapkan di dalam negeri Indonesia.

Dapat dipastikan potensi pasar Singapura dengan tidak sampai 6 juta penduduk dan populasi Indonesia yang nyaris 270 juta jelas lebih menguntungkan Singapura.

Saya melihat pagebluk Corona makin memperparah gejala gombalisasi globalisasi.

Saya tidak sendirian. Majalah The Economists juga melihat gejala tersebut, maka memajang cover edisi 14 Mei 2020 dengan judul “Goodbye Globalisations” dan subjudul “The Dangerous Lure of Self Sufficiency”.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi