Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bagaimana Kemungkinan Flu Babi Baru G4 Menular pada Manusia?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi Babi
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Kementerian Kesehatan mewaspadai kemungkinan serangan flu babi pada manusia.

Dilansir Kompas.com, Kamis (2/7/2020), virus tersebut bernama G4 EA H1N1 disingkat G4 dan juga dikenal sebagai flu babi jenis baru.

Virus tersebut dikhawatirkan para ilmuwan karena memiliki potensi menjadi pandemi seperti halnya virus corona.

Baca juga: Ramai soal Kisah Penipuan Transaksi Online di Tengah Pandemi, Bagaimana Cara Mencegahnya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenkes mewaspadai serangan flu babi tersebut pada manusia dengan terus melakukan surveilans.

Surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

Epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM) Bayu Satria Wiratama menjelaskan potensi penularan dari hewan ke manusia tentu ada.

"Namun seperti H1N1 yang bermula dari babi terinfeksi yang kemudian baru menyebarkan ke manusia, maka caranya adalah surveilans hewani dan penegakan sistem One-health," katanya pada Kompas.com, Kamis (2/7/2020).

Baca juga: Gelar Ibadah Haji di Tengah Pandemi, Arab Saudi Terapkan 8 Protokol Kesehatan

Pemberlakuan protokol kesehatan

Cara pencegahan yang dapat dilakukan yakni melakukan pencegahan penularan di tempat perkembangbiakan hewan ternak dan rumah potong.

Bayu menjelaskan surveilans hewan adalah pengamatan penyakit pada hewan oleh dinas pertanian di bawah Kementerian Pertanian (Kementan).

Sementara itu one-health adalah program integrasi surveilans manusia dengan hewan, karena banyak kasus penyakit bermula dari hewan lalu ke manusia.

Baca juga: Kembali Mewabah, Kenali Gejala Virus Hog Cholera Pada Babi

Menurutnya membatasi beternak babi bukan solusi. Tapi peternak perlu mematuhi protokol kesehatan di tempat beternak babi.

Salah satunya adalah peternak harus melapor jika ada hewannya yang sakit. Juga melaporkan kondisi kebersihan, bagaimana makanannya, dan lain-lain.

"Jadi ndak asal-asalan beternaknya," kata dia.

Baca juga: Mengenal Demam Babi Afrika dan Hog Cholera di Sumut

Penyebaran flu babi

Saat disinggung terkait penyebaran flu babi dari hewan ke manusia, Bayu menjelaskan flu babi bisa menular lewat cairan.

Saat hewan terinfeksi pilek, keluar cairan dari hidung.

Penularannya bisa secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung adalah dengan kontak langsung dengan hewan terinfeksi.

"Sementara itu secara tidak langsung, misalnya cairan tersebut menempel di benda-benda sekitar tempat hidup babi, lalu manusia menyentuhnya," katanya lagi.

Bayu menambahkan gejalanya jika sudah tertular mirip seperti flu biasa. Gejala tersebut adalah batuk pilek, nyeri tenggorokan, demam, dan sakit kepala.

Baca juga: Alasan Singapura Tak Rekomendasikan Dexamethasone sebagai Obat Covid-19

Terkait dengan obat, menurutnya sudah ada untuk H1N1, namun untuk varian baru mungkin bisa jadi berbeda.

"Flu babi bukan hal baru. Tapi sudah ada sejak 2009," jelas dia.

Bayu mengatakan di beberapa tempat yang ada peternakan babi cukup besar biasanya ada peningkatan kasus, tapi seasonal atau musiman. Salah satu contohnya di Taiwan.

"Tapi di tempat yang belum pernah ada kasus biasanya tidak akan muncul tiba-tiba. Hal itu karena mobilitas babi terbatas," imbuh dia.

Baca juga: Mengenal Obat Flu Avigan yang Diklaim Efektif Lawan Virus Corona

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografi: Mengenal Virus G4 Flu Babi

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi